Chapter 22

33.5K 2.3K 68
                                    

~Selamat Membacaaaaa~

   Hari ini Isfa berencana untuk menyusul Arkan ke pondok. Dia sudah lama tidak berkunjung kerumah mertuanya. Dan kebetulan hari ini jadwal Arkan mengajar di pondok pesantren. Dia tidak menghubungi suaminya, karena jika Arkan mengetahui dia yang ingin menyusul, sudah di pastikan suaminya itu langsung bergegas menjemputnya.

   Sesampainya di pondok pesantren, dia mengernyitkan dahinya bingung. Ada 1 mobil yang terparkir di depan rumah ndalem. Setaunya hari ini tidak ada acara apapun di pesantren. Apakah ada tamu dari wali santri? Atau teman nya Abi Ramzi? Batin Isfa bertanya tanya.

   Ketika hendak masuk kedalam, Isfa menghentikan langkah nya ketika mendengar sesuatu yang mengejutkan.

   "Baik lah langsung saja, kedatangan kami kemari bermaksud untuk melamar Nak Arkan untuk putri semata wayang kami yaitu Syafa"

   Jantung Isfa berdetak dengan cepat. Apa? Melamarkan? Maksudnya? Ada perempuan lain yang melamar suaminya? Bagaimana bisa?

   "Saya tau Gus Arkan sudah mempunyai istri, tapi saya siap untuk menjadi yang kedua. Apalagi mengingat istri Gus Arkan juga mempunyai cafe, yang mana pasti sangat sibuk untuk memenuhi kewajiban Gus Arkan. Maka saya siap untuk melayani dan memenuhi kewajiban yang tidak bisa istri Gus Arkan berikan" Ucap Syafa tanpa tahu rasa malu.

   Isfa menahan amarah nya. Dia mengepalkan tangannya kuat kuat menahan gejolak amarah yang sudah sampai ubun ubun. Tidak kah malu seorang perempuan melamar laki laki yang status nya sudah mempunyai istri? Hey Isfa tidak akan pernah rela untuk dimadu. Isfa ingin mendengarkan jawaban dari suaminya. Namun dia tidak menyangka ketika jawaban yang Arkan lontarkan malah diluar ekspektasinya.

   "Alhamdulillah terima kasih, saya sangat senang dengan kehadiran keluarga besar kiyai Ilham"

   Sudah cukup! Isfa tidak sanggup lagi mendengarkan jawaban suaminya yang sangat menyakitkan. Isfa berlari dari kediaman pondok menuju mobilnya. Arkan sangat senang dengan kehadiran Syafa? Apa artinya Arkan sudah menunggu waktu ini tiba? Sudah Isfa duga, Gus memang lebih pantas dengan seorang Ning bukan? Harusnya Isfa sadar akan hal itu! Isfa tidak menyangka ternyata Arkan setega itu padanya. Diapun meninggalkan pondok pesantren dengan hati yang sangat kecewa.

   "Ning Isfa?" Gumam seseorang yang melihat kepergian Isfa sambil berlari dan menangis.

€~€

   "Sayang, sayang buka dulu pintu nya, kamu salah paham" Teriak Arkan dari luar kamar.

   Dia yakin saat ini istrinya pasti sedang menangis, apalagi mengingat saat ini Isfa baru selesai datang bulan, apakah perempuan jika sudah selesai datang bulan masih sesitif? Jika memang iya, sudah dipastikan nanti malam dirinya tidak akan mendapatkan pelukan hangat istrinya.

   "Sttttt sini biar Umma saja Iyan" Ucap Umma dari belakang.

   "Umma tolong bilang sama An kalo Iyan sama sekali gak punya niatan sedikitpun buat poligami, An pasti udah salah paham Umma" Ucap Arkan dengan nada sedih.

   Umma dapat melihat wajah kekhawatiran dari Anak nya itu. Umma pun tersenyum lalu mengetuk pintu kamar Isfa.

   "Nduk, ini Umma. Boleh Umma masuk?" Tanya Umma pelan dari luar kamar.

ARFA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang