Chapter 21

43.1K 2.3K 146
                                    

~Selamat Membacaaaaa~

   "Terima Kasih cantik ku" Bisik Arkan memeluk Isfa.

   "Mas mah" Rengek Isfa dalam pelukan Arkan.

   Arkan terkekeh pelan. Isfa pasti sedang merajuk karena mereka melakukan itu sampai pukul set 4 pagi.

   "Jangan tidur dulu, kita mandi abis itu shalat subuh dulu yah"

   "Ish kamu sih aaaaaaa Mas capek banget pengen bobo" Rengek Isfa kembali.

Cup

   "Maafin Mas yah sayang" Ucap Arkan merasa bersalah.

   Isfa kemudian mendongakan kepalanya. Melihat wajah tampan suaminya, seketika dia kembali mengingat kejadian tadi dan membuat wajah nya merona malu.

Cup

   Isfa mencium rahang tegas Arkan dan kembali menyembunyikan wajah nya di dada bidang Arkan.

   "Sayang Mas Arkan banyak-banyak" Ucapnya lagi.

   Arkan kembali tersenyum. Isfa menjadi candu untuknya. Dia mencium tipis tipis pucuk kepala Isfa dengan gemas.

   "Yaudah sekarang mandi yuk"

   "Yuk? Maksudnya?"

   "Mandi bareng aku, soa......"

   "Enggak" Serobot Isfa langsung.

   "Aku harus melihat cara mandi wajib kamu sayang, takutnya masih ada yang salah" Tutur Arkan lembut.

   "Tapi...... tapi malu Mas ih" Rengek Isfa lagi sambil tetap menyembunyikan wajah nya yang sudah merona.

Cup

   "Humairah" Bisik Arkan setelah mencium pipi merah Isfa.

   "Janji deh mandi doang, gausah malu aku udah liat semuanya" Kekeh Arkan.

   "Ish mesummm!!!!" Ketus Isfa.

   "Yaudah yuk nanti keburu subuh, sini aku gendong"

   "Gausah Mas, aku bisa sendiri"

   "Gak bisa sayang itu kamu pasti sakit"

   Arkan langsung menggendong tubuh Isfa ala bridal style. Isfa memekik kaget dan langsung memeluk leher Arkan erat. Setelah itu mereka mandi bersama. Ingat hanya mandi! Hanya mandi okee!!!

   Setelah selesai shalat subuh, berdzikir dan berdo'a Arkan menengokan kepalanya ke belakang. Dia terkekeh pelan, pantas saja suara dari belakang adem ayem senyap, ternyata istri cantiknya sedang meringkuk anteng tertidur di atas sajadah.

   Arkan mengusap kepala Isfa sayang, mengelus kening Isfa dengan lembut. Bukannya merasa terusik, Isfa malah semakin nyaman dan nyenyak dalam tidurnya.

   Arkan mengangkat tubuh Isfa supaya duduk di pangkuannya. Isfa malah semakin menenggelamkan kepalanya di dada bidang Arkan, karena saat ini dia duduk dengan posisi menyamping seperti bayi.

ARFA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang