~Selamat membacaaa~
Sore ini keluarga Arkan tentunya ditambah dengan Isfa berniat untuk pulang ke pondok pesantren, mengingat besok acara resepsi kedua akan dilakukan disana. Tentunya dekorasi dan semuanya sudah siap sedari tadi pagi yang diurus oleh Ustadz Fauzan dan juga warga pesantren lainnya yang ikut membantu. Abi sudah mempercayakan semuanya pada Ustadz Fauzan, karena Ustadz Fauzan merupakan tangan kanan Abi Ramzi.
"Kamu yang berbakti dan nurut sama Gus Arkan yah, jangan suka ceroboh. Jangan ngerepotin Gus Arkan juga, pokonya dengerin apa kata suami kamu, jangan malu maluin" Pesan Mamah Isfa.
"Iya Mah" Jawab Isfa singkat sambil tersenyum.
Siapapun yang melihat senyuman itu pasti akan paham bahwa itu senyum terpaksa dan sangat menyakitkan.
Arkan langsung menggandeng tangan Isfa dan mengelus nya lembut berniat untuk menenangkan sang istri. Tentu saja itu membuat Isfa terkejut sesaat, tapi setelah menatap mata Arkan yang seakan akan memberikan kekuatan padanya, Isfa jadi semakin mengeratkan genggamannya pada Arkan.
"Kami pamit dulu yah Bu, terima kasih untuk jamuannya" Pamit Umma Desi agar Mamah Isfa tidak lagi berbicara hal yang menyakiti perasaan menantunya.
"Ah iya Umma, nanti kapan - kapan main kesini yah, kita bikin kue lagi" Ucap Mamah Isfa lembut.
Umma pun tersenyum lalu kemudian memeluk tubuh Mamah Isfa. Begitupun Abi Ramzi dan Arkan yang ikut berpamitan, dan Isfa yang sedari tadi tangannya tidak pernah Arkan lepaskan. Bahkan ketika berpelukan dengan Mamah nya pun Arkan masih memegang tangan Isfa.
Sesampainya di pondok, Isfa pun langsung diajak pergi menuju kamar Arkan. Hal yang pertama kali Isfa rasakan ketika masuk ke kamar Arkan adalah hangat, ditambah bau mint yang menguar di indra penciumannya semakin membuat dia nyaman. Aroma tubuh Arkan sangat menenangkan.
"Kamu kok sekamar sama saya?" Tanya Arkan berniat untuk meledek Isfa, karena kemarin istrinya ini menanyakan hal konyol itu padanya.
Isfa mendengus namun tak lama diapun ikut terkekeh mengingat kemarin bisa - bisanya dia menanyakan hal itu pada Arkan.
"Kamu nanti langsung istirahat saja, pas makan malam saya bangunkan" Ucap Arkan mendatarkan lagi ekspresinya.
"A..ah iya Gus"
Setelah nya Arkan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dan berwudhu, karena sebentar lagi adzan maghrib akan berkumandang. Setelah selesai dengan rutinitas nya, Arkan pun keluar dan melihat di atas kasurnya sudah ada baju yang disiapkan oleh Isfa. Tapi dia tidak melihat Isfa, dimana istrinya itu pikir Arkan.
Karena tidak ada Isfa, Arkan pun berniat untuk mengganti pakaian nya disini saja. Ketika dia sudah memakai samping dan hendak memakai baju, tiba-tiba saja pintu kamar nya terbuka, menampilkan Isfa yang terkejut dengan pemandangan yang baru saja dia lihat.
"Astagfirullah Ya Allah Gus kenapa gak pakai baju?" Tanya Isfa dengen menutup kedua matanya dengan tangan.
Badannya berkeringat dingin melihat pemandangan yang ah susah ia jelaskan. Badan Arkan yang kekar juga dengan perut nya yang terdapat 6 kotak, sangat menguji keimanannya.
Arkan buru - buru memakai bajunya. Dia masih menampilkan wajah datarnya, padahal jauh dilubuk hatinya sangat berdetak tak karuan. Isfa baru saja melihat dia bertelanjang dada? Ah tak masalah, lagi pula mereka sudah halal pikir Arkan lagi.
"Sudah" Ucap Arkan singkat. Lalu Arkan pun menghampiri Isfa yang masih berdiam diri di ambang pintu.
"Saya mau ke masjid" Ucap Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARFA (END)
Tiểu Thuyết ChungJUDUL AWAL "Aku Hanya Ingin Bahagia" Biasakan follow dulu sebelum baca gaes✨ Tinggalkan jejak disetiap chapter juga🙌 "Eh" "Tidur an sudah malam" "Gus Arkan gak sakit?" "Tidak" "Itu mukanya kenapa?" "Tidur an" "I...ini...kenapa jadi kebalik gus?" "...