52. Rindu yang sama__

44.6K 3.7K 150
                                    

HOLLA VREEN

HAPPY READING

Jangan lupa follow :
IG @umilestariii_
Tik tok @coretanmimi_

⚠️WARNING⚠️

Jangan salah lapak / atau menyebut karakter cerita lain di cerita ini. Mohon belajar menghargai hal sekecil apapun itu!🐣

Dan

Jangan lupa vote dan komen!!

Pliss jangan jadi siders, hargai author!!


Pliss jangan jadi siders, hargai author!!•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻🌻🌻

Sunyi dan suram, itulah yang menggambarkan suasana dikediaman Winata saat ini. Jika biasanya setiap pagi ada suara ceria seorang gadis, kini tidak ada lagi, jika biasanya ada teriakan 'Aletta pulang' setiap jam lima sore maka itu tidak ada lagi, kini hanya kehampaan dan kegelapan didalam kediaman besar itu.

Dari jendela besar sebuah kamar tampak seorang pria paruh baya dengan syal yang melingkar dilehernya, sedang berdiri sembari menatap pemandangan luar dengan tatapan sayu. Sorot matanya begitu kosong dan hampa.

"Kamu dimana nak, papa merindukanmu" lirihnya entah pada siapa.

Enam bulan terakhir adalah masa-masa buruk baginya. Dunia seakan sedang menghakiminya dengan cara menjauhkan dia dari seseorang yang baru ia sadari sangat berharga baginya.

Ia menunduk saat netranya mulai memanas, cengkramannya pada sebuah baju ditanganya mulai mengerat. Ia benar-benar tidak menduga jika akan berakhir dengan penyesalan sebesar ini.

"Papa merindukanmu sayang, kembali hiksss papa mohon" ucapnya terisak sembari memeluk baju digenggamannya dengan erat, menghirup rakus aroma pada baju tersebut.

Bramata, pria paruh baya itu tengah melampiaskan kerinduannya dengan memeluk baju sang putri. Setiap kali rindu itu datang, Bramata hanya bisa memeluk benda yang memiliki aroma putrinya.

"Aku bodoh, aku ayah yang buruk, aku ayah yang BODOHHHH ARGHHHHH"

Bramata terus memukuli kepalanya yang terasa begitu sakit. Kilasan saat ia dan Rigel membentak dan bermain fisik pada Aletta kembali terputar didalam pikirannya hingga membuatnya sangat tersiksa.

"Papa hikss letta takut gelap"

"Papa jangan kurung letta di sini"

"Papa, abang, buka pintunya hiksss"

"Happy birthday papa"

"Letta cuma mau dipeluk sama papa, boleh kan?"

"Letta sayang papa"

SKALETTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang