Happy Reading ❤
.
.
.
"Gia sadar Gi, lo bikin gue takut tau nggak" Karin menggoyang goyangkan lengan Gia. Ia khawatir terjadi sesuatu pada sahabatnya.
Bagaimana tidak? Sejak pagi tadi ia kembali ke kelas bersama Reihan setelah aksi kejar-kejaran yang berujung dirinya terkena lemparan bola basket, Gia seperti orang linglung serta tatapannya kosong. Saat jam pelajaran tadi ia malah senyum-senyum sendiri. Bahkan saat bel istirahat berbunyi ia yang biasanya antusias seperti tak memperdulikannya.
Feli pun sama khawatirnya, ia sudah membacakan ayat kursi karena mengira sahabatnya kerasukan tapi sama sekali tidak manjur. Apakah karena ia non muslim jadi setan di dalam tubuh Gia tak mau keluar? Jika tidak ingat guru agamanya sedang menemani istrinya yang baru melahirkan ia pasti sudah memanggil gurunya itu.
Feli beranjak dari tempat duduknya. Ia menghampiri Reihan yang sedang memakan gorengan dan es teh cekek yang ia beli di warung depan sekolah. Ia lebih suka jajan di warung dari pada di kantin sekolahnya karena lebih murah.
"Lo apain Gia tadi? Kenapa dia jadi gitu sekarang?" tanya Feli sambil menyerobot gorengan yang akan dilahap Reihan lalu dengan santai duduk di sebelahnya.
Reihan mendengus. Mau diambil pun bakwan jagungnya itu sudah mendarat di mulut Feli "Jadi gitu gimana?"
"Ya lo liat sendiri noh orangnya" ucap Feli sambil mengunyah
Reihan mengarahkan pandangannya ke Gia "Perasaan nggak ada yang salah. Mata masih dua hidung ada kuping juga masih bolong kok--awshh"
Feli menjitak kepala Reihan "Lo liat dong tuh anak dari tadi kalo nggak planga plongo ya senyam senyum sendiri"
Mendengar perkataan Feli, Devan yang ada didepan Reihan ikut memperhatikan gerak gerik Gia. Benar saja gadis itu saat ini sedang senyam senyum sendiri. Bahkan tak merespon perlakuan Karin.
"Jangan-jangan ketempelan setan gudang lagi" ucap Gerry disamping Devan.
"Nggak tau ya pokoknya abis kejar-kejaran sama kalian jadi gitu dia, ahh pusing gue mana laper lagi" Feli dan Karin yang biasanya langsung ngacir ke kantin saat bel istirahat berbunyi harus menunda memberi asupan untuk cacing mereka karena Gia.
"Oh itu sih gara-gara abis ketimpuk bola basket sama si Geo"
Tangan Feli yang akan menyuapkan risol kemulut terhenti "Hah? Berarti tuh anak udah liat si Geo dong? Tapi kalo Gia jatuh cinta perasaan dulu gue nggak gitu-gitu amat"
Reihan heran melihat Feli yang tak henti-hentinya mengunyah "Lo nggak kenyang apa? Itu risol punya Mali dua box aja hampir lo abisin. Gorengan gue juga lo makan" tanya Reihan tak percaya.
Feli ini memang tidak bisa menahan rasa lapar. Jadi saat melihat makanan nikmat di depan matanya mana bisa dia diam saja. Tapi walaupun sudah makan banyak jajanan selagi perutnya belum kena nasi masih belum dikatakan kenyang.
"Yeu ini mah buat ngemil belum bisa mengenyangkan. Lagian lo juga bawa risol udah kaya mau jualan aja Mal" ucap Feli yang memang sejak gorengan Reihan habis ia sudah beranjak ke bangku paling belakang tempat Mali.
Mali menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Itu sebenarnya emang mau aku jual Feli. Kata mama buat nambah uang jajan" ucapnya membuat Feli hampir tersedak. Bahkan Reihan dan yang lain sudah meledakkan tawa.
"Jadi ini mau lo jual?" tanyanya yang lalu diangguki Mali.
Feli melihat ke arah box dimana hanya tersisa sepuluh risol. Apakah lapar atau doyan pikirnya sendiri "Yaudah berapa semuanya?"
Mali tersenyum "Tadi aku bawa lima puluh satunya itu seratus ribu nah disini kan sisa sepuluh jadi semuanya empat juta"
Feli menatap Mali horor "Anjirr lo ngasih harga nggak kira-kira! Mana kecil-kecil gini juga, nih risol dalemnya ada caviar apa gimana? Mahal amat"
"Emang itu sama mama dikasih caviar dikit hehe" ucap Mali dengan cengirannya. Feli menggelengkan kepala tak percaya. Namun akhirnya ia membayar dengan menstransfer ke rekening Mali. Pantas saja rasanya tak lazim seperti risol pada umumnya.
"Malah pada ngomongin risol! Itu temen lo gimana marfuah?" tanya Devan meyadarkan Feli.
Feli menoleh ke tempat duduk Gia namun ia tak mendapati gadis itu dan Karin disana "Nah lo, kemana lagi tuh bocah?"
"Gia, Karin woii mau pada kemana oyyy ngantin nggak ngajak-ngajak" ucap Feli saat melihat Gia dan Karin sudah berada diambang pintu. Ia lalu mengejar mereka.
****
"Lah buset gue kira mau kemana lo nggak taunya cuma ke kelas sebelah" ucap Karin. Gia sendiri masih senyam senyum sendiri tak menanggapi ucapan Karin.
"Oii lo ngapain kesini?"
Gia dan Karin menoleh. Melihat Feli yang menghampiri mereka, Gia mengembangkan senyumnya. Ia lalu menarik Feli masuk ke kelas XII IPA 1.
"Anjirr lo ngapain nyeret gue kesini ogah banget gue ketemu jelmaan kuyang" protes Feli yang tangan kirinya masih bertahan memegangi pinggiran tembok sementara tangan kanannya ditarik Gia untuk masuk kedalam. Karin hanya melongo menyaksikan kedua temannya.
"Ayo ihhh anggep aja silaturahmi sama mantan" ajak Gia yang masih berusaha menarik Feli.
"Wahh kawan-kawan lihatlah siapa gerangan yang datang?"
Nah kan hal yang tak Feli inginkan terjadi. Sosok yang ia hindari sudah berdiri dihadapannya. Dan lihatlah, ia juga Gia dan Karin sudah menjadi tontonan satu kelas. Beberapa dari mereka menatap dengan penuh tanya. Beruntung sebagian penghuninya sedang tidak berada di tempat.
"Tumben mantan bertandang, kangen ya?" goda Oscar sambil menaik turunkan alisnya menatap sang mantan.
"Pede banget lo--awsh"
Gia mencubit pelan Feli "Kok gitu sih ngomongnya? Tadi katanya mau ngajak pulang bareng nanti"
Feli memelototkan matanya tak terima dengan perkataan Gia "Sinting lo? Mana ada gue ngomong kaya gitu beneran gila kayanya lo!"
Karin tersenyum jahil. Sepertinya asyik jika mengerjai sahabatnya itu "Emang bener kok tadi gue juga denger waktu Feli ngomong gitu. Katanya kangen dibonceng mantan"
"Lo ngapain ikutan segala sih rin?" kesal Feli.
Sementara itu Gia sedang clingak clinguk mencari seseorang didalam kelas.
"Neng Gia nyari abang Niel ya neng?" tanya Daniel yang sedang duduk di bangku paling belakang bersama beberapa temannya. Namun ia tak melihat Geo disana. Gia mengerucutkan bibirnya. Padahal ia berharap bisa melihat wajah itu lagi.
Oscar paham dengan gelagat dari Gia "Geo lagi ngembaliin buku yang dia pinjem di perpus sama Jefreey"
Gia mengalihkan pandangannya ke arah Oscar sebelum akhirnya mengangguk "Gitu ya" ucapnya lesu.
Mendengar apa yang baru saja Gia katakan Karin terkejut tak habis pikir "Jadi lo dari tadi kaya orang kesurupan tuh gara-gara Geo? Astaga Gia, bikin panik orang aja lo"
"Lo naksir ya sama Geo? Beneran jilat ludah sendiri sih ini" ucap Oscar pelan agar seisi kelas tak heboh.
"Nah iya gue inget kalo Gia suka sama Geo berarti mantannya sahabat gue ini bakal nraktir kita-kita dong" ucap Karin sambil menyenggol lengan Oscar.
Gue kira lupa. Batin Oscar merana.
~♥~
Kata Karin mah soal makanan mana bisa lupa
Otewe nyeblak gesss... Ngenggg 🛵🛵Makaciw yang udah mampirr
Semoga kalian suka yaaa 💐💐
Anyeonggg 💃
KAMU SEDANG MEMBACA
Geo&Gia [END]
HumorAda yang bilang masa SMA adalah masa yang indah dan tidak terlupakan. Masa di mana kita punya banyak cerita, salah satunya tentang kisah cinta. Ada yang suka sukaan dengan teman sekelas, ada yang terpikat dengan pesona kakak tingkat, naksir sama ket...