27. Takut

482 75 23
                                    

Happy Reading ❤
.
.
.





"Oh My God, gue nggak salah liat tadi? Itu beneran Geo kan yang nganterin lo ke kelas? Astaga kok bisa?" tanya Karin heboh.

"Lo liat tadi gimana ekspresi orang-orang waktu liat Geo nganterin lo, Gi? Kayanya cinta lo nggak bertepuk sebelah tangan deh" lanjut Karin.

Karin dan Feli sekarang sedang berada di rumah Gia. Mereka akan menginap disana.

"Kok lo kaya biasa aja sih Gi?" tanya Feli saat melihat wajah lesu sahabatnya itu.

"Gimana ya ... Kayaknya saingan gue berat"

Feli yang sedang memakaikan masker di wajah Karin tak sengaja memasukkan masker wajah yang keenceran itu ke hidung Karin.

"Ampun dah, Pel! Gue bilang juga apa? Tuh masker keenceran, lo mah nggak ngerti yang gitu-gituan, Feli!" sungut Karin.

Bisa-bisanya Feli mengatakan semakin banyak air yang digunakan, akan semakin bagus pula kinerja masker itu. Dan bisa-bisanya juga Karin percaya.

"Ya terus gimana dong?" tanya Feli polos.

"Tambahin bubuk maskernya lah bego!"

Feli mengambil bungkus masker itu yang ternyata isinya sudah kosong "Nih, udah tinggal bungkusnya doang"

"Bodo amat dah Pel" kesal Karin. Ia lalu beranjak ke kamar mandi di dalam kamar Gia untuk mumbasuh wajahnya.

"Tadi lo bilang saingan? Si Lexa itu maksutnya?" tanya Feli.

Gia mengangguk lemah "Lexa tuh ternyata adeknya temen kecil Geo yang udah meninggal. Sebelum meninggal, almarhum pesen ke Geo buat jagain adeknya"

Feli mengerti maksut dari Gia "Ya terus masalahnya dimana? Kalau misal nih, misal ya gue bilangnya, jangan kegeeran dulu. Misal Geo sukanya sama lo, sekalipun Lexa suka sama Geo tetep lo kan pemenangnya? Belom pasti juga si Alexa itu suka sama Geo. Jangan suka menyimpulkan sesuatu yang belom lo tau kebenarannya kaya gimana" kata Feli menasehati.

"Dan juga nggak mungkin selamanya Geo jagain Lexa. Geo pasti nanti punya pasangan terus nikah punya keluarga sendiri. Nggak adil dong buat istrinya nanti kalau si Lexa terus-terusan nempel sama Geo"

"Nggak adil buat gue ya, Fel?" tanya Gia pede.

"Ya mana gue tau, lo kira gue Roy Kiyoshi bisa liat masa depan?" balas Feli tak santai.

"Tapi Fel, kok lo kayanya udah nggak sensi sama Geo? Kemaren-kemaren aja lo nyuruh gue nyerah"

"Gue udah males ngasih tau lo. Asal tuh anak nggak nyakitin lo lagi, terserah lo mau deket sama dia apa nggak" jawab Feli.

"Terus Gi, lo tau dari mana soal si Lexa itu?" tanya Karin yang entah sejak kapan sudah nangkring di atas nakas dekat ranjang Gia.

"Oscar yang bilang waktu di kafe" jawab Gia.

Feli mangguk-mangguk sebelum tersadar sesuatu.

"Apaan? Oscar yang bilang? Kok dulu selama pacaran sama gue dia nggak pernah ngomong apa-apa sih?" tanya Feli tak terima.

"Lo lupa kali Fel, coba diinget-inget lagi" ucap Gia.

Feli mengingat-ingat sejenak "Gue nggak menemukan ingatan dimana Oscar pernah nyeritain soal Lexa"

"Mungkin menurut Oscar nggak penting kali, Fel" ucap Karin menduga.

"Lexa nya?"

"Lo nya lah wuahahaha" kata Karin sambil tertawa yang langsung saja mendapat timpukan bantal dari Feli.

Geo&Gia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang