"Kenapa lo nglakuin ini Xa?" tanya Gia.
Jika orang lain yang berada di posisi Lexa mungkin akan merasa terpojok, berbeda dengan Lexa yang masih bisa tenang bahkan tanpa menunjukkan raut penyesalan. Ia bahkan menanggapi pertanyaan Gia dengan kekehan. Wajahnya berubah dingin terkesaan angkuh. Gia tak lagi melihat kepolosan atau ketakutan dari diri Lexa seperti sebelum-sebelumnya.
"Foto gue sama Oscar, bangkai tikus sampai gue yang diracunin itu semua lo kan dalangnya?" tanya Gia dengan datar "Bahkan kejadian di toilet sekolah waktu itu, lo juga yang udah rencanain itu semua?" lanjut Gia dengan tak mengalihkan pandangannya dari Lexa yang saat ini juga menatap datar Gia.
"Ya, semua omongan lo bener. Clarissa, tuh orang gue sendiri yang nyuruh buat nurutin semua permintaan gue. Gue ngancem bakal nyebarin foto dia sama om-om di hotel kalo dia nolak" jawab Lexa.
Gia, Geo bahkan Richard sendiri sempat terkejut dengan gaya bicara Lexa yang saat ini. Sungguh Lexa yang sekarang berbanding terbalik dengan sebelumnya.
"Bicara apa kamu Lexa? Saya tidak pernah mengajarkan kamu untuk berbuat seperti itu!" sentak Richard tak percaya dengan pernyataan Lexa. Richard berdiri dari tempatnya diikuti Lexa yang beralih menatap datar wajah Richard.
"Memangnya apa yang pernah papa ajarkan sama Lexa? Papa nganggap Lexa anak pun nggak kan? Bagi papa anak papa cuma Kak Alex. Lexa cuma anak yang nggak papa harapkan yang bikin mama mati"
"JANGAN KURANG AJAR KAMU!" Richard kembali membentak Lexa. Namun bukannya takut, gadis itu justru tertawa meremehkan.
"Kenapa? Emang gitu kan kenyataannya. Dari dulu papa selalu pilih kasih sama aku. Selalu kak alex yang papa banggain. Selalu Kak Alex yang papa bela. Papa selalu nganggap Lexa sebagai penyebab kematian mama. Kalau aja Lexa tau siapa yang akan jadi orangtua Lexa, Lexa lebih milih nggak dilahirkan dari pada punya orangtua kejam seperti papa "
Plakkk
Richard menampar keras pipi Lexa hingga badan gadis itu terjatuh. Semua orang disana tertegun mendengar ungkapan menyedihkan yang keluar dari bibir Lexa.
"Saudara Richard yang tidak terhormat. Ternyata seperti ini cara anda memperlakukan anak anda?" sinis Aryo yang masih duduk dengan tenang. Ia tak menyangka akan perlakuannya pada Lexa yang sebenarnya. Selama ini di depan publik, Richard selalu membanggakan keluarganya sebagai keluarga yang harmonis. Namun nyatanya apa yang ia perlihatkan hanyalah pencitraan semata.
Gia menghampiri Lexa bermaksud untuk membantu gadis itu bangun. Namun saat tangannya hendak merangkul Lexa, gadis itu justru menepis kasar tangan Gia.
Dengan tatapan sarat akan luka, lexa menatap Gia di hadapannya "Salah kalau gue mau ngrasain bahagia? Setidaknya kalau gue nggak bisa dapet itu dari keluarga gue, gue mau dapet itu dari Geo. Gue yang lebih dulu kenal sama Geo, gue yang lebih dulu suka sama Geo! Kenapa justru lo yang dapetin apa yang gue mau hah? Lo itu penghalang buat gue Gia. Harusnya waktu itu gue bikin lo nyusul alex sekalian"
"Lexa gue nggak pernah nganggap lo lebih dari adik temen gue. Dan gue nggak pernah punya perasaan sama lo. Gue harap lo ngerti" sahut Geo.
"Kenapa? Gue cinta sama lo kak, bahkan sebelum Gia! Kenapa bukan gue? Kenapa harus orang lain yang milikin lo?"
Gavin memandang Lexa prihatin. Hanya karena rasa cintq seseorang bisa senekat itu. Beruntung ia masih memiliki akal yang sehat hingga tak berbuat demikian meski semesta tak berpihak padanya untuk memiliki Gia.
Gia mensejajarkan tubuhnya dengan Exa yang masih terduduk di lantai "Lo berhak bahagia Lexa. Tapi cara lo untuk mendapatkan kebahagiaan itu yang salah. Lo bisa mencari kebahagiaan lo sendiri tanpa merusak kebahagiaan orang lain. Gue tau apa yang lo rasain--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Geo&Gia [END]
HumorAda yang bilang masa SMA adalah masa yang indah dan tidak terlupakan. Masa di mana kita punya banyak cerita, salah satunya tentang kisah cinta. Ada yang suka sukaan dengan teman sekelas, ada yang terpikat dengan pesona kakak tingkat, naksir sama ket...