Bab 4 Tiba di Jakarta

2.2K 100 0
                                    


Sedangkan di kediaman milik keluarga Maheswara, terlihat ramai oleh suara tawa dari Caca yang saat ini sedang bermain ditemani oleh Annisa Putri Maheswara yang merupakan putri satu satunya di keluarga itu. Karena hari ini adalah akhir pekan, seluruh anggota keluarga berkumpul untuk menikmati kebersamaan sambil menemani si kecil Caca yang saat in lagi aktif-aktifnya. Keduanya saat ini tengah berada di ruang keluarga bersama dengan anggota keluarga yang lain.

"Ca bukan begitu caranya, sini aku kasih tahu caranya," ucap Nisa saat melihat Caca yang salah memakaikan baju pada boneka barbie-nva. Mendengar ucapan itu, seketika membuat Caca mendongak lalu ia memberikan boneka itu kepada tantenya.

"Terima kasih tante," ucap Caca sambil menerima boneka barbie-nya vang kini telah memakai gaun berwarna pink itu. Nisa yang gemas dengan keponakannya itu tanpa sadar mencubit pipi gembulnva. Sontak membuat sang pemilik meringis kesakitan.

"Aww, sakit tante" ringis Caca sambil mengusap pipi bekas cubitan itu. Annisa yang melihat itu hanya bisa tersenyum puas melihat wajah cemberutnya.

"Papa," rengek Caca sambil berjalan ke arah Papanya yang saat ini tengah mengobrol dengan Hendra seputar urusan bisnis mereka.

"Ada apa sayang?," ucap Bima sambil mengelus lembut rambut anak perempuannya itu.

"Tante Nisa menyebalkan Pa" adu Gadis kecilnya itu Bima hanya bisa menghela napasnya sambil menatap ke arah adik perempuannya yang kini tengah tersenyum meringis kepadanya memperlihatkan deretan giginya yang putih sambil mengangkat jari piece-nya.

"Sorry Kak, soalnya gemesin banget itu anak. Hihi," ucap Nisa sambil ia menempel kepada mamanya seolah meminta perlindungannya. Sedangkan mamanya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak anaknya itu.

Mobil yang dikendarai oleh Rahmat kini telah sampai di depan gerbang rumah itu. Setelah memencet klakson mobilnya, seorang satpam membukakan gerbang itu dan membiarkan mobil itu masuk. Tak henti-hentinya netra Sinta melihat kagum sekelilingnya saat mobil itu memasuki gerbang tinggi itu.

Sebuah rumah mewah seperti istana berdiri menjuang tinggi di hadapannya Terlihat bunga-bunga indah bermekaran di sebuah taman kecil yang ada di pelataran rumah itu menambah kesan asri di sana.

"Wah indah sekali rumahnya, "batin Sinta saat melihat rumah mewah itu dari dalam mobil itu.

Melihat keponakannya itu tengah melamun, membuat Rahmat geleng-geleng kepala Setelah memarkirkan mobil itu ia mengajak keponakannya untuk masuk ke dalam rumah itu.

"Ayo, Sin." ajak Rahmat pada Sinta.

"Eh, i-iya Paman" ucap Sinta yang tersadar dari lamunannya. Kemudian ia mengikuti langkah Pamannya turun dari mobil itu.

Pertama kali kakiku menginjak di pelataran rumah itu aku merasakan rasa gugup menyelimuti diriku. Rasa gugup yang sama seperti di saat dulu tengah menghadapi ujian kelulusan Perlahan aku berjalan di belakang Pamanku demi meminimalisir rasa gugupku saat ini Seakan tahu ketakutanku saat ini, Paman menoleh kepadaku sambil tersenyum.

"Jangan takut, Sin! Pemilik rumah ini baik-baik semua," ucap Rahmat sambil mengelus rambut Sinta. Sinta yang masih takut hanya bisa mengangguk sambil berdoa dalam hati.

Bibi Inah yang mendengar suara mobil datang, langsung melepas celemeknya dan berjalan ke arah pintu utama rumah itu.

Terlihat jelas senyuman mengembang di bibir Bi Inah tatkala melihat keponakan satu-satunya itu kini telah sampai di hadapannya.

"Sinta, Bibi kangen banget sama kamu sayang" ucap Bi Inah sambil matanya berkaca-kaca melihat Sinta.

Sinta yang mendengar suara Bibinya itu langsung mendongak lalu dengan cepat ia berjalan menghampiri Bibinya dan seketika memeluknya.

The Owner Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang