Bab 12 Pengalaman Pertama

2.5K 89 0
                                    

Hari ini keberangkatan Bima, Caca dan Sinta ke kota apel Malang. Setelah berpamitan kepada semua keluarga, ketiganya berangkat ke bandara diantar oleh Pak Rahmat.

"Pa, di sana kita akan pergi jalan-jalan juga kan Pa?" tanya Caca saat mereka sedang dalam perjalanan ke bandara. Mendengar pertanyaan itu membuat Bima tersenyum.

"Iya sayang, nanti setelah Papa menyelesaikan pekerjaan Papa, Papa pasti akan ajak Caca jalan-jalan di sana" jawab Bima sambil mengelus rambut Caca. Mendengar jawaban itu seketika membuat Caca senang bukan kepalang. Sampai-sampai selama perjalanan ia tak henti-hentinya bernyanyi dengan senyuman yang senantiasa menghiasi wajah cantiknya.

Tanpa keduanya sadari, Sinta justru dalam perasaan gundahnya sekarang. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang ditekuk dan telapak tangannya mulai berkeringat dingin.

"Lindungi hambamu ini Ya Allah!" ucap Sinta dalam hati berdoa untuk keselamatannya di perjalanan ini.

Setelah beberapa saat kemudian mobil yang mereka tumpangi kini telah sampai di depan Bandar Udara Soekarno-Hatta itu. Dengan di bantu Pak Rahmat, mereka membawakan barang mereka sampai di dalam bandara. Setelah itu Pak Rahmat pun pamit untuk pulang karena akan kembali mengantarkan Hendra ke Perusahaan.

Setelah kepergian Pak Rahmat, Bima mengajak Caca dan Sinta segera untuk check-in dan memasukkan barang mereka ke bagasi.

Caca yang sangat senang karena akan menaiki pesawat untuk pertama kalinya, terlihat antusias dan selalu menggandeng tangan Papanya. Sedangkan Sinta berada di belakang keduanya sambil menundukkan kepalanya dan membawa koper miliknya dan Caca.

Karena Sinta yang terus menunduk sambil berjalan, ia tak menyadari bahwa mereka telah sampai di tempat check-in sehingga membuatnya menabrak punggung besar Bima.

Bugh

Seketika membuat Sinta tersadar dan mendongak sedangkan Bima juga tampak terkejut lalu menoleh ke belakang.

"Ma-maaf Tu-tuan! Saya tidak sengaja," ucap Sinta sambil menundukkan kepalanya. Bima bisa melihat tubuh Sinta yang sedikit bergetar saat ini.

"Kenapa dengan dirinya? Kenapa tubuhnya bergetar seperti orang yang ketakutan? Jangan-jangan...."ucap Bima salam hati melihat gerak-gerik Sinta saat ini.

Perlahan ia menghampiri Sinta, lalu setelah berdiri tepat di hadapannya Bima memegang kedua pundak Sinta.

"Kamu kenapa? Kenapa seperti orang ketakutan sejak dalam perjalanan tadi sampai sekarang?" tanya Bima yang seketika membuat Sinta mendongak melihat ke arah nya. Pandangan keduanya sempat bertemu beberapa saat sebelum Sinta yang menyadarinya lalu kembali menundukkan kepalanya lagi.

"Sa-saya takut Tuan," jawab Sinta dengan suara lirihnya. Namun tetap saja Bima bisa mendengarnya. Ia tampak sedikit bingung dengan ucapan dari Sinta.

"Mbak, Mbak kenapa?" tanya Caca yang ikut menanyai Sinta karena melihat sikap pengasuhnya itu sedikit aneh.

"Kamu belum pernah naik pesawat sebelumnya?" tanya Bima pada Sinta. Kemudian beberapa saat kemudian Sinta terlihat mengangguk kepadanya. Seketika membuat Bima tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Ia merasa lucu melihat Sinta yang ketakutan karena ternyata ini adalah pengalaman pertamanya naik pesawat.

"Sudah jangan takut. Tidak akan terjadi apa-apa pada kita," ucap Bima sambil beralih mengelus punggung Sinta. Mendapatkan perlakuan itu seketika membuat Sinta membeku di tempatnya saat ia merasakan tangan kekar yang mendarat di punggungnya. Apalagi semakin membuat aroma wangi Bima semakin menusuk ke dalam indra penciumannya.

Deg

Deg

Deg

Detak jantung Sinta sekarang berdetak semakin lama semakin cepat hingga membuatnya sedikit menggeser tubuhnya menghindari Bima. Mengetahui itu seketika membuat Bima tersadar akan sikapnya lalu ia meminta maaf pada Sinta.

The Owner Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang