Bab 17 Kepulangan Si Jahil

2.2K 52 0
                                    

Terlihat seorang laki-laki muda tengah menggeret kopernya keluar dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Laki-laki berkacamata hitam, tubuh tegap dengan hidung mancungnya berjalan menuju ke tempat di mana beberapa taksi yang terparkir di area bandara tersebut.

Setelah mengatakan alamat tujuannya, salah satu taksi yang ada di area tersebut mengantarkan laki-laki itu ke tempat itu. setelah sekitar 30 menit, taksi itu pun tiba di sebuah gerbang rumah mewah.

"Terima kasih Pak! Ini ongkosnya" ucap laki-laki tampan itu sambil memberikan beberapa lembar uang seratur ribu kepada sopr taksi tersebut.

"Ini kebanyakan, Tuan" ucap sopir taksi itu menolak uang yang di berikan oleh laki-laki itu. laki-laki tampan itu hanya bisa tersenyum.

"Tidak apa-apa Pak! Anggap saja ini rezeki Bapak" ucap laki-laki itu sambil menyerahkan uangnya itu. akhirnya dengan mata berbinar sopir itu pun menerima uang tersebut. Tak lupa ia berterima kasih pada penumpangnya itu sambil mengatakan beberapa doa untuknya.

Setelah itu, laki-laki tampan itu turun dari taksi tersebut dengan perasaan bahagianya. Sedangkan taksi itu mulai meninggalkan tempat itu.

"Welcome home" ucap laki-laki tampan itu sambil menggeret koper kecilnya itu ke arah gerbang. Dengan masih menggunakan kacamata hitamnya, laki-laki itu menekan bel rumah tersebut.

Tett ... tett ...

Tak beberapa lama kemudian terlihat Pak Budi menghampiri gerbang itu. ia melihat seorang laki-laki berkacamata tengah berdiri di luar gerbang sambil memegang sebuah koper di tangannya.

"Siapa laki-laki ini? Kenapa aku merasa tidak asing dengannya. Tapi siapa ya?" batin Pak Budi saat melihat laki-laki itu.

"Maaf, cari siapa ya?" ucap Pak Budi kepada laki-laki itu. mendengar ucapan itu seketika membuat laki-laki itu tersenyum.

"Astaga! Apa Pak Budi sudah tidak mengenaliku lagi?" ucap laki-laki itu sambil melepas kacamatanya itu. seketika membuat kedua mata Pak budi membulat sempurna melihat dengan jelas siapa laki-laki itu setelah kacamata itu di lepas.

"Astaga Den Arsya! Bagaimana bisa Aden tiba di sini tanpa ada pemberitahuan?" ucap Pak Budi yang terkejut melihat kedatangan anak majikannya itu.

Arsyanendra Putra Maheswara adalah putra kedua Hendra dan Ratna yang berarti adik dari Bima dan kakak dari Annisa. Arsya memang melanjutkan kuliahnya di London setelah SMA dan hanya beberapa kali saja mengunjungi Indonesia. Arsya yang tumbuh besar di negara orang itu, membuatnya terlihat seperti orang bule pada umumnya.

Setelah membukakan pintu gerbang itu, Pak Budi langsung mengambil alih koper itu.

"Bagaimana kabar Pak Budi?" tanya Arsya saat sudah memasuki halaman rumah milik kedua orang tuanya itu.

"Baik Den. Aden sendiri bagaimana kabarnya? Kenapa tidak bilang kalau mau pulang? Kan nanti biar di jemput oleh Pak Daud atau Pak Parman." Ucap Pak Budi. Arsya hanya bisa tersenyum.

"Memang sengaja memberikan kejutan kepada kalian semua. Hahaha. Apa di rumah ada orang?" tanya Arsya sambil tertawa karena berhasil memberikan kejutan itu.

"Ih Aden ada-ada saja. Di dalam ada Nyonya, Den. Tuan ada di kantor, sedangkan Non Annisa kuliah" ucap Pak Budi. Mendengar itu membuat Arsya menyunggingkan senyumnya.

"Baiklah kalau begitu, aku masuk dulu Pak." Ucap Arsya sambil mengulurkan tangannya untuk meraih gagang kopernya. Namun tidak di berikan oleh Pak Budi.

"Jangan Den, Biar saya saja yang membawa koper Aden dan menaruhnya di kamar Aden" ucap Pak Budi. Akhirnya mau tak mau Arsya mengiyakan ucapan dari Pak Budi itu.

The Owner Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang