Sepeninggal Bi Inah, Ratna kembali ke sofa dan duduk di samping anak perempuannya Annisa yang penasaran dengan seorang wanita yang datang bersama Bi Inah, seketika bertanya kepada mamanya itu.
"Siapa tadi, ma?" tanya Nisa sambil menatap lekat ke arah mamanya. Sedangkan Ratna yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Namanya Sinta, Pengasuh baru untuk Caca yang kebetulan keponakan Bi Inah sendiri" jawab Ratna sambil mengambil minumannya lalu meminumnya.
"Tapi sepertinya masih muda ya Ma? Berapa umurnya ma? Kalau dilihat sama aku gak jauh beda" ucap Nisa. Karena melihat penampilan sederhana Sinta dan juga perawakannya membuat Nisa menebak kalau ia seumuran dengannya.
"Kata Bi Inah umurnya 24 tahun, Nis. "ucap Ratna kepada anak gadisnya itu.
"Wah, cocok itu sama kak Bima! Hahaha" ucap Nisa disertai dengan tawanya kepada Mamanya itu. sedangkan Mamanya hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar ucapan Nisa.
"Siapa yang kalian maksud?" Terdengar suara dari belakang sofa mereka. Seketika membuat keduanya menoleh ke belakang. Mereka bisa melihat kedatangan Hendra, Bima dan Caca yang telah kembali dari ruang kerja mereka karena mengurus pekerjaan mereka.
"Eh kak Bima! Gak siapa-siapa kok kak" ucap Sinta sambil memperlihatkan deretan giginya kepada kakak pertamanya itu. Mendengar jawaban adiknya, membuat Bima hanya bisa geleng-geleng kepala sambil berjalan dan duduk di sofa itu menikmati waktu senggang sebelum makan malam nanti.
Setelah bertemu dengan pemilik rumah, Bi Inah mengajak Sinta untuk menuju ke kamar yang akan ia gunakan disana.
Mataku seakan tak berkedip melihat semua benda yang ada di dalam rumah ini. Tak bisa ku bayangkan harga semua perabotan mewah yang ada di sini. Meja makan berukuran besar dan kursi-kursi yang ang terdapat ukiran ukiran di bagian sandarannya Ditambah lampu kristal besar yang menggantung tepat di atas tengah-tengah meja itu. memperlihatkan betapa mewahnya selera sang pemiliknya.
Dapur yang sangat bersih dan rapi Alat-alat masak yang ditata dengan rapi dan tersusun berurutan dari yang terkecil hingga terbesar membuat tanganku terasa ingin sekali menyentuhnya Ingin rasanya aku merasakan tekstur alat-alat masak yang mewah itu. saking asyiknya aku mengamati dapur itu, membuatku tanpa sadar berhenti dari langkahku Hingga sebuah tangan membuyarkan lamunanku hingga membuatku sedikit tersentak dibuatnya.
"Sin kenapa masih disini? Ayo, "ucap Bi Inah sambil memegang bahuku.
"E-eh, iya Bi," jawabku. Kemudian aku kembali berjalan mengikuti langkah Bi Inah melewati dapur dan sebuah jalan setapak yang ada taman kecil disana. Hingga aku sampai di sebuah tempat khusus kamar untuk para pembantu yang ada di sana. Walaupun hanya kamar pembantu, namun kamar itu lebih besar dari kamarku yang ada di kampungku.
"Ini kamarmu Sin" ucap Bi Inah sambil membuka pintu kamar. Aku pun melangkah masuk ke dalam kamar itu.
Bersih. Itulah yang kata pertama yang keluar dari labiumku saat pertama kali aku melihat kamar ini. Tempat tidur yang tidak besar tapi tidak kecil vang ada di sana. Sebuah sofa kecil dan meja yang ada tak jauh dari ranjang putih itu, di tambah sebuah lemari baju besar dan meja rias yang warna birunya senada dengan warna sofa itu membuat kamar ini semakin terlihat bagus.
Lalu perlahan aku melangkah menuju ke kamar mandi vang ada di sana. Ceklek. Seketika mataku berbinar saat melihat dalam kamar mandi di sana. Terdapat sebuah bathub dan juga showerz tersedia di sana. Apalagi shower itu hanya tersekat oleh dinding kaca bening, sehingga bisa terlihat dengan jelas jika ada yang mandi di sana. Tak lupa sebuah closet duduk yang menggunakan sensor tangan semakin membuat mataku semakin terkagum.
Bagaimana tidak kaget? Di saat aku ingin menyentuh tombol-tombol yang ada di samping closet yang sedang tertutup itu secara tiba-tiba closet itu terbuka dengan sendirinya Setelah puas melihat-lihat, aku berdiri di pintu kamar mandi itu sambil pandanganku kembali melihat ke dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Owner Of The Heart
Storie d'amoreMenceritakan tentang seorang gadis manis yang merantau ke kota Metropolitan menyusul paman serta bibinya. Kehilangan kedua orang tuanya membuat Sinta mau tak mau menuruti kemauan Sang Bibi yang mendesaknya untuk menerima sebuah pekerjaan menjadi seo...