Setelah melakukan perjalanan sekitar satu setengah jam, ketiganya kini telah sampai di kota Malang tersebut. Sinta yang akhirnya bisa menginjakkan lagi di daratan kini bisa bernafas lega.
"Akhirnya," ucap Sinta tanpa sadar saat ketiganya telah keluar dari area bandara tersebut. Mendengar ucapan itu membuat Bima menoleh ke arah Sinta sambil kedua sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan karena melihat sikap Sinta yang sangat takut naik pesawat pertama kalinya.
Tak lama kemudian, terlihat seorang laki-laki yang datang menghampiri mereka.
"Selamat datang di kota Malang, Tuan Bima. Saya Parjo, yang akan menjadi sopir Tuan selama berada di sini." ucap laki-laki yang kelihatan seumuran dengan Pak Rahmat.
"Terima kasih, Pak. Sekarang tolong antar kami ke villa," ucap Bima. Dengan sigap Pak Parjo mengangguk sambil mengambil alih koper milik Bima dan juga Sinta lalu mengajak mereka untuk masuk ke dalam mobil yang sudah berada di luar sana.
Tak beberapa lama kemudian mobil mereka telah sampai di sebuah villa yang di halamannya terdapat taman bunga kecil sangat indah. Seketika membuat mata Sinta berbinar apalagi villa tersebut berada di dataran yang lumayan tinggi sehingga membuat suasana yang ada di sana terasa sedikit lebih dingin.
"Indah sekali," ucap Sinta pertama kali saat turun dari mobil itu dan melihat ke arah villa yang kini berada di hadapannya itu. Mendengar ucapan itu membuat Bima yang ada di belakangnya menyunggingkan senyumnya.
"Mbak, ayo kita masuk! Ayo Pa," ucap Caca yang antusias dan mengajak Papa dan Sinta untuk segera memasuki villa tersebut.
"Iya iya sayang, jangan lari-lari nanti bisa jatuh," ucap Bima memperingati anak perempuannya yang tengah berlari ke dalam villa minimalis itu.
"Sin," panggil Bima kepda Sinta setelah keduanya telah sampai di dalam villa tersebut.
"Iya Tuan," jawab Sinta sopan.
"Di sini tidak ada pelayan, aku berharap kamu mau memasak untuk kami. Karena sebelumnya aku berpikir kalau tidak mengajak Caca, aku akan tinggal di hotel. Namun karena Caca bersikeras ikut, jadi terpaksa aku menyewa villa ini dadakan. " ucap Bima kepada Sinta menjelaskan.
"Iya Tuan, Tuan tenang saja saya yang akan nanti mengurus semua keperluan Tuan dan Non Caca" ucap Sinta sambil menunduk.
"Sampai kapan Tuan Bima berada di sini? Aku sudah tidak mampu untuk mengatur detak jantungku lebih lama lagi kalau lama-lama berdekatan padanya. Apalagi aroma parfumnya yang membuatku semakin merasakan gelayar aneh pada tubuhku." Ucap Sinta dalam hati sambil mencoba menetralisir detak jantungnya yang semakin lama semakin berdetak kencang.
"Baiklah, o iya di sini hanya ada dua kamar. Jadi selama berada di sini kamu satu kamar sama Caca. Karena aku yakin Caca juga tidak mau satu kamar denganku" ucap Bima lagi. Sinta hanya bisa mengangguk pasrah.
Setelah menjelaskan kepada Sinta, Bima langsung masuk ke dalam kamarnya sambil membawa kopernya. Sedangkan Sinta juga masuk ke dalam kamar miliknya dan Caca untuk menata semua barang yang mereka bawa.
Saat Sinta tengah asyik menata satu persatu barangnya, Caca datang menghampirinya dengan nafas ngos-ngosannya.
"Mbak," panggil Caca sedikit berteriak kepada Sinta membuat Sinta yang sedang merapikan tempat tidurnya terkejut sampai mengelus dadanya.
"Haih Non, bikin Mbak kaget saja! Ada apa Non?" ucapku sambil menghentikan aktivitasku. Terlihat Caca menghampiri Sinta dengan wajah berbinarnya.
"Mbak, apa Mbak bawa baju renangku?" tanya Caca pada Sinta. Sejenak Sinta berpikir mengingat-ingat barang milik Caca yang ia masukkan ke dalam kopernya kemarin.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Owner Of The Heart
RomanceMenceritakan tentang seorang gadis manis yang merantau ke kota Metropolitan menyusul paman serta bibinya. Kehilangan kedua orang tuanya membuat Sinta mau tak mau menuruti kemauan Sang Bibi yang mendesaknya untuk menerima sebuah pekerjaan menjadi seo...