Bab 7 Sepiring Puding

2.6K 100 0
                                    


Setelah mengantarkan Caca ke sekolah, Bima langsung meluncur ke kantor miliknya. Bima memang sejak dulu tidak suka di antar oleh sopir seperti Papanya. Baginya, jika di antar oleh sopir ia tidak akan bisa leluasa pergi kemana pun ia mau. Walaupun sebenarnya itu tidak berpengaruh, namun tetap saja ia tidak menyukainya karena ia suka menyetir sendiri.

"Memalukan sekali, " ucap Bima sambil geleng-geleng mengingat kejadian pagi tadi di ruang makan.

"Tapi memang masakannya enak," imbuhnya sambil mengingat-ingat masakan yang dimasak oleh Sinta.

"Apa yang sedang aku pikirkan! Dia hanya pengasuh Caca, " ujarnya kepada dirinya sendiri. Ia pun kembali fokus pada kemudinya.

Sedangkan di rumah,

Setelah kepergian semua orang, kini tinggallah Nyonya Ratna di rumah. Ia langsung menghampiri ku dan Bi Inah yang saat ini tengah berada di dapur menyelesaikan cucian piring kotor.

"Sinta," panggil Nyonya Ratna. Aku yang tengah membantu Bi Inah mencuci alat makan, seketika menghentikan aktivitas ku dan mencuci tanganku dengan cepat. Kemudian aku menghampiri majikanku itu.

"I-iya Nya, ada yang bisa saya bantu ?" tanyaku sopan sambil sedikit membungkuk.

"Tidak! Jangan terlalu sibuk Sin, nanti kamu bisa lelah. Kamu di sini hanya mengurus semua keperluan Caca" ucap Nyonya Ratna mengingatkan.

Memang kemarin saat setelah mengantar tidur Caca, Nyonya Ratna mengatakan padaku kalau tugasku di sini hanya seputar keperluan Caca. Namun apa aku bisa tinggal diam saat aku melihat Bibiku yang tengah sibuk melaksanakan tugasnya? Tentu saja tidak bisa.

Walau tubuhku selelah apa pun, aku akan selalu membantu Bi Inah. Itu karena aku sudah menganggap Bibi sama seperti Ibuku sendiri. Apalagi sejak Ibuku meninggal dulu dan saat Bapakku mulai sakit-sakitan, Bi Inah selalu ikut membantu membiayai keperluan sekolahku. Jadi sekarang yang aku bisa hanya membantu meringankan bebannya. Walau ia selalu menolak, tapi aku kukuh membantunya karena aku tak tega saat melihatnya terus saja bekerja.

"Tidak apa-apa Nyonya, saya hanya membantu Bi Inah sedikit " ucapku sambil tersenyum kepada Nyonya Ratna. Nyonya Ratna hanya bisa geleng-geleng mendengar ucapanku.

"Gadis yang rajin," batin Ratna melihat Sinta yang selalu menyibukkan diri walau sebenarnya itu bukan tugasnya. Tanpa sadar Ratna menepuk pundak kanan Sinta. Sontak membuat sang pemilik terkejut dibuatnya.

"Ya sudah terserah kamu saja, kalau lelah istirahat saja! Soalnya nanti kalau Caca sudah pulang, dia pasti akan menyusahkanmu " ucap Nyonya Ratna saat kembali mengingat kelakuan cucu kesayangannya itu.

Aku yang mendengar ucapan itu hanya bisa tersenyum walau dalam hatiku juga membenarkannya.

"Iya Nyonya, " jawabku sopan. Nyonya Ratna hanya mengangguk kemudian berbalik meninggalkanku. Setelah Nyonya pergi, aku kembali menghampiri Bi Inah dan membantunya menyelesaikan pekerjaannya.

Waktu terus berlalu, saat ini sudah jam 11 siang. Itu artinya sebentar lagi Caca akan segera pulang sekolah. Sedetik kemudian aku teringat dengan ucapanku pada Caca tadi pagi yang menyanggupi permintaannya untuk membuatkan puding lagi. Sebelum Princess itu mengamuk, aku lebih dulu membuatkannya.

Dengan langkah pasti aku berjalan ke arah dapur dan aku melihat Bi Inah sedang sibuk di sana. Aku pun tersenyum sambil menghampirinya.

"Lagi apa Bi," tanyaku saat melihat Bi Inah sedang sibuk dengan penggorengannya.

"Oh kamu Sin, ini Nyonya ingin dibuatkan spageti kesukaannya " ucap Bi Inah sambil terlihat memasak mie lembut itu.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan itu. lalu aku berjalan mendekati laci puding.

The Owner Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang