Sepeninggal kedua orang tuanya, Bima masih berada di ruang keluarga itu sambil memikirkan perkataan dari Mamanya tadi.
"Haih, Mama selalu saja menanyakan itu padaku," ujar Bima sambil beranjak dari duduknya. Ia langsung berjalan menaiki tangga untuk pergi menuju ke kamarnya.
Saat ia melewati pintu kamar anaknya, sekilas ia melihat Sinta yang sedang membacakan dongeng sambil bersandar di sebelah Caca yang tengah memejamkan matanya. Seketika ia menghentikan langkahnya lalu ia bersandar di sebelah pintu itu, mendengarkan suara lembut milik pengasuh itu.
Sedangkan di dalam kamar, Sinta masih setia dengan buku dongengnya yang saat ini ia pegang. Walau ia tahu Caca sudah tertidur, namun ia tetap saja melanjutkan cerita dongeng itu hingga tuntas.
"Setelah sang pangeran mencoba memakaikan sepatu kaca itu di kaki Cinderella, pangeran itu pun tersenyum melihat sepatu kaca yang ternyata pas di kaki Ella." Ucap Sinta sambil membalikkan lembaran terakhir dari buku dongeng yang berjudul Cinderella itu.
"Lalu sang pangeran langsung mengajak Ella pergi dari rumah ibu tirinya itu, dan akhirnya sang pangeran menikahi Ella dan menjadikannya permaisurinya di kastil mewahnya itu. keduanya pun hidup berbahagia selamanya," ujar Sinta lalu ia menutup buku dongeng itu karena telah selesai. Sinta tersenyum melihat Caca yang sudah tertidur lelap sambil memeluk pinggangnya itu.
Perlahan ia meletakkan buku dongeng itu dan mencoba mengangkat tangan mungil yang memeluknya itu. mungkin karena belum lelap, membuat Caca menggeliat saat ada tangan yang mengganggu tidurnya.
"Engh," suara Caca yang menggeliat sambil kembali memeluk tubuh Sinta.
Akhirnya membuat Sinta mau tak mau harus bersabar menunggu Caca sampai benar-benar terlelap sambil terus mengelus punggungnya.
"Hoam," suara Sinta yang mulai merasakan kantuk yang menyerangnya itu. karena tubuhnya yang lelah karena sejak tadi bersandar di sandaran ranjang, ia langsung mengubah posisinya berbaring di samping Caca.
"Sssstt," desis Sinta saat Caca terlihat menggeliat lagi. Lalu ia cepat-cepat menepuk-nepuk punggung bocah kecil itu agar kembali tenang dalam tidurnya. Tanpa ia sadari ia sendiri juga memejamkan matanya karena rasa kantuknya itu.
Sedangkan Bima yang melihat pemandangan di dalam kamar itu menyunggingkan senyumnya. Perlahan ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar itu. tepat di depan ranjang itu, Bima menghentikan langkahnya. Melihat Sinta yang terus menepuk-nepuk lembut punggung putrinya sambil memejamkan matanya.
Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang hangat di hatinya melihat pemandangan yang menurutnya indah di hadapannya saat ini. Melihat Sinta yang tengah berusaha menidurkan Caca, seperti melihat seorang istri yang sedang menidurkan anaknya.
Kemudian ia teringat perkataan mamanya beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa Caca juga membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Tak terasa mata Bima memanas mengingat selama hampir 5 tahun ini Caca yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu setelah Bima menceraikan mantan istrinya tepat setelah ia melewati masa nifasnya.
Itu ia lakukan karena sakit hatinya saat mendapati mantan istrinya yang ketahuan selingkuh dengan laki-laki lain yang ternyata mantan pacarnya dulu.
Bima langsung menyadarkan dirinya saat ia kembali mengingat pengkhianatan besar itu. Terlihat sebuah lengkungan indah menghiasi kedua sudut bibir Bima saat ini. Perlahan ia memundurkan langkahnya meninggalkan kamar itu. sesampainya di luar pintu kamar itu, ia kembali menoleh ke dalam sana.
"Good night sayangku, Papa sangat menyayangimu! Papa janji akan memberikan Caca seorang ibu yang baik nantinya" ucap Bima sambil menatap ke arah Caca yang tidur sambil memeluk pengasuhnya. Sedetik kemudian ia mengalihkan pandangannya kepada pengasuh itu.
Ia bisa merasakan hatinya yang sedikit menghangat melihat paras cantik wanita yang merupakan pengasuh anaknya itu yang saat ini tengah memeluk tubuh putrinya.
Tak mau terus lama berada di sana, perlahan Bima menutup pintu kamar itu dan kemudian ia kembali ke kamar pribadinya.
Sesampainya di dalam kamarnya, Bima langsung melepaskan pakaian santainya menyisakan boxernya saja.
Setelah itu, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size miliknya itu. Ranjang yang dingin menurutnya, karena di saat laki-laki seumuran dengannya pasti selalu menikmati malam-malam mereka dengan istri mereka. Namun tidak dengan Bima, ia harus melewati setiap malamnya seorang diri tanpa adanya seorang pendamping di sampingnya.
Ia memandang kosong langit-langit kamarnya sambil meletakkan sebelah tangannya di bawah kepalanya. Kemudian perlahan muncul sosok wanita cantik dalam pandangannya itu. Seorang wanita cantik yang tengah tersenyum manis kearah nya. Tanpa sadar ia menyunggingkan senyumnya seakan membalas senyuman wanita itu. Dalam bayangan itu ia melihat wanita itu sedang bermain bersama anak perempuannya dan ia bisa melihat anaknya yang sangat menyukai wanita itu. Terlihat jelas dari gelak tawa keduanya yang tengah bermain kejar-kejaran itu.
"Sinta" sebuah nama yang tanpa sadar Bima ucapkan saat melihat sosok wanita cantik dalam bayangannya itu. Semakin lama ia mulai merasakan rasa kantuk yang menyerangnya hingga tak terasa ia memejamkan matanya hingga ia pun tertidur pulas sambil terus membayangkan wajah cantik itu.
Keesokan harinya,
Sinta yang sedang tidur itu, mulai mengerjapkan matanya saat merasakan sebuah cahaya terang yang mengganggu tidurnya itu. Perlahan tapi pasti ia membuka matanya demi mengembalikan kesadarannya itu.
Ia melihat Caca yang tidur sebelahnya membuatnya terkejut kemudian sedetik kemudian ia teringat dengan kejadian semalam saat ia mencoba menidurkan Caca.
"Ternyata aku malah ketiduran di sini," batin Sinta yang menyadari saat ini ia masih berada di dalam kamar Caca. Bahkan ia masih setia memeluk tubuh kecil yang juga memeluknya itu.
Perlahan ia melepaskan tangannya dan beralih mengangkat tangan Caca lalu menggeser tubuhnya menjauhi Caca. Ia sedikit lega saat ia berhasil terbebas dari Caca. Setelah meregangkan otot-ototnya, Sinta langsung berjalan meninggalkan kamar itu menuju ke kamarnya sendiri. Setelah membersihkan diri, ia kembali melakukan rutinitasnya setiap pagi untuk membantu Bi Inah memasak di dapur.
"Sin," panggil Bi Inah pada Sinta. Sinta yang sedang mencuci sayur di wastafel yang ada di sana menooleh kepada Bi Inah.
"Ya Bi," sahut Sinta sambil meneruskan pekerjaannya.
"Nanti setelah selesai mengurus Non Caca, kamu tolong gantikan pekerjaan Rita ya? hari ini ia izin keluar" ucap Bi Inah.
"Iya Bi," jawab Sinta.
Kemudian mereka melanjutkan pekerjaan masing-masing hingga semua orang pergi dari rumah. Setelah itu, Sinta langsung bergegas untuk membersihkan kamar Caca terlebih dahulu seperti biasa. Setelahnya ia menuju ke kamar milik Bima karena pekerjaan Rita di rumah itu salah satunya bertugas membersihkan kamar milik Bima.
Ceklek
Dengan membawa peralatan bersih-bersihnya, ia masuk ke dalam kamar laki-laki itu. Perlahan ia bisa mencium aroma maskulin sang pemilik kamar itu yang masih tertinggal di sana. Aroma kuat nan hangat yang menerobos masuk ke indra penciumannya membuatnya merasakan gelayar aneh pada tubuhnya.
"Wangi sekali" ucap Sinta tanpa ia sadari saat mencium aroma tersebut. Beberapa saat kemudian ia menggelengkan kepalanya agar mengembalikan kesadarannya. Kemudian ia perlahan mulai melakukan pekerjaannya itu.
Setelah berkutat di dalam kamar tersebut selama lebih dari 2 jam lamanya, akhirnya Sinta selesai membersihkan kamar tersebut. Tak terasa saat ini sudah menunjukkan waktu hampir jam 10 pagi. Itu berarti satu jam lagi Caca akan pulang sekolah.
"Haih, akhirnya selesai juga." Ucap Sinta sambil merapikan lagi peralatan bersih-bersihnya dan membawanya keluar dari kamar itu. Setelah itu ia pergi ke dapur untuk istirahat sebentar sebelum menyambut kedatangan sang princess pulang dari sekolahnya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Owner Of The Heart
RomanceMenceritakan tentang seorang gadis manis yang merantau ke kota Metropolitan menyusul paman serta bibinya. Kehilangan kedua orang tuanya membuat Sinta mau tak mau menuruti kemauan Sang Bibi yang mendesaknya untuk menerima sebuah pekerjaan menjadi seo...