Ratna yang terkejut melihat kedatangan anak keduanya seketika berdiri dari duduknya dan langsung mengejar Arsya sambil membawa kemoceng yang tadi ia minta pada Bi Inah.
"Dasar anak kurang ajar! Bisa-bisanya baru pulang sekarang" teriak Ratna sambil terus berlari mengelilingi dalam ruang keluarga yang luas itu. melihat Mamanya yang marah padanya, membuat Arsya takut namun juga lucu karena sifat Mamanya yang tidak pernah berubah padanya.
"Hahaha, maafkan aku Ma! Mama tahu sendiri kan kuliahku di sana? Arsya sangat sibuk Ma, makanya baru bisa pulang sekarang. Hehehe " sahut Arsya sambil terus menghindari kejaran dari Mamanya itu.
Mendengar jawaban itu, bukannya mengerti malah membuat Ratna semakin marah dan kesal.
"Apa!" teriak Ratna lalu berhenti dan menatap tajam ke arah anak keduanya itu.
"Sibuk? Sibuk apa? Sibuk sama wanita-wanitamu?" Bentak Ratna kemudian ia melempar kemoceng yang ditangannya itu ke arah Arsya. Dengan cepat Arsya menangkap kemoceng yang melayang ke arahnya itu sebelum mengenai kepalanya. Setelah melempar kemoceng, Ratna langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa.
"Mampus gue! Nyokap marah pula" batin Arsya saat melihat Mamanya yang saat ini benar-benar marah padanya. Ia tidak menyangka bahwa Mamanya akan semarah ini padanya.
Dengan perlahan Arsya mendekat ke arah Mamanya yang tengah menatapnya tajam itu. Dengan senyuman lebar, Arsya kemudian duduk di samping Mamanya. Melihat anaknya itu sudah duduk disampingnya, Ratna langsung menjewer kedua teliga Arsya hingga membuat sang empu berteriak minta ampun.
"Aw aw, Ma sakit, Ma! Ampun Ma" ringis Arsya sambil tangannya memegang pergelangan tangan Mamanya yang berada di telinganya itu. namun bukan Nyonya Ratna namanya kalau langsung melepaskannya. Justru ia semakin menarik daun telinga anaknya itu.
"Sakit? Ini belum ada apa-apanya di banding sakit hati Mama melihatmu terus-terusan bermain perempuan di luaran sana" ucap Ratna sambil terus menjewer telinga Arsya. Walaupun Arsya tinggal sendiri di luar negeri, bukan berarti keluarganya melepaskannya begitu saja. Tetap ada orang yang selalu mengawasi gerak-gerik Arsya sehingga orang tuanya mengetahui semua yang dilakukan Arsya tanpa ia memberitahu mereka.
Deg
"What! Bagaimana Mama tahu? Apa jangan-jangan selama ini Mama menyuruh orang untuk mengawasi pergerakanku? Sejauh mana Mama sama Papa mengetahuinya? Matilah aku!" ucap Arsya dalam hati setelah mendengar perkataan dari Mamanya itu. ia pun mencari alasan agar bisa terbebas dari pengawasan kedua orang tuanya.
"A-apa maksud Mama? Lagian siapa yang main perempuan?" ucap Arsya mengelak.
"Arsya sibuk kuliah Ma, mana mungkin Arsya punya waktu bermain dengan mereka?" imbuh Arsya yang terus saja mengelak semua perkataan Mamanya.
Karena sudah saking kesalnya dengan tingkah anaknya, Ratna menarik sekuat-kuatnya daun telinga anaknya lalu melepaskannya. Arsya hanya bisa berteriak saat mendapat jeweran yang sangat menyakitkan itu.
"Aaaa"
"Sakit Ma, aduh" keluh Arsya sambil mengelus kedua daun telinganya yang saat ini sudah berubah warna menjadi merah sekali.
"Rasakan! Itu balasan untuk anak kurang ajar sepertimu," ucap Ratna yang mengacuhkan anaknya yang tengah kesakitan itu.
Di saat Arsya hendak menjawab perkataan Mamanya itu, terdengar suara seorang wanita dari arah pintu ruangan itu sehingga membuat Arsya dan Ratna menoleh ke sumber suara itu.
"Kakak," teriak Annisa dari ambang pintu setelah mendengar kepulangan kakaknya itu dari Bi Inah. Melihat Arsya yang tengah duduk bersama Mamanya, membuat Nisa berlari dan langsung memeluk Arsya setibanya di sana.
"Kakak, Nisa kangen banget sama Kak Arsya! Kenapa Kakak baru pulang sekarang?" tanya Nisa sambil memeluk tubuh kakaknya itu. mendengar ucapan adiknya, membuat Arsya tersenyum lalu dengan embut mengelus pucuk kepala adik kesayangannya itu.
"Kakak juga kangen sama kamu Nis. Maafin Kakak ya? Kakak terlalu sibuk dengan kuliah Kakak" sahut Arsya lalu ia melepaskan pelukannya setelah mengatakan itu.
Cih,
"2tahun Kak! Mana mungkin selama 2 tahun Kakak sesibuk itu sama kuliah sampai-sampai gak pernah pulang" ucap Nisa setelah mendecih karena mendengar ucapan dari Kakaknya itu. Arsya hanya bisa menghela nafas panjangnya menghadapi dua wanita yang sangat ia cintai itu. ia juga sudah mengira ini pasti akan terjadi kepadanya karena memang ia tidak pernah pulang selama 2 tahun terakhir ini.
Ia juga selalu mencari-cari alasan jika kedua orang tuanya menyuruhnya untuk pulang sekedar hanya berkunjung.
"Biarkan saja dia Nis. Memang Kakakmu itu sudah lupa dengan kita" ucap Ratna kepada Nisa sambil melirik ke arah Arsya dengan sinisnya.
"Haih, mana mungkin aku melupakan dua bidadari yang ada di hidupku ini? Maafkan aku ya Ma? Maafkan Kakak ya Nis?" ucap Arsya kepada kedua wanita di hidupnya itu.
Kemudian Arsya memeluk kedua wanita itu secara bergantian agar mau memaafkan kelakuannya itu. tak selang beberapa waktu kemudian, Bi Inah mengantarkan 3 gelas yang berisi jus itu kepada ketiga orang yang ada di sana.
"O iya, ke mana Caca Ma? Kenapa Arsya tidak melihatnya?" tanya Arsya kepada Mamanya.
"Caca sedang ikut Bima ke Malang, mengurus pekerjaannya yang ada di sana." Sahut Ratna sambil menikmati potongan buah miliknya.
"Ikut kak Bima? Lalu siapa yang akan mengurus Caca di sana? Kak Bima kan pasti sibuk di sana" ucap Arsya yang khawatir karena Caca ikut dengan Bima ke luar kota. Melihat Arsya yang mencemaskan keponakannya itu, membuat Ratna tersenyum.
"Kamu tenang saja! Mama juga gak akan membiarkan Caca sendirian di sana. Sudah ada pengasuh yang menjaga Caca selama di sana." Ucap Ratna kepada Arsya. Arsya yang mendengar itu bisa bernafas lega karena keponakannya tidak akan kesepian di sana. Sedangkan Nisa, mendengar ucapan Mamanya seketika membuatnya teringat akan Sinta.
" O iya Ma, Mbak Sinta sudah pernah naik pesawat belum ya? aku khawatir kalau nanti ia bisa mabuk pesawat" ucap Nisa yang seketika juga membuat Ratna kepikiran dengan pengasuh cucunya itu.
"Siapa Sinta?" tanya Arsya yang merasa asing dengan nama itu. melihat kakaknya yang terlihat bingung, membuat Nisa tersenyum penuh arti.
" Mbak Sinta itu ya pengasuhnya Caca, kak. Kakak harus tahu, Mbak Sinta itu cantik dan baik pula." Ucap Nisa yang juga membuat Ratna mengangguk. Membuat Arsya penasaran dengan sosok pengasuh keponakannya itu.
"Semenarik apa itu pengasuh? Sampai-sampai Mama dan Nisa menyukainya" ucap Arsya dalam hati yang penasaran dengan wanita bernama Sinta tersebut.
"O iya, bukankah Mbak Sinta itu umurnya 24th ya Ma? berarti hampir sama dengan Kak Arsya dong?" tanya Nisa kepada Mamanya. Ratna hanya mengangguk mendengar pertanyaan itu.
"Kayaknya sih, iya. Mama lupa Nis" ucap Ratna yang lupa dengan umur Sinta itu.
"24th? Sinta. Kenapa baru mendengar namanya saja membuatku semakin penasaran dengannya. Apalagi Mama dan Nisa juga sudah menyukainya. Kita lihat saja, seperti apa wanita bernama Sinta itu" ucap Arsya dalam hati. Tanpa ia sadari kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan saat ia memikirkannya. Tentu saja membuat Ratna dan Nisa penasaran dengan Arsya.
"Apa yang sedang Kakak pikirkan? Kenapa Kakak senyum-senyum sendiri?" tanya Nisa menyelidik. Ia tahu kalau saat ini kakaknya tengah memikirkan sesuatu.
"Mana? Tidak ada apa-apa kok" ucap Arsya seketika saat ia tengah tertangkap basah sedang memikirkan sesuatu. Sedangkan ratna hanya bisa menghela nafasnya melihat tingkah kedua anaknya itu.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Owner Of The Heart
RomanceMenceritakan tentang seorang gadis manis yang merantau ke kota Metropolitan menyusul paman serta bibinya. Kehilangan kedua orang tuanya membuat Sinta mau tak mau menuruti kemauan Sang Bibi yang mendesaknya untuk menerima sebuah pekerjaan menjadi seo...