Keesokan harinya Bima, Ratna, Caca dan juga Sinta bersiap untuk berangkat ke Bandung. Karena Caca yang terus merengek ingin ikut, mau tak mau Bima mengiyakannya.
Setelah semuanya sudah siap, keempat orang itu berangkat menggunakan mobil milik Bima. Bima memilih untuk menyetir mobil sendiri daripada dengan sopirnya. Ratna menyuruh Sinta untuk duduk di bangku samping kemudi, sedangkan dia memilih untuk duduk di belakang dengan cucunya.
Sinta sempat menolak, tapi karena Ratna yang memaksa mau tak mau ia akhirnya menurut dan duduk di samping Bima.
Mobil mereka pun mulai berjalan keluar pelataran rumah mewah itu, membelah jalanan yang sedikit lenggang itu. dengan kecepatan sedang Bima mengemudikan mobil itu dengan perasaan senang. Senang karena bisa menjauhkan Sinta dengan Arsya dan senang karena ia bisa lebih dekat dengan Sinta- wanita yang telah bisa menghangatkan hatinya itu.
Setelah mengendarai mobil selama kurang lebih 3 jam, kini mereka telah sampai di salah satu rumah sakit besar yang ada di Kota Kembang itu. Setelah memarkirkan mobilnya di sana, mereka langsung bergegas masuk ke dalam rumah sakit itu.
"Permisi, boleh saya tahu di mana ruangannya atas nama Cyntia Paramita Wicaksono?" tanya Ratna kepada bagian pendaftaran itu.
"Sebentar ya Bu," ucap petugas itu kemudian ia mencari nama yang di sebutkan oleh Ratna tadi di layar komputernya. Tak butuh waktu lama ia berhasil menemukannya.
"Nyonya Cyntia berada di ruang VIP kelas A Bu, berada di lantai 4." Jawab petugas wanita itu.
"Terima kasih" ucap Ratna.
"Sama-sama Bu," sahut petugas itu sambil tersenyum.
Kemudian keempat orang itu langsung bergegas menuju ke arah lift yang ada di samping tempat pendaftaran itu.
Ting
Suara pintu lift yang terbuka, mengantarkan keempat orang itu ke lantai 4.
"Ini, Ma" ucap Bima sambil menunjukkan sebuah ruangan yang bertuliskan VIP kelas A dan terdapat nama Cyntia di sana.
Ratna lalu mengangguk sambil mengetuk pintu tersebut 3 kali.
Tok ... tok ... tok ...
Setelah mendengar suara sahutan dari dalam, Ratna memutar knop pintu tersebut dan mengajak yang lain masuk ke dalam sana.
"Selamat siang semuanya," ucap Ratna yang bahagia melihat Adit dan Cyntia yang berada di atas ranjang pasien itu. Tak lupa juga Ibu Cyntia yang tengah duduk di sofa.
"Nyonya? Bima? Bagaimana kalian tidak memberitahu kalau mau ke sini?" ucap Adit yang terkejut melihat kedatangan sahabatnya tiba-tiba.
"Selamat siang juga, Nyonya" ucap Cyntia kepada Ratna.
"Selamat siang, Nyonya Ratna" Ibu Cyntia juga ikut menyambut kedatangan majikan dari menantunya itu.
Bima menjawab pertanyaan dari sahabatnya hanya menunjuk ke arah mamanya dengan dagunya. Caca yang melihat box bayi yang ada samping ranjang milik Cyntia itu mulai berjalan dan mendekatinya.
"Lucunya," ucap Caca yang melihat bayi mungil yang tengah tertidur itu. Sinta yang khawatir dengan Caca langsung mendekatinya.
"Jangan keras-keras Ca, nanti adek bayinya bangun" ucap Sinta sambil berbisik. Kemudian ia melihat ke arah Cyntia yang juga melihat ke arahnya.
"Maaf ya Nona," ucap Sinta.
Cyntia yang mendengarnya hanya tersenyum sambil menggeleng.
"Cyntia. Panggil namaku saja, jangan sungkan padaku" ucap Cyntia itu pada Sinta. Sinta hanya tersenyum.
"Baik, Mbak." Ucap Sinta. Cyntia pun tersenyum mendengar ucapan dari Sinta itu.
Ratna, Bima dan Adit langsung duduk di sofa bersama dengan Ibu Cyntia. Mereka tampak mengobrol santai seputar kejadian di sana. Walau Bima juga ikut dalam obrolan itu, namun pandangannya sekali-kali melirik ke arah Sinta. Tanpa ia sadari, sahabatnya-Adit mengetahuinya.
"Ca, sini." Ucap Cyntia sambil melambaikan tangannya pada Caca untuk mendekat padanya.
Caca yang penurut langsung mendekat dan terlihat Cyntia membisikkan sesuatu pada gadis kecil itu.
Seketika Caca mengembangkan senyumnya setelah mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Cyntia itu. Tampak ia mengangguk saat Cyntia telah selesai dengan ucapannya. Setelah itu, Caca langsung turun dari ranjang itu dan langsung menghampiri papanya.
"Papa?" panggil Caca kemudian ia duduk di pangkuan papanya. Cyntia yang melihat itu hanya bisa cekikikan. Sedangkan Sinta yang masih berada di samping ranjang Cyntia itu terlihat bingung karena tidak mengetahui apa-apa.
"Ada apa, Sayang?" tanya Bima sambil mengelus rambut putrinya itu. Ratna yang melihat Sinta masih berdiri di sana, melambaikan tangannya sehingga membuat Sinta mengangguk dan berjalan untuk duduk di sampingnya.
"Caca ingin punya adek kayak Rio" ucap Caca polos yang seketika membuat semua orang di sana terkejut hingga membuat Adit yang tengah minum air putih langsung tersedak.
Uhuk ... uhuk ...
Cyntia yang melihat ekspresi semua orang di sana hanya bisa menutup mulutnya cekikikan, agar tidak di ketahui yang lain.
Adit yang mengetahui kalau itu pasti ulah istrinya, langsung menatap pada Cyntia hingga membuat Cyntia cengengesan lalu menundukkan kepalanya.
"Sayang, kamu bicara apa? Kenapa bilang seperti itu?" ucap Bima yang terkejut dengan perkataan putrinya itu. Ratna yang juga bingung harus menjawab apa hanya bisa menatap ke arah putranya itu.
Sedangkan Sinta hanya bisa diam dan menunduk. Ia tak ingin ikut dalam percakapan majikannya itu.
"Aunty Cyntia bilang kalau Caca mau adek seperti itu, Caca harus bilang sama Papa. Katanya Papa bisa membuatkan satu adek yang lucu untukku," sahut Caca dengan polosnya.
Bima mendengar ucapan tersebut langsung melemparkan tatapan matanya pada istri asistennya. Cyntia yang tahu langsung menyembunyikan wajahnya di belakang punggung suaminya. Bima hanay bisa menghela napas, mencari kata-kata yang tepat guna bisa memberikan pengertian kepada buah hatinya itu.Namun belum juga Bima membuka mulutnya, sang mama lebih dulu menyela.
"Itu betul, Sayang. Papamu bisa membuatkannya untukmu. Jangankan seperti adek bayi itu, bahkan lebih lucu dan banyak juga bisa." Ucap Ratna dengan kerlingan sebelah matanya kepada sang putra hingga membuat Bima melotot dibuatnya. Ia hanya bisa menepuk jidatnya sendiri karena ulah Mamanya. Bukannya membantu, justru semakin membuat runyam masalah.
Caca yang mendengar itu seketika dibuat girang seketika. Gadis kecil itu sampai loncat-loncat saling senangnya.
"Benarkah, Pa? Kalau begitu Caca mau dua ya? Seperti Caca satu sama laki-laki satu," ucap Caca yang seketika membuat Cyntia semakin tak bisa menahan dirinya agar tak tertawa melihat tingkah lucu dari putri atasan suaminya itu.
'Astaga, cobaan apa ini.' desah Bima dalam hati. Ia sampai tak bisa berkata apa-apa karena memang bingung bagaimana caranya ia bisa menjelaskan semuanya kepada Caca.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Owner Of The Heart
RomanceMenceritakan tentang seorang gadis manis yang merantau ke kota Metropolitan menyusul paman serta bibinya. Kehilangan kedua orang tuanya membuat Sinta mau tak mau menuruti kemauan Sang Bibi yang mendesaknya untuk menerima sebuah pekerjaan menjadi seo...