Bab 14 Napas Buatan

2.3K 73 0
                                    

Caca yang sudah siap dengan pakaian renangnya, langsung menghampiri Papanya di kamarnya. Melihat pintu yang sedikit terbuka, membuat Caca menerobos masuk ke dalam sambil memanggil-manggil Papanya.

"Pa, Papa?" panggil Caca sambil berjalan masuk. Bima yang sedang buang air kecil di dalam kamar mandi seketika berteriak saat mendengar suara Caca yang memanggilnya.

"Bentar," ucap Bima dari dalam kamar mandi. Mendengar jawaban Papanya, Caca akhirnya menunggu Papanya di sofa yang ada di sana.

Tak lama kemjudian pintu kamar mandi itu terbuka.

Ceklek

Terlihat Papanya yang sudah siap dengan celana ketat renangnya.

"Ayo sayang," ucap Bima mengajak Caca pergi. Namun sebelum keluar, ia mengambil jubah mandinya untuk menutupi tubuh bagian atasnya yang telanjang itu.

"Let's go Pa," ucap Caca yang antusias kepada Bima. Lalu keduanya pun pergi meninggalkan kamar itu menuju ke kolam renang yang ada di sana.

Sesampainya di pinggir kolam, baik Caca dan Bima melepas jubah mereka dan meletakkannya di kursi santai yang ada di pinggir kolam itu.

"Pa, ayo mulai," ajak Caca yang sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam air. Bima yang melihat wajah antusias anaknya hanya bisa tersenyum sambil mengelus rambutnya.

Lalu keduanya mulai duduk di pinggir kolam itu dan Bima pertama yang masuk ke dalam air kolam itu, setelah itu ia membantu Caca untuk masuk ke dalam air itu.

"Wah, Pa airnya hangat ya,?" tanya Caca yang merasakan air kolam itu hangat di tubuhnya. Padahal biasanya di rumah, air kolamnya terasa dingin.

"Iya sayang, karena di sini udaranya dingin. Jadi air kolam ini memang sengaja di buat hangat agar orang yang ingin berenang tidak takut dingin" ucap Bima menjelaskan. Caca yang baru mengetahui itu hanya bisa mengangguk mengerti.

"Biklah, ayo kita mulai sayang" ucap Bima kepada Caca untuk mulai berenang. Kemudian keduanya mulai berenang kesana-kemari menikmati air hangat kolam itu. Terkadang terdengar suara gelak tawa dari keduanya karena saling serang air.

Tak beberapa lama kemudian, terlihat Sinta datang sambil membawa sebuah nampan di tangannya. Sesampainya di sana, Sinta meletakkan nampan itu di meja yang ada di samping kursi santai tempat dua jubah milik Caca dan Bima berada.

"Tuan, Non Caca jusnya sudah siap," ucap Sinta memberi tahu pada kedua orang yang saat ini tengah asyik bermain air di dalam kolam renang itu.

Terlihat Caca dan Bima saat ini sedang berada di ujung kolam renang sana. Mendengar suara Sinta, membuat keduanya menoleh ke sumber suara.

"Ayo ke sana Pa! Caca haus," ucap Caca mengajak Papanya untuk mendekat ke arah Sinta.

"Baiklah, ayo kita ke sana!" sahut Bima. Lalu keduanya pun bergerak menuju ke tepi kolam yang ada Sinta di sana.

Sinta yang baru menyadari bahwa laki-laki itu tengah berenang sambil telanjang dada membuat wajahnya sedikit memerah merona karena merasa panas melihat pemandangan yang pertama kalinya ia lihat seumur hidupnya.

"Apa-apaan ini! Kenapa Tuan Bima tidak memakai pakaian? Aduh ini jantungku kenapa seperti ini! Ya Allah kenapa tubuhku selalu bereaksi seperti ini saat berada di sekitar laki-laki itu? Jangan biarkan hamba mempunyai rasa pada Tuan Bima Ya Allah! Kuatkanlah iman hambamu ini" batin Sinta saat melihat pemandangan itu di hadapannya itu.

"Wah! Tubuhnya!" suara batin Sinta lagi saat melihat Bima dan Caca yang sudah naik ke atas dan mulai berjalan menghampirinya. Seketika ia menggelengkan kepalanya menghilangkan pikiran kotor itu dari otaknya.

The Owner Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang