Bab 8 Dongeng Putri Salju

2.3K 88 0
                                    

setelah menghabiskan waktu senggang bersama sampai siang, Nyonya Ratna menyuruh Caca untuk tidur siang. Awalnya Caca menolak, tapi dengan sedikit ancaman akan di adukan kepada Papanya kalau tidak mau tidur siang, akhirnya ia menurut walau dengan wajah cemberutnya.

"Mbak, baca in dongeng untukku" ucap Caca saat ia sudah berada di atas ranjang pink miliknya.

"Waduh, mana aku belum pernah baca dongeng buat anak kecil pula! Bagaimana ini," batinku yang seketika merasa bingung karena tidak tahu bagaimana cara membacakan sebuah dongeng untuk anak kecil.

Melihat Sinta yang malah bengong karena ucapannya, membuat Caca merasa bingung dan heran. Kemudian ia mencoba memanggil Sinta lagi.

"Mbak," panggil Caca sambil menggoyangkan tubuh Sinta. Seketika membuat Sinta tersadar sari lamunannya itu.

"I-iya Non," jawab Sinta terbata.

"Kenapa malah bengong Mbak, cepat baca in dongeng buatku!" ucap Caca lagi sambil wajahnya mulai cemberut.

"Haih, kucoba saja deh! Semoga saja dia suka" batin ku sambil menghela nafasku demi menghilangkan rasa gugupku.

"Baik Non, saya coba bacakan ya! karena saya sebelumnya belum pernah membacakan dongeng untuk orang lain" ucapku sambil mengambil salah satu buku dongeng yang tersusun rapi di sebelah ranjang itu. sedangkan Caca hanya mengangguk sambil merebahkan tubuhnya, mencari posisi nyaman untuknya. Setelah mendapatkan buku dongeng yang berjudul Putri Salju itu, Sinta duduk di pinggir ranjang itu seperti yang dilakukan Nyonya Ratna tadi malam.

Dengan helaan nafas sebentar, Sinta mulai membuka lembar pertama buku dongeng itu. sedangkan Caca meletakkan kepalanya di pangkuan Sinta. Melihat hal itu, awalnya Sinta terkejut, namun beberapa detik kemudian tersenyum sambil mengelus kepala Caca.

"Mbak mulai ya?" tanya ku kepada Caca. Caca tidak menjawab namun terasa ia mengangguk di pangkuanku. Aku pun tersenyum lalu aku mengalihkan pandanganku ke arah buku di tanganku itu.

"Pada sebuah zaman kerajaan dahulu kala, hiduplah seorang putri nan cantik jelita. Kecantikan putri itu memukau banyak orang. Namun, putri itu bukanlah dari orang kaya seperti Caca, putri itu adalah seorang putri yang sederhana." Ucapku sambil sesekali aku mengelus pucuk kepala Caca.

Aku melihat Caca mulai memejamkan matanya, mungkin karena usapan tanganku yang membuatnya mengantuk atau memang karena cerita yang kubawakan.

"Namun, pada zaman kerajaan itu juga hidup seorang wanita yang ingin menjadi wanita tercantik di seluruh Jagad raya. Bahkan ia selalu bertanya kepada kaca ajaib yang di milikinya." Sambungku. Sejenak aku melirik ke arah Caca untuk memeriksa apakah dia sudah tidur atau belum. Namun, seakan tahu apa yang ku lakukan, Caca mengetukkan jarinya di pahaku sambil berbicara.

"Lanjutkan Mbak! Aku belum tidur" ucapnya sambil matanya tetap terpejam. Seketika aku tersenyum sambil mengelus kepalanya. Kemudian aku melanjutkan bacaanku.

"Wahai kaca ajaib, katakan padaku siapa wanita tercantik di kerajaan ini? Kata wanita itu pada kaca ajaibnya" sambungku.

"Tentu saja engkaulah wanita tercantik ratuku! Jawab kaca ajaib itu," lanjutku.

"Dengan bangga ratu tersebut tersenyum dan tertawa dengan pengakuan dari kaca ajaibnya yang selalu ia tanya setiap hari ....." aku terus membacakan dongeng itu sambil sesekali mengelus pucuk kepala Caca.

Tanpa keduanya sadari, di luar pintu kamar Caca berdiri seorang wanita yang tak lain adalah Nyonya Ratna. Ia membuka sedikit pintu itu lalu mengintip ke dalam sana. Terlihat jelas senyuman terbit di kedua sudut bibirnya.

"Sinta sangat telaten dan sabar menghadapi Caca," ucap Nyonya Ratna sambil melihat pemandangan Sinta yang sedang membacakan sebuah dongeng untuk Caca. Beberapa saat kemudian Nyonya Ratna menutup kembali pintu itu dan berlalu dari sana.

The Owner Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang