Sore hari telah tiba, seperti biasa Sinta pergi menemui Bi Inah yang sedang berkutat dengan dapurnya. Rambutnya yang masih sedikit basah membuatnya terlihat lebih segar.
"Bi?" panggil Sinta setibanya di dapur.
Bi Inah yang sedang berkutat dengan sayurannya hanya menjawab dengan deheman tanpa melihat ke arah keponakannya itu.
"Biar ku bantu, Bi" ucap Sinta sambil ikut mengambil sayur yang belum di cuci yang ada di samping nya.
Belum lagi ia memutar keran air yang ada di wastafel, Bi Inah menghentikan langkahnya.
"Sin, daripada kamu di sini, tolong bantu Rita. Dia sedang berada di taman belakang rumah." Ucap Bi Inah yang seketika membuat Sinta mengurungkan niatnya untuk memutar keran air tersebut.
"Baiklah, kalau begitu aku ke belakang dulu ya, Bi" ucap Sinta.
Bi Inah membalasnya hanya dengan senyuman dan anggukan saja. Setelah itu Sinta berjalan meninggalkan dapur tersebut dan menuju ke taman belakang.
Sesuai dengan apa yang di katakan oleh Bibinya, Rita yang merupakan salah satu pembantu yang bekerja di rumah itu terlihat sedang menyiram bunga-bunga kesayangan majikannya.
"Mbak Rita," panggil Sinta. Rita yang melihat kedatangan Sinta merasa bahagia bukan main.
Seketika ia melepaskan keran air bunganya dan menghampiri Sinta yang berada tak jauh darinya itu.
"Kebetulan, Sin. Tolong gantiin aku ya? aku lagi kebelet banget ini" ucap Rita sambil tangannya ia letakkan di bagian bawah perutnya menahan rasa.
"Lho Mbak, Mbak mau kemana?" tanya Sinta saat Rita buru-buru meninggalkannya.
"Ke toilet" jawab Rita sambil sedikit berteriak karena ia yang sudah berjalan menjauhi Sinta. Mendengar jawaban itu membuat Sinta menggelengkan kepalanya sambil berdecak.
"Ck, kebiasaan Mbak Rita ini," ucap Sinta sambil mulai berjalan mengambil selang air dan mulai meneruskan pekerjaan dari Rita.
Saat Sinta sedang asyik menyirami bunga-bunga yang ada di taman tersebut, terdengar suara seseorang yang memanggilnya.
"Sinta?"
Sinta yang mendengar suara tersebut langsung memutar kepalanya, menoleh ke arah sumber suara tersebut. Ia bisa melihat seorang Arsya yang tengah bersandar di dinding rumahnya.
Sinta yang melihatnya langsung mematikan kerannya dan membungkukkan badannya menyapa Arsya.
"Selamat sore, Tuan" ucap Sinta santun kepada Arsya. Arsya yang mendengar panggilan itu dibuat menghela nafasnya. Kemudian ia berjalan ke arah Sinta.
"No, jangan memanggilku seperti itu. Aku tidak menyukainya" ucap Arsya sambil mengangkat telunjuk kanannya dan menggerakkannya kepada Sinta.
"Ta-tapi" Sinta yang hendak berbicara, dengan cepat Arsya menyelanya.
"Berapa umurmu?" tanya Arsya kepada Sinta. Walau sebenarnya ia sudah mengetahui itu dari mamanya, namun ia ingin bertanya langsung kepada wanita yang ada di hadapannya saat ini.
"24 tahun" jawab Sinta. Mendengar hal itu membuat Arsya menyunggingkan senyumnya.
"Dengar, Sinta. Umurku saat ini 25 tahun. Itu berarti hanya selisih setahun darimu. Lalu, apa pantas laki-laki yang masih muda dan tampan sepertiku ini kau panggil dengan sebutan itu? Oh my god! Apa kata orang di luaran sana kalau mendengarnya? Aku sangat sedih sekali." ucap Arsya sambil berlagak sesedih mungkin.
Ia ingin mengetahui reaksi yang di berikan Sinta padanya kalau melihatnya bersedih seperti ini, walau dalam batinnya ia tertawa.
"Lalu bagaimana aku harus memanggilnya?" ucap Sinta dengan suara pelannya. Namun sayang, walau pelan Arsya masih bisa menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Owner Of The Heart
RomanceMenceritakan tentang seorang gadis manis yang merantau ke kota Metropolitan menyusul paman serta bibinya. Kehilangan kedua orang tuanya membuat Sinta mau tak mau menuruti kemauan Sang Bibi yang mendesaknya untuk menerima sebuah pekerjaan menjadi seo...