HAPPY READING
───────🍋🍰───────
"Dia yang duluan, bukan Lintar!"
"Kenapa Kakek gak percaya sama Lintar? Kan bukan Lintar yang salah," Halilintar berucap dengan bersungguh-sungguh pada sang kakek yang tengah menatapnya bengis.
"Bohong Papa! Dia bohong! Lintar tadi pukul Bel, terus dia dorong Bel juga dari tangga!" adu Beliung pada Papanya, Raven Gale Fernandez anak keenam Gazza Fernandez dan Angeline Olivia.
Kepala Halilintar tertoleh kesamping saat Raven menamparnya keras hingga rasa perih dan sakit dapat dirasakan oleh anak berusia 6 tahun itu.
"Saya sudah mencoba bersabar dengan sikap kamu selama ini Halilintar, tapi kali ini saya tidak bisa diam saja setelah kamu melukai anak saya." desis Raven, matanya berkilat tajam menatap Halilintar.
Yeara yang sejak tadi memeluk Beliung diranjang pesakit nya kini dia melangkah menghampiri Halilintar kemudian berdiri didepan anak itu.
"Kamu sudah hampir membunuh anak saya, saya sebagai seorang ibu tidak mau melihat anaknya tersakiti oleh anak sakit jiwa seperti kamu!" geram Yeara sambil mencengkram bahu Halilintar kuat hingga membuat anak itu meringis.
Bruagh!
"U-ugh" Halilintar memegang kepalanya yang pusing karna baru saja membentur kerasnya tembok rumah sakit karna dirinya baru saja dibanting dengan keras oleh Yeara.
"Sakit?" tanya Yeara yang sekarang tengah berdiri di depan Halilintar yang tengah meringis kesakitan "kamu juga harus merasakan apa yang anak saya rasakan, Halilintar"
"Kakak!" seru Gempa yang baru saja membuka pintu ruang rawat Beliung bersama dengan Taufan yang mengekor dari belakang.
Yeara menoleh kemudian menatap tak suka dia anak dengan wajah serupa itu "saya tidak ingin melihat wajah kalian bertiga lagi!!"
Gazza menghampiri Halilintar kemudian menarik kerah seragam yang anak itu gunakan "berdiri! Tidak ada yang menyuruhmu tidur disini!" desis Gazza, Halilintar mendongak kemudian menatap sayu kakeknya itu.
"Mulai hari ini kalian bukanlah cucu saya lagi,".
"Besok kamu sekolah?" tanya Lucian sambil menatap Halilintar yang tampak sibuk dengan ponselnya dengan bibir yang sesekali meringis, entah kenapa anak itu Lucian sendiri tidak tahu.
"Emangnya Lintar punya kerjaan apa selain sekolah?" bukannya menjawab Halilintar malah balik bertanya.
"Deon-"
"Don't call me Deon, just call Halilintar." cetus Halilintar memotong ucapan Lucian, dan itu membuat Lucian menghela napas.
"Om Luci," panggil Halilintar dan Lucian menoleh untuk menatap pemuda yang saat ini juga sedang menatapnya.
"Gimana kabar Nenek? Waktu ke mansion kemarin Lintar gak sempet ketemu Nenek karna terlalu sibuk dengerin bacotan Kakek".
"Ibu baik, belakangan ini dia sering nanyain cucu tertuanya sampai-sampai kadang dia nangis karna nggak ada yang jawab..." jawab Lucian dan itu membuat Halilintar terkekeh pelan.
"...Ibu juga gak bisa nemuin kamu karena sibuk terus karena jadwalnya dirumah sakit padat banget," Lucian melanjutkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 1. HIS LAST STOP
Teen Fiction"Gue ngantuk, tapi kalau tidur takut gak bangun lagi" "Lo ngomong apaan sih Lin?!" Halilintar Gadeon Fernandez, sosok remaja yang harus dewasa sebelum waktunya karna sebuah kecelakaan pesawat yang membuatnya dan kedua kembarannya harus kehilangan so...