029. I wanna die

2K 237 29
                                    

Halilintar duduk di sebuah bangku ditaman rumah sakit, ditemani Solar yang katanya mau minta maaf sama Halilintar.

"Lo beneran nggak apa–apa Li?" tanya Solar khawatir karena melihat wajah Halilintar yang pucat seperti tak memiliki darah di tubuhnya.

Halilintar menatap Solar yang disampingnya sekilas lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Gue baik," jawab Halilintar tanpa menoleh pada Solar sedikitpun.

"lo tau Lar? Kata Dokter Rafeel, mata kiri Taufan nggak akan bisa ngeliat lagi, karena benturan yang ngerusak saraf matanya saat kecelakaan kemarin sore".

Solar mengangguk, dia sudah tahu karena tak sengaja mendengar pembicaraan Halilintar dan Dokter Rafeel tadi pagi saat dirinya baru saja datang untuk menemui Halilintar.

"Gue ngerasa, gue gak pantes disebut seorang kakak sekarang." kata Halilintar.

Solar melirik Halilintar dengan ekor matanya, lalu dia mengubah posisi duduknya untuk menghadap Halilintar, dan memegang tangan kiri Halilintar.

"Lo bilang gitu karena Taufan kan? Coba kalau nggak?" Solar menjeda ucapannya lalu dia tersenyum tipis,

"lo itu kakak terbaik didunia ini Li, padahal usia lo sama mereka cuma terpaut beberapa menit aja, tapi lo bersikap seolah mereka itu adik–adik lo yang terpaut hingga beberapa tahun," lanjut Solar.

Halilintar diam, dia tidak membalas ucapan Solar karna ingin mendengar ucapan Solar selanjutnya.

"Lo itu nggak kayak Thorn yang manja cengeng kayak bayi ngeselin tukang suruh dan kadang galak yang lebih cocok jadi adik gue" tutur Solar tanpa jeda hingga Halilintar langsung mengira jika Solar sedang cosplay menjadi kereta cepat.

"Lo ngomong?" tanya Halilintar.

"Bukan, gue kentut..."—Solar mendekatkan bibirnya dengan telinga Halilintar—"... YA IYALAH ALIN GUE NGOMONG YA KALI KENTUT" teriak Solar kesal.

"Akh... tega lo, perut gue" Solar meringis saat Halilintar memukul perutnya dengan kuat hingga sepertinya cacing–cacing dalam perutnya mati karna pukulan Halilintar.

Halilintar mendengus, "don't call me Alin, bastard." desis Halilintar lalu melangkah pergi meninggalkan Solar yang sedang memegangi perutnya karena sakit.


𓏲ּ ֶָ

Halilintar berdiri depan sebuah kamar rawat, dia tidak berniat untuk pergi masuk kedalam karna takut mengganggu Aurora yang sedang tertidur di sofa yang ada disana.

"Kak?" panggil Gempa dari belakang Halilintar, lengkap dengan seragam sekolahnya.

"Udah pulang?" tanya Halilintar dan Gempa mengangguk membenarkan pertanyaan Halilintar.

"Kenapa gak masuk?" kini giliran Gempa yang bertanya sambil melepaskan jaket denim yang dipakainya.

"Lo duluan aja," balas Halilintar "cuma penampilan lo aja yang berubah, tapi sikap lo nggak" lanjut Halilintar saat melihat perubahan dari penampilan Gempa hari ini.

Gempa terkekeh lalu dia menatap Halilintar, "sikap mah belakangan, penampilan dulu yang berubah".

"Susul aku ya Kak!" ucap Gempa lalu dia masuk kedalam kamar rawat inap VIP itu.

"Hm," balas Halilintar dengan gumaman pelan.


𓏲ּ ֶָ

[✔] 1. HIS LAST STOP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang