028. Papa?

1.7K 231 12
                                    

Taufan Pov

Aku tidak tahu ada dimana aku sekarang, tapi yang pasti tempat ini begitu indah hingga membuatku selalu ingin berada disini untuk selamanya.

Aku bangkit dari duduk ku lalu berjalan tak tentu arah sambil sesekali memetik bunga yang ada, dan setelahnya aku buang kembali bunga itu.

Aku menautkan alis saat melihat sebuah cahaya didepan sana, "itu apa?" tanyaku entah pada siapa, karena sekarang aku sendirian, benar–benar sendiri.

Aku berjalan menghampiri cahaya itu dengan sedikit berlari kecil, namun beberapa detik kemudian aku terkejut saat cahaya itu berubah menjadi seseorang yang sangat aku rindukan.

Seseorang yang sudah menghilang dari hidupku selama 12 tahun lamanya.

"Papa?" panggilku.

Dia menoleh lalu tersenyum padaku, "ini Papa, Taufan".

Ini bukan mimpi kan? Aku beneran ketemu Papa?

"Papa!".

Aku berlari kecil untuk memeluk Papa, lalu aku tersenyum di iringi dengan tangisan.

Aku merasakan Papa membalas pelukanku lalu mengusap pelan kepalaku.

"Taufan kangen Papa, Papa kemana aja?" tanyaku pada Papa.

Papa menggenggam tanganku lalu mengajakku berjalan ke suatu tempat, lalu kemudian kami berdua duduk dibawah pohon rindang dan lebat.

"Papa selalu ada disini"—Papa menyentuh dadaku—"dihati kalian".

Papa tersenyum, "kamu harusnya bukan disini sekarang, belum saatnya kamu ada disini".

Aku menautkan alisku tak mengerti dengan ucapan Papa tadi, "maksud Papa apa?".

Lagi–lagi Papa tersenyum, "rumah Papa sekarang disini, tapi rumah kamu bukan disini tempatnya".

"Rumah Papa? Rumah Papa kan ada sama aku, Lin, Gempa, sama Mama, rumah Papa bukan disini!" ketusku tak suka dengan ucapan Papa tadi.

"Itu dulu, sekarang sudah bukan disana lagi".

"Tapi kenapa?" tanyaku dengan mata berkaca–kaca, siap untuk menangis lagi.

Papa tersenyum simpul lalu dia mengusap rambutku dengan penuh kasih sayang, "kita sudah beda dunia, Taufan" kata Papa.

Dan jawaban Papa barusan tentu saja membuat hatiku sakit, sangat sakit!

Kenapa Papa mengatakan hal yang seharusnya tidak dia katakan?

"Papa ini ngomong apa sih? Jangan aneh–aneh deh Pa, mending sekarang kita pulang bareng".

Papa menggeleng, "Papa tinggal disini" ucap Papa, "tempat Papa bukan disana, tapi disini".

"Sekarang sebaiknya kamu pulang, banyak orang yang nunggu kamu disana!" titah Papa.

Aku menggeleng, aku tidak mau pulang tanpa Papa, lagian aku juga nggak tahu kemana jalan pulangnya.

"Pulang Taufan, belum saatnya kamu disini".

"Aku mau pulangnya bareng Papa!" seru ku kesal.

"Taufan," aku menoleh ke asal suara, dan ternyata yang memanggil namaku adalah Halilintar.

"Ayo pulang" ajak Halilintar sambil mendekatiku, "lo belum saatnya ada disini" lanjut Halilintar.

"Tapi Lin–".

"Boleh, tapi setelah gue" kata Halilintar memotong ucapanku.

"Pulanglah, Papa akan menunggu" Papa kembali berucap setelah beberapa saat diam.

[✔] 1. HIS LAST STOP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang