HAPPY READING
───────🍧🍡───────
Halilintar baru saja memasuki rumahnya yang ternyata tidak terkunci, padahal dia ingat jelas jika tadi pagi dia mengunci pintu rumahnya dengan benar, apa jangan-jangan ada pencuri?
Namun detik kemudian dia mencium aroma masakan enak dan terasa familiar di Indra penciumannya.
Kemudian dia melangkahkan tungkainya menuju dapur untuk mengecek siapa yang tengah memasak karna jelas-jelas Gempa masih berada di minimarket.
Tatapannya terfokus pada seorang wanita yang tengah memasak didapur, rambut hitam sebahunya diikat hingga Halilintar memberikan kesan cantik pada wanita itu walaupun tak melihat wajahnya.
Wanita itu membalikan tubuhnya saat merasa ada orang lain didapur, air matanya menumpuk dipelupuk matanya saat melihat seorang pemuda berdiri diambang pintu dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu udah pulang, Lintar?" ucap Aurora parau bersiap mengeluarkan tangisannya, dia tahu pemuda didepannya ini siapa tanpa diberitahu lebih lanjut lagi, karena meskipun tidak dipertemukan dengan waktu yang lama, Aurora tidak mungkin melupakan wajah anak-anknya.
Hanya ketika waktu itu, ketika dia tidak mengingat hal apapun ketika dia membuka matanya di ruangan serba putih dan bau obat-obatan yang menyengat.
Halilintar mematung, wajah wanita didepannya ini sangat mirip dengan wanita pertama yang dia cintai, dia tidak mengingat jelas wajah didepannya ini tapi dia yakin dia pernah melihatnya.
"Ini Mama, Lintar" Aurora menampilkan senyum penuh haru saat melihat putranya tumbuh dewasa dengan baik.
"Mama?" tanya Halilintar tak percaya, Aurora mengangguk dengan cairan bening yang sudah mengalir di pipinya.
Bibir Halilintar bergetar, air matanya meluncur begitu saja tanpa diminta, dia berhambur memeluk Aurora diiringi dengan tangisannya.
"Ini beneran Mama kan? Lintar nggak mimpi?" tanya Halilintar dengan suara tercekat karna menangis, Aurora menggeleng sambil memeluk Halilintar yang tengah menangis.
"Iya sayang ini Mama, ini bukan mimpi" tangis Halilintar semakin pecah sekarang sehingga membuat baju yang dikenakan Aurora basah karna air mata anaknya itu.
Aurora melepaskan pelukannya kemudian dia tersenyum dengan air mata yang terus mengalir tanpa mau berhenti "kamu jangan nangis hiks... Mama jadi ikutan sedih kan" isak tangis keluar dari sela bibir Aurora.
Tangan Aurora terulur untuk mengusap air mata Halilintar.
"Mama" panggil Halilintar pelan.
"Kenapa hm?"
Dan bukannya menjawab Halilintar malah kembali memeluk Aurora untuk menyalurkan rasa rindunya selama ini.
Mereka terus berpelukan hingga beberapa detik kemudian Halilintar melepaskan pelukannya dan menatap Aurora dengan mata sembab dan hidung merah.
Sangat lucu, menurut Aurora.
"Yang lain kemana? Kenapa kamu cuma sendirian?" tanya Aurora saat sadar kalau Halilintar tidak bersama dengan kedua kembarannya saat pulang sekolah tadi.
"Mereka... ada ditempat lain," Halilintar tersenyum.
•
𓏲ּ ֶָ
•Taufan tersenyum kecut saat tak sengaja melihat Sea begitu akrab dengan Barat Dirandra Ackerley, salah satu anggota inti Davdraean.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 1. HIS LAST STOP
Roman pour Adolescents"Gue ngantuk, tapi kalau tidur takut gak bangun lagi" "Lo ngomong apaan sih Lin?!" Halilintar Gadeon Fernandez, sosok remaja yang harus dewasa sebelum waktunya karna sebuah kecelakaan pesawat yang membuatnya dan kedua kembarannya harus kehilangan so...