010. Taufan was crying

2K 274 24
                                    

HAPPY READING

───────🍓🍫───────

Hari sudah malam dan Taufan masih saja belum pulang kerumah dan itu membuat Halilintar sedikit khawatir, ya hanya sedikit.

Pasalnya jika anak itu pulang malam maka dia telah melakukan keributan diluar, Halilintar sudah hafal apa yang akan dilakukan kembarannya itu jika pulang malam.

Dia menghela napas kemudian menyandarkan tubuhnya pada sofa, sesekali dia meringis saat merasakan sakit di area dadanya.

"Eh Kak?".

Halilintar menoleh  kemudian dia melihat Gempa yang baru saja keluar dari kamarnya, apa penyebab pemuda itu keluar kamar saat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam? Padahal kan biasanya dia sudah otw alam mimpi saat jam sembilan malam.

Atau kadang jam tujuh juga sudah tidur, kalau tidak belajar.

"Belum tidur?" tanya Gempa yang saat ini sudah berada di dapur untuk mengambil air, tenggorokannya kering sekarang karena sejak memakan cemilan tadi dia belum minum sama sekali.

"Harusnya gue yang nanya gitu," sahut Halilintar saat Gempa sudah kembali dari dapur sambil membawa segelas air putih.

Gempa tersenyum, kemudian dia membuka pintu kamarnya dan masuk kedalam untuk melanjutkan acara hibernasi nya.

Dan saat ini Halilintar sendirian, kesepian, dan kedinginan karna udara malam ini begitu dingin sedangkan Halilintar hanya memakai kaos lengan pendek saja.

"Dulu waktu kecil, Mama selalu cium Lintar kalau Lintar sakit, tapi sekarang kenapa Mama nggak ngelakuin itu lagi?".

Air matanya lolos membasahi pipinya namun segera dia usap kasar air matanya itu, dia tidak ingin terlihat lemah karna menangis.

"Sekarang Lintar sakit Mama, kenapa Mama gak ada disini?"

Dan saat ini posisinya sudah tertidur di atas sofa.

Matanya terpejam dengan tangan yang memeluk boneka lumba-lumba milik Taufan tanpa sadar, daripada bersedih di malam hari Halilintar akan memilih tidur disini sambil menunggu Taufan pulang.

Hingga kemudian dia pergi kedalam mimpi untuk menemukan kebahagiaan yang belum pernah dia dapatkan dikehidupan nyatanya.

Dan sementara itu belahan bumi lainnya, terlihat Taufan yang sedang tersenyum sambil memegang perutnya yang terasa perih dan sakit itu.

"Kemenangan selalu untuk Davdraean, lo ngerti itu Beliung?" ujar Taufan sambil menatap Beliung yang sudah terkapar lemas dijalanan beraspal, kemudian Taufan berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Beliung "sekuat apapun lo, lo nggak akan bisa ngalahin kita."

"Dan kalau lo berani nyakitin Gempa lagi, gue gak bakalan biarin hidup lo tenang," lanjutnya sebelum memilih berdiri dan menghampiri Blaze.

"Lo nggak apa-apa Bel?" tanya seorang pemuda yang masih termasuk keluarga Fernandez itu pada Beliung, Galaxy Madhava Fernandez namanya.

Beliung bangkit dari acara tengkurapnya kemudian dia berdiri disamping Galaxy.

"Nggak apa-apa? Lo buta hah?!" murka Beliung.

"Perut lo Fan?" tanya Blaze khawatir saat noda merah merembes melalui baju yang dikenakan Taufan, karna warnanya putih jadi kelihatan jelas.

"Nggak apa-apa  cuma luka kecil aja, lo jangan khawatir gue gak akan mati sebelum nikah," balas Taufan kemudian dia berjalan menuju motor sport kesayangannya itu.

[✔] 1. HIS LAST STOP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang