027.Pain

1.8K 230 21
                                    

"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Angeline dan diangguki oleh Halilintar, "padahal baru sebentar lho, masa kamu udah mau pulang lagi".

Halilintar menatap Angeline lalu dia tersenyum, "Lintar kesini lagi nanti, lagian Lintar disini udah dari pagi, Nek" balas Halilintar.

"Sekarang yang sekolah aja udah pulang, masa Lintar yang gak kemana–mana belum pulang" lanjut Halilintar.

Angeline menghela napas lelah kemudian mengangguk, "yaudah sana kalau itu mau kamu" ucap Angeline.

"Jaga diri baik–baik Nek, Lintar gak bisa kesini tiap hari" ucap Halilintar sebelum akhirnya dia melangkah pergi meninggalkan mansion mewah milik Gazza Fernandez itu, ahh bukan, tapi milik Angeline Olivia.


𓏲ּ ֶָ

Halilintar menautkan alisnya saat melihat gerombolan orang di tengah jalan, "ngapain mereka?" tanyanya pada seorang gadis tak dikenal yang sedang membenarkan sepatu disamping Halilintar.

"Katanya ada kecelakaan" jawab gadis itu, "lo mau liat? Silakan, tapi lo harus rela desak–desakan disana" cetus gadis itu.

Halilintar mendengus lalu dia memilih meninggalkan gadis tak dikenalnya itu ke kerumunan disana dibanding meladeni gadis itu.

Halilintar berdiri dibarisan paling belakang kerumunan hingga dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di depan sana.

"Permisi" ucapnya sambil menerobos kedalam kerumunan.

Matanya mengintip dari sela–sela kerumunan warga dan betapa terkejutnya dia saat melihat gelang seorang pemuda yang tergeletak bersimbah darah itu sama dengan gelang yang ada di tangannya.

"Gelangnya cute ya Lin, bagus banget sih kalau menurut gue"

"Gila cool banget dah kembaran gue"

"Yahhh, padahal gue mau boneka lumba–lumba yang itu"

"Punya gue kemana ya? Perasaan tadi ditangan gue deh"

"Taufan?" gumam Halilintar pelan.

Halilintar menerobos beberapa warga yang masih saja menghalanginya.

Matanya berair kala melihat seorang pemuda yang sangat dia kenali tergeletak bersimbah darah di jalanan aspal.

"Taufan! " teriak Halilintar dengan air mata yang keluar tanpa diminta.

Halilintar menghampiri Taufan lalu membawa pemuda itu kedalam pangkuannya "lo kenapa, hah?!" sentak Halilintar dengan air mata yang terus mengalir.

"Li–lin?" panggil Taufan dengan terbata sambil membuka matanya perlahan.

"Ma–af" lanjut Taufan dengan suara lirih, tubuhnya saat ini seakan remuk saja, ditambah darah yang terus keluar membuatnya lemas.

"Lo gak perlu minta maaf sama gue" sahuy Halilintar sambil mendekap tubuh penuh darah Taufan.

Halilintar mengedarkan pandangannya kearah lain "kenapa ngeliatin aja? Gak ada yang mau panggil ambulance?!" teriak Halilintar marah dengan mata berkilat tajam.

Salah satu warga yang melihat tatapan tajam Halilintar yang seolah akan menguliti tubuhnya itu segera menelepon ambulan karena takut akan Halilintar.

[✔] 1. HIS LAST STOP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang