025. Startled

1.7K 252 25
                                    

Langkah kaki terdengar di sebuah gedung sepi dan gelap, dan hanya cahaya bulan saja yang menyinari tempat itu.

"Lo masih percaya sama dia?" tanya salah satu pemuda disana.

"Sebagai seorang sahabat kita harus melakukan hal yang terbaik buat dia" balas salah satunya.

"Sol" panggil si pemuda hair yang sedang menatap ke sekeliling bangunan sekolah.

"Sul sal sol sol, lo pikir gue sepatu?! Gue bukan tempat sol sepatu ya!" sungut Solar kesal.

"Call me Reagan, not sol sepatu." lanjut Solar.

Fang mendengus, "kita pergi ke ruang CCTV dulu aja, nanti kita cari dengan cara lain kalau nggak ketemu" ujar Fang dan diangguki oleh Solar.

"Oke kapt,".


𓏲ּ ֶָ

Halilintar saat ini berada dirumah sakit, di sebuah kamar VIP dengan penjagaan yang ketat, bersama dengan Beliung.

"Lo bahagia sekarang?" tanya Halilintar sambil menatap Beliung tanpa ekspresi.

Beliung terkekeh, "jelas gue bahagia" balas Beliung dengan seringaian merekah dibibir pucatnya.

Halilintar mendengus kemudian dia yang awalnya duduk disofa kini bangkit dari duduknya dan mendekati Beliung yang sedang terbaring diatas ranjang.

"Masalah lo cuma sama gue, jangan bawa–bawa Taufan ataupun Gempa, lo ngerti?!" cetus Halilintar.

"Gak ada yang berhak ngatur hidup gue, Halilintar" Beliung tersenyum miring.

"Mau lo apa? Semua apa yang lo mau udah terwujud! Gue udah diusir dari mansion, peringkat pertama gue udah gue relain buat lo, semua keluarga Fernandez udah benci sama gue, sekarang apa mau lo?!!" marah Halilintar.

"Gue mau lo lebih menderita dari ini" kata Beliung.

"Ck, kekanakan." desis Halilintar.

"Lo cuma kalah dapet peringkat pertama waktu SD, tapi kenapa sekarang lo berperilaku seolah lo adik putra mahkota yang pengen dapetin tahta putra mahkota?!" tanya Halilintar dengan nada marah dan kesal.

"Karna lo ambil semua milik gue, Halilintar!!" seru Beliung.

"Apa yang gue ambil dari lo?" tanya Halilintar.

"Lo udah rebut semuanya Halilintar! Semua orang lebih sayang sama lo, dan Mama sama Papa juga sering banding–bandingin gue sama lo karna lo pinter dan mandiri..." Beliung menjeda ucapannya.

"...dan Kakek juga lebih sayang sama Lo daripada sayang sama gue dan cucu–cucunya yang lain, lo selalu dapet apa yang lo mau, dan orang pertama yang selalu nenek tanyain ketika lagi kumpul juga lo..."

"...dan dengan seenak jidatnya lo bilang kalau lo gak ambil semuanya, lo ngambil semuanya Lin! Semua yang harus jadi milik gue lo ambil! Lo anak emas kesayangan semua orang, wajar gue iri sama lo..."

"...dan sebagai gantinya, lo harus menderita".

Halilintar merotasi kan matanya jengah, lalu dia melangkah pergi untuk keluar dari kamar rawat VIP itu.

"Semua yang lo ucapin salah Bel, lo cuma liat dari sudut pandang lo aja, coba lo liat dari sudut pandang gue" ucap Halilintar sebelum menutup pintu kamar rawat Beliung.

"Sekali aja" lanjut Halilintar.


𓏲ּ ֶָ

Gempa berdiri didepan pintu kamar Taufan, berniat membangunkan pemuda itu dari tidurnya karena hari sudah pagi.

[✔] 1. HIS LAST STOP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang