018. Roftoop

1.7K 224 28
                                    

HAPPY READING

───────💭🍫·───────

"Besok disekolah kayaknya  bakalan ada sedikit murid deh".

Halilintar menganguk, dia tahu itu, karena kebanyakan dari mereka akan pergi kerumah sakit untuk melakukan donor darah.

"Lo nggak ikut Lin?" tanya Taufan dan dibalas gumaman oleh Halilintar "lo nggak bisa ngomong, heh?".

"Kayaknya gue punya masalah sama tekanan darah, takutnya entar malah nularin penyakit lagi. Jadi gue gak ikut," Halilintar menjawab dengan ekspresi wajah sendu tak bercahaya.

"Lo sakit?".

"Kayaknya,".

Halilintar membuang napas lelah, lalu dia memberikan gitar yang di pegangnya kepada Taufan, dan dia pergi kedalam rumah, meninggalkan Taufan yang menatapnya kesal.

"Alin, kok gua ditinggal?!!" seru Taufan, lalu dia pergi menyusul Halilintar kedalam rumah tak lupa membawa gitar dan cangkir kopi milik Halilintar.

Halilintar duduk disamping Gempa yang sedang membaca ulang buku tugasnya, lalu Halilintar menyandarkan kepalanya dibahu Gempa dan itu membuat Gempa terkekeh pelan.

"Kalau ngantuk, Kakak mending tidur aja sana!" Halilintar menggeleng "kenapa?" lanjut Gempa.

"Gue nggak ngantuk, cuma pengen liat lo belajar aja".

Jawaban dari Halilintar barusan, tentu saja membuat Gempa tersenyum, tersenyum senang tentunya.

Karna kapan lagi coba Halilintar mau seperti ini.

"Jangan gitu lah, gue cemburu kan!" kata Taufan yang baru saja kembali dari dapur untuk menyimpan cangkir.

"Lo kan nggak punya hati." ujar Halilintar.

"Gue masih punya jantung!" sungut Taufan.

"Mana sini gue liat".

"Ayo sini, belah dada gue sekalian kalau pengen liat!".

"Bentar gue kedapur dulu buat ambil pisau".

Halilintar tidak berbohong soal ucapannya, sekarang dia benar-benar pergi kedapur dan itu tentu saja membuat Taufan melotot.

"Sini gue belah dada lo!" dan sekarang Halilintar tengah tersenyum ala-ala psychopath sambil mengacungkan sebuah pisau yang masih mengkilap.

"Bercanda doang elaaah, baperan amat lo" sahut Taufan yang sekarang sedang siap-siap untuk kabur ke kamarnya.

"Beneran bercanda?".

Taufan mengangguk.

"Tapi menurut gue bukan".

Taufan tersenyum bodoh, lalu dia berlari secepat kilat kedalam kamarnya dan...

Blamm!

Pintu ditutup dengan keras hingga mengakibatkan bunyi gedebuk yang lumayan nyaring.

"Yang ada dia yang baperan" cibir Gempa, dan diangguki oleh Halilintar yang saat ini tengah mengupas buah apel yang tadi dia ambil dari dapur saat mengambil pisau.

"Ada-ada aja emang si Radeva itu" cetus Halilintar.

"Kak Lin kalau jadi psychopath kayaknya bakalan cocok deh," Gempa menyimpan buku yang tadi dia pegang, "soalnya kalau Kak Lin akting kayak tadi beneran kayak mau belah dada Kak Taufan".

"Tapi gimana mau jadi psychopath kalau bunuh ulat aja gak berani" lanjut Gempa.

"Nggak usah bahas yang itu!" tekan Halilintar sambil memberikan pelototan tajam pada Gempa.

[✔] 1. HIS LAST STOP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang