Halilintar menjambak rambutnya frustasi saat mengingat kejadian selanjutnya, kejadian dimana Beliung datang dan membuatnya menjadi tersangka pembunuhan Sekala, karena saat itu Halilintar lah satu–satunya orang yang bersama Sekala.
"Katanya tadi mau pulang kerumah, kenapa jadi kerumah sakit sih?"
"Kan kita kerumah sakit dulu buat jenguk Tante Kira dulu"
"Gak mau! Tante Kira galak, pipi aku kan sakit di cubitin mulu!".
"Tante kayak gitu karena sayang kamu Reen,".
"Bodoamat, Kakak jelek! Aku mau pulang!".
Samar–samar Halilintar mendengar suara seseorang yang dia kenali, dia yang semula menatap kosong kedepan kini mengalihkan pandangannya pada asal suara tadi.
Bibirnya tertarik ke atas saat melihat gadis kecil yang baru dia kenal selama sebulan ini, "Shireen?" gumam Halilintar.
Didepan sana terlihat Shireen yang sedang menatap seorang pemuda yang tampak seumuran dengan Halilintar kesal, dengan tangan yang bersedekap dada.
"Udah pulang ya? Gue pikir gak bakalan bisa ketemu sama bocah cerewet itu lagi" kata Halilintar sambil beranjak dari duduknya untuk pergi dari taman rumah sakit dan pergi kerja, karena sekarang sudah waktunya dia kerja ketempat penyucian mobil.
Tungkainya dia arahkan untuk keluar dari area rumah sakit, tangannya dia masukan kedalam saku jaket varsity nya, dengan tatapan lurus kedepan.
Dia menghela napas saat mengingat banyaknya masalah dalam hidupnya yang belum terselesaikan.
"Semoga gue bisa hidup sampe semuanya selesai" ucapnya tanpa mengindahkan tatapan–tatapan kagum dan lain–lain dari orang–orang yang tak sengaja bertatap muka dengannya.
•
𓏲ּ ֶָ
•20.03 PM
"Kak Hali, bisa anterin latte ke meja nomor 8? Gue lagi bikin pesenan lain" ucap Gentar, atau dengan nama lengkap Alshaka Gentar Alastar.
Halilintar yang sedang membuat espresso, kopi pesenan pelanggan pun langsung menatap kesal Gentar, "lo bisa liat kalo gue sibuk kan?".
Gentar mengangguk membenarkan pertanyaan Halilintar, "lantas kenapa lo masih nyuruh gue?!" lanjut Halilintar dengan tatapan yang seakan ingin sekali melahap Gentar hidup–hidup.
Gentar tersenyum bodoh lalu dia melangkah pergi sambil membawa latte yang tadi dia buat, kakinya terhenti di sebuah meja lalu Gentar meletakan kopi pesanan pelanggan itu di atas meja.
"Selamat menikmati kopinya Tante Jane" ucap Gentar ramah sambil memamerkan senyumannya yang paling manis pada Jane.
Masih ingat dengan Jane? Tantenya Halilintar dan dua kembarannya yang tamak akan harta?
Gentar pun segera kembali ke tempatnya untuk membuat pesanan kopi selanjutnya, dan Halilintar juga sudah menghilang dari tempatnya tadi, karena sekarang pemuda itu sedang mengantarkan kopi ke meja nomor dua.
Halilintar meletakan espresso yang tadi dia buat diatas meja lalu dia tersenyum tipis pada Barat, anggota inti Davraean yang kelakuannya suka bikin Taufan darah tinggi.
Halilintar melangkah pergi dari sana namun...
"Hali tunggu!".
...suara Barat mengintrupsi pergerakannya, Halilintar membalikkan tubuhnya lalu dia menatap Barat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 1. HIS LAST STOP
Jugendliteratur"Gue ngantuk, tapi kalau tidur takut gak bangun lagi" "Lo ngomong apaan sih Lin?!" Halilintar Gadeon Fernandez, sosok remaja yang harus dewasa sebelum waktunya karna sebuah kecelakaan pesawat yang membuatnya dan kedua kembarannya harus kehilangan so...