Memiliki rumah yang 'mewah' alias mepet sawah, membuat Aksa terbiasa dengan segala aktivitas pertanian. Melihat Pak Ujang tiap pagi lewat membawa cangkul dan termos, atau kerbau yang lewat depan rumah menjelang musim tanam padi.
Saat ini Aksa melihat teman sekelasnya. mereka adalah sahabat-sahabat Aksa.
"Hai teman-teman, yuk main di sawah" sapa Aksa dengan senyum manis.
"Tidak, nanti aku kotor" jawab Ranu dengan ketus. Ranu pun segera berlalu dari hadapan Aksa.
Melihat hal itu, Aksa sudah tidak kaget lagi, karena di kelas Ranu dikenal sebagai anak orang kaya dan sedikit sombong tapi cukup baik.
"Halah Ranu mah, ga asik." Ucap Bisma.
Aksa dan teman-temannya, Ganendra, Aditya, Arga, Bisma, Ranu dan Reksa biasa main di sawah sepulang sekolah.
Terkadang mereka mencari ikan kecil di sungai samping sawah pak ujang, duduk-duduk di gubuk, atau juga iseng mancing di kolam ikan pak Ujang.
Setiap pagi, Aksa dan teman-temannya selalu jalan-jalan kesawah walau Ranu kadang sering menolak untuk ikut, mereka melihat indahnya persawahan, melihat hijaunya padi yang sedang tumbuh, mencari hewan-hewan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, seperti luwing, belalang, cacing, lintah.
Ada beberapa orang yang tengah siap di sawah dengan tumpukan bibit padi yang siap tanam. Aksa dan ke enam sahabatnya Meminta ijin untuk ikut bermain di sawah yang belum akan ditanami, tapi sama pak ujang malah di suruh ikutan masuk ke sawah bermain lumpur dan membantu belajar menanam padi.
Mereka dengan suka ria masuk ke sawah yang becek penuh lumpur basah. Mereka begitu menikmati suasana baru dibebaskan bermain lumpur yang kotor dan merasakan susah jalan karena kaki terperosok lumpur.
"Pak, ini bagai mana caranya menanam padi?" Tanya Ranu yang mendekati pak ujang dan di ikuti teman-temannya.
"Menanam padi harus mundur biar padinya gak terinjak lagi." ucap pak ujang menjelaskan sambil mempraktekkannya.
Setelah itu mereka mengambil bibit padi, diatur jaraknya agar padi yang ditanam rapih berjajar. Mereka senang dan nurut sama ajaran pak ujang, hasilnya bagus juga bagi anak-anak yang baru belajar terlebih lagi Ranu yang notabennya anak orng kaya dan takut kotor tapi saat ini dialah yang paling kotor dan badannya penuh dengan lumpur.
Saat Ranu tengah asyik menanam padi tiba-tiba saja Ranu menjerit ketakutan.
"U..u...ular!" Teriak Ranu padahal yang Ranu lihat bukanlah ular melainkan belut.
Ranu lari terbirit-birit sampai ia terjatuh berkali-kali karena ketakutan, pak Ujang yang melihat Ranu berteriak pun langsung menghampirinya dengan wajah panik.
Setelah melihat sesuatu yang membuat Ranu menjerit ketakutan tiba-tiba pak Ujang tertawa terbahak-bahak lalu pak Ujang menangkapnya dengan kedua tangannya.
"Ha...ha...ha..ha, Ranu kamu ini lucu sekali. ini bukan ular nak, tapi ini belut dan ini bisa dimakan." Ucap pak Ujang sambil menyodorkan hewan yang tadi ia tangkap tapi Ranu malah semakin teriak ketakutan.
"Ayoo ikut bapak, bapak akan buat makanan dari ini." Ucap pak Ujang mengajak mereka semua untuk mengikutinya.
Ranu yang melihat pak Ujang mengatakan akan membuat masakan dari hewan yang tadi pak Ujang dapatkan membuat Ranu memasang wajah yang sulit di artikan antara jijik dan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Darmawangsa (NCT DREAM X AESPA)
FanficBagaimana bisa orang tua tidak menyukai anaknya, bukannya anak itu buah dari hasil kasih sayang ayah dan ibunya? aku kadang tersenyum memperhatikan wajah ku ini Kadang aku tertawa bangga apakah aku mirip dengan ayah yang tampan ataukah lebih ke ibu...