Dalam berumah tangga, wajar jika terdapat pertengkaran antara suami dan istri. Pertengkaran wajar terjadi dan itu yang Jeni dan Jamal rasakan kini. Sudah seminggu Jamal tak ingin bertemu jeni namun Jeni tetap saja setia menunggu Jamal di rumah sakit walau tak diizinkan oleh suaminya untuk menemuinya.
Sore ini, bulan penuh Langit tempat arah bulan bakal keluar sudah kemerah-merahan Jeni pergi kekamar mandi untuk mandi. Hari memang sudah gelap, dan kamar mandi itu letaknya agak jauh dari ruangan suaminya. Kesedihan masih tetap terlihat di wajahnya, wajahnya pucat tak terawat karena berhari-hari tak bisa tidur lelap ia selalu memikirkan cara agar ia dan suaminya bisa berbaikan dan jeni ingin meminta maaf kepada suaminya itu.
Setelah selesai mandi jeni mendengar seseorang memanggilnya. Sayup-sayup terdengar sehingga Jeni menggigil takut dan ternyata itu adalah sahabat lamanya yang memanggil dirinya entah bagaimana caranya saat ini Siska sudah berada dekat dengan dirinya.
"Jen kamu baik-baik aja kan Sekarang?" Ucap Siska yang turut prihatin melihat keadaan sahabatnya itu yang terlihat seperti mayat hidup.
Setelah melihat sahabat lamanya kini datang menemuinya membuat Jeni yang sudah tidak kuat membendung air matapun langsung menumpahkannya di pundak sahabatnya itu. Lalu Siska mencoba menenangkan keadaan Jeni saat ini.
"Siska.....hiks!" Ucapnya lirih.
"Udah gak papa, kamu kalau mau nangis, nangis aja dulu gak papa kok kita orang dewasa juga wajar jika menangis." Ucapnya menenangkan sahabatnya itu.
"Aku gak bisa seperti ini Sis hiks...! aku sayang banget dengan Jamal aku gak mau dia seperti ini terus, aku tahu aku salah tapi aku gak suka kalau aku didiemin seperti enggak dianggap begini." Ucapnya dengan Isak tangis yang semakin kuat.
"Aku gak suka kalau dia berperilaku seperti ini Sis hiks..!aku lebih suka kalau dia mengatakan letak kesalahan ku dan menasehatiku sebagai seorang istri bukannya malah mendiamkanku berhari-hari seperti ini, sering aku ingin memakinya meluapkan kemarahan ku kepada dirinya yang sudah merusak kebahagiaan ku dari dulu hingga sekarang, apa salahnya jika biarkan kali ini aku hidup tenang." Lalu tiba-tiba Siska melepaskan pelukannya dari jeni.
"Jen maksud dari perkataan kamu itu Aksa? dasar kamu gak berubah ya dari dulu sampe sekarang! selalu menyalahkan Aksa atas semua masalahmu. tau gak, kamu adalah orang yang paling egois yang pernah aku kenal, kamu sadar gak sih kalau kamu selama ini menyakiti hati anak kamu sendiri, darah daging mu!!"
"Sakit hati kamu saat ini belum seberapa dengan yang Aksa alami selama ini Jen, kamu sadar, coba kamu hayati mungkin ini takdir dari yang maha kuasa Tuhan mau buat kamu ngerasain apa yang Aksa rasakan." Lalu Jeni tak menjawab ia hanya menangis lagi dan lagi.
"Kamu Taukan Sis betapa kagumnya aku dengan suamiku dulu dia yang membuat aku percaya bahwa diriku itu berharga. pertama kali aku melihat dia ada rasa sedikit takut karena wajahnya yang bengis dan kejam Tetapi dia mempunyai sifat yang jauh dari tampangnya itu dia mempunyai hati yang begitu lembut dan hangat. dan aku beruntung dapat berkenalan dengannya bahkan kini aku menjadi istrinya.
"Aku merasa beruntung karena telah menjadi istrinya dia yang membuatku bisa melupakan seluruh masalahku dimasa lalu yang membuatku seperti ingin menjadi gila namun dia datang menerimaku dengan segala kurangku."
"INI KURANG ADIL!"teriaknya lalu Siska hanya menggeleng-gelengkan kepala kenapa sulit sekali membuat sahabatnya itu sadar jika dirinya memanglah salah.
Jeni hidup dalam kegelisahan dan ini membuatnya cukup setres. Sekarang Jeni seperti tidak sadarkan diri, dan seolah-olah dirinya sedang berada di dunia lain lalu tiba-tiba saja jeni tak sadarkan diri lalu ambruk begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Darmawangsa (NCT DREAM X AESPA)
FanfictionBagaimana bisa orang tua tidak menyukai anaknya, bukannya anak itu buah dari hasil kasih sayang ayah dan ibunya? aku kadang tersenyum memperhatikan wajah ku ini Kadang aku tertawa bangga apakah aku mirip dengan ayah yang tampan ataukah lebih ke ibu...