08 : Hari Pertama

388 57 12
                                    

Awalnya Ryujin ingin pulang sebelum matahari terbit, namun kamar yang ia tempati saat ini jauh lebih nyaman dibandingkan kamar apartemennya. Alhasil, Ryujin bangun kesiangan dan tidak sempat pulang ke apartemennya.

Ryujin berjalan keluar dari kamarnya dan menemukan Hyunjin yang telah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat ke kantor. Ryujin merasa malu dengan panampilannya sendiri, apalagi wajah bangun tidurnya pasti tampak buruk di mata Hyunjin.

"Akhirnya kamu bangun juga. Sepertinya kamu nyaman tinggal di sini," sapa Hyunjin ketika melihat Ryujin keluar dari kamarnya. Ryujin hanya tersenyum malu-malu lalu berjalan menghampiri Hyunjin yang sedang makan di pantry dapur.

"Maaf aku bangun kesiangan. Sepertinya aku harus izin setengah hari untuk pulang dan mandi," ujar Ryujin yang sekaligus meminta izin pada laki-laki itu sebagai atasannya di kantor.

Hyunjin menggelengkan kepalanya. Ia menyambar sebuah paper bag yang berada di sampingnya lalu memberikannya pada Ryujin. Ryujin langsung membongkar isi paper bag itu dan menemukan setelan pakaian kerja hingga pakaian dalam di dalam sana

"Kamu pakai itu dan kita berangkat sama-sama ke kantor," ujar Hyunjin.

"Berangkat bersama? Bagaimana kalau nanti kita ketahuan – "

"Nggak akan," sahut Hyunjin dengan cepat. "Aku nggak akan menurunkanmu di depan gedung. Kamu bisa masuk ke kantor lewat pintu belakang. Aku akan menurunkanmu di sana. Nggak banyak karyawan yang lalu lalang, jadi posisi kita tetap aman," jelas Hyunjin.

"Lagipula kalau kamu berangkat naik kendaraan umum, sudah pasti kamu akan terlambat. Lihat saja sekarang jam berapa. Apa kamu berencana untuk melewatkan waktu sarapanmu?" Ryujin langsung menarik tangan Hyunjin begitu saja untuk melihat jam tangan laki-laki itu. Sudah hampir pukul 8 dan Ryujin masih belum siap-siap untuk berangkat ke kantor.

Refleks Ryujin berbalik badan dan masuk ke dalam kamarnya kembali untuk bersiap-siap pergi ke kantor. Diam-diam Hyunjin tertawa kecil melihat kepanikan Ryujin di pagi hari itu. Ia kembali melanjutkan kegiatannya menghabiskan sarapan pagi itu sambil menunggu Ryujin selesai bersiap-siap.

Pagi tadi ia menyuruh Seungmin – sekretarisnya – untuk datang membawakan pakaian kerja wanita dan surat kontrak resmi yang akan ditanda tangani oleh Hyunjin dan Ryujin. Awalnya Seungmin bertanya-tanya tentang kontrak itu namun Hyunjin tidak ingin menjelaskannya dengan detail sehingga Seungmin harus mencerna situasinya sendiri untuk ke depannya.

Ryujin telah selesai bersiap-siap dan keluar menemui Hyunjin kembali di pantry dapur. Ryujin duduk di samping Hyunjin dan siap menyantap sarapannya pagi itu. Hyunjin telah membuat sepotong sandwich dan segelas susu untuk sarapan Ryujin. Perempuan itu langsung menyantapnya tanpa berkata apa-apa.

"Ini kontrak kita. Aku sudah menandatanganinya, tinggal kamu saja." Hyunjin menyerahkan kertas kontrak mereka yang telah dicetak rapi dan sebuah pulpen pada Ryujin. Ryujin membaca isi kontrak itu, memastikan bahwa isinya telah sesuai dengan yang mereka sepakati kemarin. Setelah membacanya, Ryujin menandatangani kontrak itu dan memberikannya kembali pada Hyunjin.

"Kontrak ini berlaku mulai hari ini, jadi kita anggap hari ini sebagai hari jadian kita," ujar Hyunjin pada Ryujin sambil menyimpan menyimpan kertas kontrak itu dalam map coklat. Ryujin hanya mengangguk-angguk setuju karena saat ini ia lebih fokus untuk menghabiskan sarapannya supaya ia bisa segera berangkat ke kantor.

Rekornya yang tidak pernah terlambat datang ke kantor tidak boleh ia nodai begitu saja.

***

Pandangan buruk orang-orang tentang Ryujin masih belum menghilang dan justru lebih parah dari hari-hari sebelumnya. Ryujin mencoba untuk tidak menggubrisnya, namun tetap saja itu mengganggunya. Kemanapun ia pergi, selalu saja ada orang yang berbisik-bisik di dekatnya. Ryujin merasa segala prestasi yang ia bangun selama ini, runtuh hanya dalam waktu satu harinya.

Love ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang