Hyunjin merasa gelisah sepanjang siang ini. Rapat umum pemegang saham sedang dilaksanakan dan sejak tadi para eksekutif membahas calon yang tepat untuk mengisi kursi Direktur Utama untuk sementara waktu. Nama Hyunjoon yang paling banyak disebut, dan hal itulah yang membuat Hyunjin gelisah.
"Hyunjoon sudah lama bekerja di kantor pusat. Ia tidak akan kesulitan dalam menjalankan perusahaan," ujar seorang pria beruban yang sejak tadi terus membela Hyunjoon.
"Saya setuju dengan Pak Choi. Hyunjoon lebih cocok mengisi posisi tersebut. Hyunjin memang memiliki prestasi yang luar biasa di kantor cabang, namun ia tetap perlu banyak belajar di sini," sahut seorang laki-laki senior lainnya.
"Mungkin lebih tepatnya beradaptasi," tentang seorang perempuan yang usianya tidak jauh berbeda dengan dua laki-laki yang berbicara sebelumnya.
"Kemampuannya selama bekerja di sini sangat luar biasa. Ia berhasil membuat kontrak dengan pihak brand yang selama ini tidak berhasil kita lakukan. Posisi itu lebih cocok diserahkan pada Hyunjin jika ingin perusahaan ini mengalami perkembangan," tutur perempuan itu.
"Hyunjoon telah banyak berkontribusi dalam memajukan perusahaan. Prestasinya sangat jauh bila dibandingkan dengan Hyunjin," sahut pria beruban yang sejak tadi membela Hyunjoon secara terang-terangan dan cenderung menjatuhkan Hyunjin.
Hyunjin meremas lengan kursinya erat-erat. Di dalam ruangan ini, tidak banyak orang yang mendukungnya. Hyunjoon yang duduk berseberangan dengannya terlihat begitu tenang. Ia sudah bisa menebak siapa yang akan menjadi pemenang di akhir rapat ini.
"Sebaiknya kita lakukan voting sekarang untuk menentukan siapa yang akan mengisi posisi direktur utama untuk sementara waktu." Sang ketua rapat berdiri dan mulai membagikan sebuah benda pipih yang memiliki dua tombol. Benda tersebut terhubung dengan monitor yang terletak di ujung meja.
Monitor dinyalakan. Wajah Hyunjin dan Hyunjoon muncul berdampingan di sana. Di bawah masing-masing foto terdapat angka yang menunjukkan jumlah orang yang memilih mereka.
Kaki Hyunjin yang berada di bawah meja bergerak semakin tak sabaran. Sekeras apapun ia mencoba untuk tenang, tubuhnya tetap bereaksi dengan kegelisahan yang ia rasakan.
Angka yang ada di bawah foto Hyunjoon terus bertambah. Sepertinya Hyunjin harus mulai menerima kekalahannya dari sekarang.
"Voting ditutup. Hasil menunjukkan tujuh puluh persen orang di dalam ruangan ini sepakat memilih Hyunjoon sebagai direktur utama Haru Group untuk sementara waktu." Sang Ketua rapat mengetuk mejanya sebanyak dua kali sebagai tanda pengesahan atas hasil voting yang telah dilakukan.
Seluruh orang di dalam ruangan itu bertepuk tangan menyambut Hyunjoon sebagai pemimpin Haru Group yang baru. Hyunjoon berdiri dari kursinya dengan penuh rasa bangga lalu menunduk satu persatu ke arah orang-orang yang ada di meja rapat.
Hyunjoon mulai menyampaikan terima kasihnya kepada orang-orang itu. Ucapan dan janji-janjinya membuat Hyunjin mual. Ia tidak ingin mendengar satupun kalimat yang keluar dari mulut Hyunjoon. Ia hanya ingin segera keluar dari ruangan rapat yang menyesakkan ini dan menghirup udara segar di luar.
Hyunjin berjalan dengan langkah tegap meninggalkan ruangan begitu rapat dinyatakan selesai. Seungmin telah menunggunya di luar ruangan. Melihat raut wajah Hyunjin, Seungmin sudah bisa tahu bagaimana hasil akhirnya.
"Chill, bro. Masih ada kesempatan," ujar Seungmin sambil menepuk-nepuk bahu Hyunjin.
Hanya ada satu cara untuk mendapatkan Haru Group, yaitu menikah. Jika Hyunjin menikah, maka Haru Group akan sepenuhnya menjadi miliknya. Namun Hyunjin tidak ingin menggunakan cara itu. Ia yakin masih ada cara lain untuk mendapatkan Haru Group tanpa harus menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Contract
FanfictionSetelah menjalin hubungan selama 5 tahun, Shin Ryujin akhirnya dikhianati oleh pacar dan sahabatnya sendiri yang diam-diam menjalin hubungan di belakangnya. Merasa putus asa, Ryujin menerima tawaran dari atasannya untuk menjalin hubungan pura-pura...