Ryujin dan Yeji berhasil menyelesaikan presentasinya dengan sempurna. Mereka mendapat respon positif dari pihak brand. Meskipun ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki, Ryujin tidak berkecil hati sama sekali. Ia yakin proposalnya yang akan dipilih oleh pihak brand.
"Sekarang kita tinggal menunggu hasilnya. Paling cepat sore ini. Kalian bebas melakukan apapun setelah ini," ujar Hyunjin pada timnya setelah pihak brand pergi meninggalkan ruang rapat itu.
Pak Jung berseru gembira. Ia sudah punya rencana setelah rapat ini berakhir. Jimin juga sepertinya sudah memiliki tujuannya. Hyunjin berpesan pada mereka untuk sering-sering mengecek ponsel karena ia akan langsung menyuruh mereka kembali jika pihak brand telah membuat keputusan.
Kini tersisa Hyunjin, Yeji, dan Ryujin yang masih berada di ruangan itu. Yeji mengecek kondisi Ryujin yang masih duduk di tempatnya. Wajahnya terlihat semakin pucat dan napasnya terdengar semakin tak beraturan. Ryujin berhasil menahan dirinya dan menyelesaikan presentasinya dengan sempurna. Kini saatnya ia mendapat perawatan medis karena Ryujin juga sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi.
"Ayo kita ke rumah sakit sekarang," ujar Yeji. Ucapannya itu sukses menarik perhatian Hyunjin.
"Ada apa?" tanya Hyunjin. Yeji membalas pertanyaan Hyunjin dengan sebuah tatapan tajam yang begitu menusuk. Tidak bisakah ia melihat kondisi Ryujin saat ini? Apa ia tidak sadar ada sesuatu yang salah pada diri Ryujin selama presentasi tadi? Ingin sekali Yeji memaki kakak laki-lakinya itu namun ia tidak punya banyak waktu untuk melakukan hal itu.
Hyunjin terlambat menyadarinya. Ia baru melihat wajah Ryujin yang pucat pasi setelah Yeji menggiringnya keluar dari ruangan. Tanpa basa-basi, Hyunjin segera menggendong Ryujin dan membawanya pergi ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan medis.
💕💕💕
Ryujin kehilangan kesadarannya dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Ketika membuka mata kembali, ia sudah berada di atas ranjang rumah sakit, dikelilingi oleh seorang dokter yang sedang berbicara dengan Hyunjin dan Yeji, serta dua orang suster yang bergerak mondar-mandir mengecek organ vitalnya.
"Kamu baik-baik saja? Ada yang sakit?" tanya Yeji, orang yang pertama kali melihat Ryujin membuka matanya kembali.
"Ada lagi yang kamu rasakan selain sesak napas dan pusing?" Kali ini giliran sang dokter yang bertanya. Ryujin menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan Yeji dan dokter itu.
"Aku baik-baik saja sekarang," ujar Ryujin. Suaranya memang terdengar lemah, namun Ryujin merasa jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
"Lain kali jangan ditahan lagi. Bahaya kalau dibiarkan terlalu lama. Efeknya bisa fatal," sahut sang dokter. "And nice to meet you again, Ryu..."
Seluruh atensi kini tertuju pada sang dokter. Ryujin menatap dokter itu lamat-lamat dan akhirnya menyadari sesuatu. Ia hampir tidak mengenalinya karena sudah lama sekali mereka tidak bertemu.
"Choi...Soobin?" Dokter itu mengangguk pelan. Ia senang karena Ryujin masih mengingatnya dengan baik meskipun 15 tahun telah berlalu.
"Sayangnya masih ada pasien yang harus kutangani setelah ini. Kalau agak senggang, aku akan mampir lagi ke sini. Sudah lama kita nggak ngobrol." Dokter Choi tersenyum tulus, membuat siapapun yang melihatnya akan langsung membuat kesimpulan mereka pernah punya hubungan spesial dimasa lalu.
"Terima kasih," ujar Ryujin sebelum Dokter Choi pergi meninggalkan ruang rawatnya bersama dua orang suster yang senantiasa mengekor di belakangnya.
"Wah...apa itu? Siapa dia?" tanya Yeji sepeninggal Dokter Choi dari tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Contract
FanfictionSetelah menjalin hubungan selama 5 tahun, Shin Ryujin akhirnya dikhianati oleh pacar dan sahabatnya sendiri yang diam-diam menjalin hubungan di belakangnya. Merasa putus asa, Ryujin menerima tawaran dari atasannya untuk menjalin hubungan pura-pura...