41 : Masalah Jimin

235 30 7
                                    

Ryujin baru saja menyelesaikan meeting-nya dengan anggota timnya. Meskipun ada beberapa kendala selama Ryujin meninggalkan mereka, namun mereka dapat mengcovernya dengan baik. Ryujin merasa sedikit bersalah karena sudah menelantarkan mereka, oleh karena itu Ryujin akan mentraktir mereka makan siang.

Ketika hendak kembali ke meja kerjanya, Ryujin dihadang oleh Jimin yang sudah menunggunya di depan ruang meeting. Raut wajahnya terlihat begitu serius. Ryujin bertanya-tanya apa yang ingin perempuan itu bicarakan kali ini.

"Temui aku di rooftop. Ada hal yang ingin aku bicarakan," ujar Jimin.

"Di sini saja. Aku sibuk." Tadinya Ryujin tidak ingin mengalah, namun Jimin telah pergi meninggalkannya.

Ryujin hanya bisa mendengus kesal. Ia memutuskan untuk menaruh barang-barangnya di meja terlebih dahulu sebelum pergi ke rooftop.

Ketika sampai di rooftop, Ryujin melihat Jimin sudah menunggunya di sana. Perempuan itu menoleh ke arahnya dengan raut wajah serius. Ryujin masih belum bisa menebak hal apa yang ingin ia bicarakan.

Masalah di antara mereka sudah selesai. Lalu, apa lagi yang perlu dibahas?

Jimin melipat kedua tangannya di depan dada sebelum berkata, "aku hamil."

Ryujin mencoba untuk bersikap tenang, meskipun sebenarnya ia sangat terkejut dengan hal itu. "Kamu mau aku mempercayainya?"

Jimin merogoh saku blazernya lalu menyerahkan dua buah test pack kepada Ryujin. Hasilnya sama-sama positif. Ryujin menatap Jimin kembali. Dalam hati ia bertanya-tanya mengapa perempuan itu memberitahunya soal ini.

"Siapa ayahnya?" tanya Ryujin. Ia juga penasaran soal hal itu.

Jimin tersenyum menyeringai. Reaksinya tidak sesuai dengan yang Ryujin bayangkan. "Siapa lagi? Aku hanya tidur dengan satu orang dan kamu melihatnya."

Ryujin menggelengkan kepalanya. "Hyunjin bilang malam itu nggak terjadi apa-apa. Kamu nggak mungkin mengandung anaknya."

"Kamu percaya sama ucapan Pak Hyunjin?" Jimin mendengus tawa. Sedangkan Ryujin tidak gentar sama sekali. Ia percaya pada apa yang ia yakini.

"Atau jangan-jangan itu anaknya Jeno?" tebak Ryujin. Tatapannya penuh curiga. Jimin pasti pernah berhubungan dengan Jeno – Ryujin yakin seratus persen.

Jimin mengedikkan bahunya. "Terserah aku mau bilang ini anak siapa. Untuk sekarang, aku mau bilang ke semua orang kalau ini anaknya Pak Hyunjin." Jimin mengelus perutnya yang masih datar sambil tersenyum menyeringai ke arah Ryujin.

"Aku ingin tahu bagaimana reaksi orang-orang saat mendengarnya."

"Orang-orang akan menganggapmu perempuan murahan, Yoo Jimin..." desis Ryujin. Sayangnya ucapan Ryujin itu tidak berpengaruh apa-apa bagi Jimin.

"Terserah mereka mau menganggapku apa. Tapi Pak Hyunjin nggak akan punya pilihan lain selain menikahiku. Jika dia menolaknya, orang-orang akan beranggapan kalau dia laki-laki yang tak bertanggung jawab," balas Jimin sambil tersenyum lebar.

"Kamu sudah bisa membayangkan bagaimana hasil akhirnya, kan?" Jimin mendekatkan wajahnya pada Ryujin tanpa menurunkan senyumannya. "Sebaiknya kamu pergi sekarang sebelum kita semua semakin menyakitimu..."

Ryujin mengepalkan kedua tangannya erat-erat di samping tubuhnya. Ia tidak akan mengikuti perkataan Jimin. Berdiskusi dengan Hyunjin adalah pilihan paling dewasa. Mereka pasti bisa menemukan jalan keluar dari masalah ini bersama.

"Dasar perempuan licik..."

💕💕💕

Sepulang kerja, Ryujin masuk ke dalam mobil Hyunjin yang terparkir tepat di depan pintu. Ia tidak memedulikan tatapan sinis orang-orang yang masih memberinya penilaian buruk. Hyunjin sudah menunggu di dalam mobil, dan ketika Ryujin masuk, Hyunjin langsung melayangkan sebuah kecupan ringan pada bibir Ryujin.

Love ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang