15 : Ancaman Hyunjoon

276 49 7
                                    

Di sisa hari, Ryujin menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Hyunjin padanya sesuai permintaannya. Ia pulang sedikit lebih lambat dari rekan kerjanya yang lain karena tugas yang diberikan oleh Hyunjin itu cukup banyak. Bahkan, Jeno selaku ketua tim sudah pulang mendahuluinya dan tidak menawarkan bantuan sama sekali.

Ketua tim macam apa yang membiarkan partnernya bekerja sendirian seperti ini. Ryujin ingin sekali mengumpatinya tepat di depan wajahnya.

"Apa ada yang bisa saya bantu, Bu Shin?" Yeji mendatangi meja kerja Ryujin dan menawarkan bantuan padanya. Ryujin kira sudah tidak ada orang yang tersisa dalam ruangan itu. Rupanya masih ada Yeji yang setia menunggunya.

"Tidak ada. Ini sudah kuselesaikan semuanya. Aku akan memberikannya pada Pak Hwang sekarang," ujar Ryujin sambil merapikan berkas-berkas yang ada di mejanya.

"Hmmm...nanti malam jadi pindah ke unitku, kan?" tanya Yeji ragu-ragu. Ia sudah mengubah nada bicaranya menjadi informal. Yeji menanyakan hal itu karena sepertinya Ryujin melupakannya.

Dan benar saja dugaan Yeji. Ryujin melupakan hal itu. Ia langsung menepuk dahinya karena baru mengingatnya. Kesibukannya hari ini membuatnya melupakan hal-hal penting seperti itu.

"Ah...maafkan aku, Kak. Aku hampir melupakannya. Terima kasih sudah mengingatkanku. Aku akan datang nanti sekitar pukul 8 malam bersama dengan barang-barangku," ujar Ryujin.

"Apa kamu butuh bantuan untuk memindahkan barang-barangmu?"

Ryujin menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu. Kakakku bisa membantuku karena dia akan menginap selama beberapa hari," jawab Ryujin. Yeji hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Syukurlah Ryujin tidak sendirian, karena Yeji khawatir Jeno akan menyerangnya kembali – apalagi melihat laki-laki itu yang sudah kembali bekerja hari ini.

"Aku pergi sekarang ya. Kakak pulang saja. Sampai bertemu jam 8 malam nanti." Ryujin sudah siap dengan laporannya yang akan diberikan pada Hyunjin. Sejenak ia mengecek jam yang ada di dinding. Seharusnya laki-laki itu masih belum pulang meskipun sudah overtime. Ryujin juga tidak melihatnya keluar dari ruangannya tadi.

"Baiklah. Sampai jumpa nanti," ujar Yeji. Ia telah kembali ke meja kerjanya dan bersiap untuk pulang ke rumah.

Tok tok tok

Ryujin mengetuk pintu ruangan Hyunjin lalu masuk ke dalam sana. Ia melihat Hyunjin masih sibuk bekerja di mejanya. Ryujin berjalan mendekat ke meja Hyunjin lalu menaruh laporannya di sana. Hyunjin menyandarkan punggungnya di sandaran kursinya yang empuk itu dan mulai melakukan sedikit peregangan. Ia mengambil laporan yang telah dibuat oleh Ryujin dan membacanya secara cepat.

"Sejauh ini strategi pemasaran yang kami buat masih memberikan dampak penjualan yang baik, meskipun tidak seefektif di awal." Ryujin memberikan sedikit penjelasan terkait laporan yang ia buat itu kepada Hyunjin. Laki-laki itu mendengarkannya dengan seksama sambil memeriksa setiap laporan yang ada.

"Mulai rencanakan strategi pemasaran yang baru. Kita tidak bisa bergantung pada strategi ini terus," ucap Hyunjin di akhir setelah selesai memeriksa laporan itu. Ia meletakkan laporannya kembali di atas meja lalu menatap Ryujin yang masih berdiri di hadapannya.

"Baik, Pak. Saya dan tim akan mulai merencanakannya minggu ini," sahut Ryujin.

"Pulanglah. Tunggu aku di tempat biasa. Aku akan mengantarmu pulang." Ryujin menganggukkan kepalanya sambil tersenyum simpul. Akhirnya pekerjaan hari ini berakhir dan ia bisa segera pulang untuk bersiap-siap pindah ke tempat tinggalnya yang baru.

"Baik, Pak. Terima kasih." Ryujin berpamitan pada Hyunjin sebelum keluar dari ruangannya. Selama berbicara dengan Hyunjin tadi, fokus Ryujin terarah pada pakaian Hyunjin. Dasi yang Hyunjin kenakan siang tadi sudah ia lepas, sehingga Ryujin tidak bisa memperhatikan lagi noda yang ada di sana.

Love ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang