Satu Tahun Kemudian...
Tok tok tok
Pintu ruangan Ryujin diketuk dari luar. Kepala Hyunjin muncul dari balik pintu, tersenyum lebar ke arah Ryujin yang terlihat masih sibuk dengan pekerjaannya. Jam menunjukkan pukul lima sore. Sebagian besar karyawan telah pulang ke rumah. Ryujin tidak sadar waktu berlalu dengan cepat.
“Waktunya pulang,” ujar Hyunjin. Ia berjalan ke arah Ryujin lalu berhenti tepat di samping meja kerjanya. Ryujin meregangkan otot-otot tubuhnya yang tegang. Matanya terasa pedas setelah menatap layar komputer selama berjam-jam.
“Kalau kamu nggak masuk, mungkin aku akan di sini terus sampai malam,” kekeh Ryujin. Hyunjin menggeleng-gelengkan kepalanya lalu mengusap puncak kepala Ryujin.
Ryujin mematikan komputernya lalu membereskan barang-barangnya sebelum berjalan mengikuti Hyunjin keluar ruangan. Ryujin menggandeng tangan Hyunjin ketika mereka menunggu di depan lift. Kepalanya bersandar manja di pundak Hyunjin.
Setahun berlalu begitu cepat sejak Hyunjin resmi menjabat sebagai direktur utama Haru Group. Beberapa bulan setelahnya, Hyunjin menunjuk Ryujin untuk mengisi posisinya sebelumnya sebagai direktur pemasaran. Sejak saat itu, Ryujin bekerja lebih keras dari sebelumnya untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa ia layak berada di posisinya.
Pintu lift terbuka. Ryujin dan Hyunjin masuk ke dalam lift, menekan lantai dasar sebelum pintu lift tertutup kembali.
“Aku lapar,” gumam Ryujin. Ia tidak sempat makan siang tadi dan hanya minum segelas smoothie untuk mengganjal perutnya. Sekarang perutnya bergemuruh hebat, meminta untuk segera diisi.
“Kamu mau makan apa?’ tanya Hyunjin.
Ryujin berpikir sejenak sebelum menetapkan pilihannya. “Burger. Aku sudah terlalu lapar. Kita bisa mampir drive-thru lebih dulu sebelum pergi ke butik.” Hyunjin hanya mengangguk setuju dengan pilihan Ryujin.
Ryujin dan Hyunjin telah berada di dalam mobil. Tak butuh waktu lama bagi Hyunjin untuk menjalankan mobilnya. Sesuai permintaan Ryujin, mereka membeli burger di sebuah restaurant cepat saji terlebih dahulu melalui drive-thru, sebelum pergi ke butik kenalan Hyunjin untuk membeli dress yang akan ia kenakan akhir pekan.
“Kamu yakin tetap mau datang ke pernikahan Jeno dan Jimin?” tanya Hyunjin saat ia menghentikan mobilnya di depan lampu merah. Ryujin hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban karena mulutnya terlalu penuh. Sudah dua kali Hyunjin bertanya soal itu sejak mereka menerima undangan. Jawaban Ryujin masih tetap sama – ia ingin datang ke pernikahan mantan kekasih dan sahabatnya itu.
Hyunjin tidak bertanya lagi. Ia tetap diam sampai mereka tiba di butik. Ketika sampai di sana, seorang wanita berumur awal 40 tahun menyambut kedatangan mereka. Wanita itulah pemilik butik sekaligus kenalan Hyunjin. Ia menggiring Ryujin ke arah rak pakaian yang sudah ia siapkan khusus sesuai permintaan Hyunjin.
Ryujin meneliti satu persatu dress yang ada di sana, mengambil dress yang sesuai dengan style-nya untuk ia coba. Total sudah ada tiga dress yang ia pilih. Ryujin tidak ingin membuat terlalu banyak pilihan. Malam semakin larut, Ryujin ingin segera pulang ke apartemen untuk beristirahat.
Hyunjin duduk di sofa, menunggu Ryujin mencoba satu persatu dress pilihannya. Seorang pelayan toko datang menyajikan segelas teh hangat untuk Hyunjin. Tepat ketika Hyunjin hendak menyesap tehnya, Ryujin keluar dari kamar ganti dengan mengenakan dress gold selutut. Dress itu menutup bagian atasnya dengan sempurna. Belahan pahanya cukup tinggi sehingga Ryujin perlu mengenakan celana pendek.
Hyunjin menggelengkan kepalanya. Warna gold sama sekali tidak cocok dengan Ryujin, apalagi belahan pahanya terlalu tinggi dan membuatnya jelas terlihat tidak nyaman. Ryujin sependapat dengan Hyunjin. Ia langsung mengganti pakaiannya tanpa berkomentar apa-apa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Contract
FanfictionSetelah menjalin hubungan selama 5 tahun, Shin Ryujin akhirnya dikhianati oleh pacar dan sahabatnya sendiri yang diam-diam menjalin hubungan di belakangnya. Merasa putus asa, Ryujin menerima tawaran dari atasannya untuk menjalin hubungan pura-pura...