11 : Kakak Laki-Laki Ryujin

338 50 10
                                    

Hyunjin menggiring dua sepeda pinjamannya ke tempat Ryujin berada. Ryujin tampak senang menatap dua sepeda yang dibawa oleh Hyunjin itu. Ia memilih sepeda yang berwarna merah, sedangkan sepeda yang berwarna biru akan dikendarai oleh Hyunjin. Ryujin mencoba mengayuh sepedanya di sekitar tempat itu dan berhasil melakukannya. Hyunjin juga mencobanya dan beberapa kali ia hampir jatuh dari sepedanya itu.

"Jangan dipaksakan kalau nggak bisa. Aku bisa memboncengmu di belakang," ujar Ryujin sambil menunjuk kursi di belakang sepedanya.

"Tunggu sebentar. Aku butuh waktu untuk penyesuaian." Hyunjin tidak ingin kalah begitu saja. Ia terus mencoba mengayuh sepedanya mengitari tempat itu. Memang butuh waktu lama untuk melakukan penyesuaian karena sudah lama sekali ia tidak memainkannya. Mungkin sudah sekitar 15 tahun yang lalu.

"Bagaimana? Sudah bisa?" tanya Ryujin setelah melihat Hyunjin mulai mahir mengayuh sepedanya. Hyunjin menganggukkan kepalanya. Sepertinya ia sudah mulai terbiasa untuk menggerakkannya.

"Baiklah. Ayo kita pergi dari sini." Ryujin mengayuh sepedanya lebih dulu dari Hyunjin. Sudah ada banyak tempat yang ingin ia jelajahi. Ia mengayuhnya tidak terlalu cepat agar Hyunjin tidak tertinggal di belakang.

Di luar dugaan Hyunjin, aktivitas mereka saat ini terasa begitu menyenangkan. Hyunjin belum pernah mengayuh sepeda mengelilingi Taman Hangang. Ia biasanya hanya melihat orang lain yang melakukannya. Namun karena sekarang ia sudah mencobanya, mungkin lain waktu ia akan melakukannya kembali. Aktivitas itu cukup menghilangkan beban pikirannya.

Sudah hampir setengah jam mereka mengayuh sepeda dan Ryujin mulai kelelahan. Ia berhenti di dekat kursi panjang yang kosong lalu turun dari sepedanya. Hyunjin ikut turun untuk meluruskan kaki-kakinya yang terasa pegal.

"Aku haus. Apa nggak ada yang jual minuman di sekitar sini?" Ryujin mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu sambil mengusap keringatnya yang bercucuran. Cuaca hari itu sangat cerah dan terasa panas. Ryujin butuh minuman dingin untuk mendinginkan suhu tubuhnya.

"Tunggu di sini sebentar. Aku akan mencarinya." Hyunjin mengayuh sepedanya kembali meninggalkan Ryujin yang memilih untuk duduk di bangku panjang. Ia menunggu Hyunjin sambil mengipasi wajahnya dengan telapak tangannya.

Ryujin menatap sekelilingnya. Sebenarnya ada banyak pasangan muda sedang menikmati waktu mereka di tempat itu. Ada yang sedang piknik, bersepeda, duduk sambil mengobrol, dan...ada yang berciuman. Ryujin langsung mengalihkan tatapannya dari pasangan itu. Ia menggerutu pelan karena ada orang yang berani melakukan hal seperti itu di tempat umum seperti ini.

"Haah...aku jadi teringat dengan seseorang," gumam Ryujin pelan.

Tak lama Hyunjin kembali sambil membawa sebuah kantong plastik berisi minuman dingin, es krim, dan camilan ringan. Ryujin mengambil es krim lebih dulu lalu memakannya dengan cepat karena teriknya matahari membuat es krim itu cepat lelah. Hyunjin juga melakukan hal yang sama dan terus menjaga es krimnya agar tidak tumpah ke baju.

"Dulu waktu kecil aku nggak bisa naik sepeda. Tapi aku nggak menyerah begitu saja dan terus memaksa naik meskipun aku jatuh berulang kali dan bahkan tanganku pernah patah karena jatuh dari sepeda." Ryujin mulai bercerita tentang pengalamannya saat ia bermain sepeda dulu. Hyunjin mendengarkannya dengan penuh perhatian sambil menatap ke arah Sungai Han.

"Ayahku marah besar waktu itu dan melarangku untuk naik sepeda sampai seterusnya. Tapi diam-diam aku tetap memainkannya tanpa sepengetahuan ayahku dan akhirnya aku bisa menaikinya dengan lancar," lanjut Ryujin.

"Kamu nakal juga ya waktu kecil." Ryujin tertawa mendengar komentar Hyunjin itu. Ia memang suka melakukan hal-hal yang dilarang oleh orang tuanya dulu saat masih kecil, namun mereka tidak mengetahuinya karena Ryujin melakukannya secara diam-diam.

Love ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang