Hyunjin membuka matanya dan merasakan rasa sakit yang luar biasa pada bagian perutnya. Ia refleks memegangi perutnya yang telah diperban. Netranya mulai mencari sosok orang yang bisa ia ajak bicara dan menemukan Seungmin yang sedang duduk di sofa tak jauh darinya. Laki-laki itu terlihat fokus menatap layar ponselnya - atau sepertinya ponsel Hyunjin jika dilihat baik-baik.
"Kim Seungmin," panggil Hyunjin. Suaranya terdengar sangat serak sehingga Hyunjin harus berdeham beberapa kali untuk melancarkan tenggorokannya dan mengembalikan suaranya.
Begitu mendengar suara Hyunjin, Seungmin langsung mendatangi ranjang Hyunjin untuk melihat kondisinya. "Ada yang sakit? Mau kupanggilkan dokter?"
Hyunjin menggeleng pelan. Ia merasa baik-baik saja selain bagian perutnya yang masih terasa sakit. Ia hanya perlu berhati-hati dalam begerak agar jahitannya tidak lepas.
"Apa yang kamu lakuin sama ponselku?" tanya Hyunjin. Ia mengarahkan tatapannya pada ponselnya yang berada di genggaman tangan Seungmin.
"Aku lagi ngecek panggilan dari nomor tak dikenal yang kamu terima. Kamu sempat menerimanya sekali dan nggak ada suara apa-apa, kan?" Hyunjin menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Seungmin. "Kita bisa pakai rekaman itu sebagai bukti kalau kamu nggak pernah menyuruh Jisung untuk mencelakai Hyunjoon."
"Aku sudah cari tahu informasi apa yang polisi dapat soal kasus Hyunjoon ini. Mereka tahu kalau Jisung menelepon kamu beberapa kali sebelum kecelakaan itu terjadi. Lalu beberapa jam setelahnya dia menerima transferan sejumlah besar uang dari rekening luar negeri. Jelas polisi kesulitan melacak pemilik rekeningnya. Hanya informasi itu yang mereka dapatkan untuk saat ini dan semuanya bukan bukti kuat yang bisa memasukkanmu ke penjara."
Meskipun Seungmin telah berkata demikian, Hyunjin tidak merasa tenang sedikitpun. Ia tahu Hyunjoon adalah orang yang sangat licik. Tidak mungkin ia membiarkannya begitu saja, apalagi setelah hampir kehilangan nyawanya sendiri.
"Kita harus tetap berhati-hati. Hyunjoon bisa saja membuat bukti palsu. Ia pasti akan menggunakan segala macam cara supaya aku bisa masuk penjara," ujar Hyunjin.
"Sudah dapat hasil yang kuminta?" Hyunjin tiba-tiba teringat percakapannya dengan Seungmin beberapa jam yang lalu.
"Belum. Akan segera aku kabari kalau hasilnya sudah keluar," jawab Seungmin.
Setidaknya Hyunjin masih punya satu senjata yang bisa ia gunakan untuk melawan Hyunjoon. Hyunjin hanya butuh sedikit keajaiban untuk membalikkan keadaan.
Semoga hasilnya sesuai dengan harapannya.
💕💕💕
Ryujin segera bergegas pergi ke rumah sakit begitu jadwalnya hari ini berakhir. Seungmin yang mengantarnya sesuai permintaan Hyunjin. Sepanjang perjalanan Seungmin menceritakan semua kejadian kemarin malam pada Ryujin karena perempuan itu tidak berhenti bertanya dan terus mengganggu fokusnya dalam menyetir.
"Aku percaya pada Hyunjin. Dia nggak mungkin merencanakan hal sejahat itu pada saudaranya sendiri," ujar Ryujin dengan penuh keyakinan setelah Seungmin selesai menceritakan semuanya.
Mobil Seungmin telah berhenti sempurna di halaman parkir rumah sakit. Ryujin segera turun dari mobil. Ia berlari masuk ke dalam rumah sakit, meninggalkan Seungmin di belakangnya begitu saja yang masih mengunci mobilnya. Ryujin tahu dimana kamar rawat Hyunjin karena Seungmin telah memberitahunya sebelumnya, jadi ia langsung pergi ke tempat itu mengikuti panduan jalan yang ada.
Brak!
Ryujin membuka pintu kamar rawat Hyunjin dengan sedikit kasar. Ia terlalu bersemangat sampai-sampai tidak bisa mengontrol kekuatannya. Ia berjalan mendekati Hyunjin yang sedang duduk bersandar di atas ranjang rumah sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Contract
FanfictionSetelah menjalin hubungan selama 5 tahun, Shin Ryujin akhirnya dikhianati oleh pacar dan sahabatnya sendiri yang diam-diam menjalin hubungan di belakangnya. Merasa putus asa, Ryujin menerima tawaran dari atasannya untuk menjalin hubungan pura-pura...