Chapter 26

295 45 3
                                    

Sumire menatap langit ruang penahanan itu sembari duduk bersandar pada dinding dengan raut wajah yang penuh khawatir.

"Apa yang akan kau lakukan untuk menghilangkan rasa gelisahmu, Sumire?" Kawaki sejak tadi memperhatikan gadis ungu itu.

Sumire menoleh ke Kawaki, lalu berpikir sejenak, "Hmm... Aku... aku akan menulis di buku catatanku... setelah itu aku akan merasa jauh lebih baik."

Kawaki mengangguk mengerti, "...Sekarang mustahil jika kau ingin menulis. Kalau kau ingin bercerita sesuatu padaku... Katakan saja... Aku tidak keberatan mendengarkannya."

Sumire seketika tersenyum kecil, "Kawaki... Apa kau mencoba menghiburku?"

"Ckk, jika kau tidak mau juga tidak apa-apa. Aku tidak akan memaksa."
Kawaki membuang pandangannya dari Sumire dan segera memperhatikan penjaga Kara di sekitar ruangan itu.

-

Kashin Koji pergi seorang diri untuk mencari keberadaan Sumire, Kawaki dan Amado. Meskipun ia tau jika hal seperti ini akan terjadi, ia tidak menduga akan secepat ini.

"Aku belum membekali kakei bertarung yang sempurna... Apa yang sebenarnya kau pikirkan code bodoh?! ini terlalu cepat..."

Flashback on

Kashin Koji tengah menulis diatas tebing di hutan Konoha, sesekali ia tertawa kecil karena tulisannya.

"WAAA!"

Koji terkejut mendengar suara teriakan seorang, ia segera menutup buku novelnya dan segera mencari dari mana suara itu berasal.

Ternyata ia melihat seorang gadis kecil tengah di hardik oleh seorang pria dewasa.

"DASAR!!! BODOH!!! LATIHAN MENAIKI TEBING SAJA KAU TIDAK BISA!!!"

"Ayah... bisa kita sudahi latihan ini... kuku ku terkelupas semua..."

"Apa?! kau sudah ingin menyerah!!!" Seorang ayah menarik rambut anak kecil itu.

"Ampun Ayah! AMPUN!!!"

Koji yang melihat pemandangan tersebut, segera meninggalkan tempat itu.

Koji tidak hanya sekali datang kesana. Namun berkali-kali dan berakhir meninggalkan tempat itu karena selalu mendapati pemandangan kekerasan orangtua terhadap anak kecil.

Hari terakhir Koji berkeliaran di Konoha sebelum ia pergi ke markas Kara. Ia kembali menuju atas tebing biasa untuk kembali menulis, kali ini Koji tidak melihat anak kecil menangis.

"Akhirnya aku bisa menulis dengan tenang..."

Tiba di atas tebing, pandangannya tertuju pada gadis kecil yang berada diatas tebing yang sama dengannya. Anak itu tengah berada di tepian tebing sembari memperhatikan ke arah jurang,

"Hey, sedang apa kau disana?" Koji berjalan mendekati si anak.

Si anak menoleh ke Koji, "pa-paman... bagaimana cara menuruni tebing ini..."

"Bagaimana bisa kau menaiki tebing ini tapi tidak bisa menuruninya, apakah kau payah?"

Perkataan Kashin Koji berhasil membuat si anak tersentak dan langsung menangis, "Huwaaa paman... kenapa suara paman seperti suara ayahku... waaa... kau ayahku kan...."

"Apa? Tunggu-"

"Aku payah, aku memang payah... tapi aku sudah berusaha.... sekuat mampuku... Lihatlah... Aku berhasil menaiki tebing ini... Aku berhasil bukan..."

Koji memperhatikan penampilan si anak tersebut, dengan jemari penuh dengan perban dan darah yang cukup banyak, serta bagian pipi, lutut, sikut dan kaki banyak dengan luka gores dan lebam. Sepertinya dia sudah sangat berusaha.

Kakei's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang