"Manusia berlomba mengejar kekayaan, keabadian pada dunia untuk menciptakan hal-hal baru, penemuan baru dari segalanya. Hingga untuk menjadi pemenang, tentu saja kualitas pengetahuan yang luas serta hasrat untuk menjadi pemenang itu sendiri. Dengan begitu, rencanaku secara perlahan akan tercapai." Batin Amado, ia cukup sibuk dengan pikirannya sendiri.
Berbeda dengan Sumire yang sudah terlihat putus asa untuk mencoba menggerakkan tubuhnya. Tidak! tubuhku seperti terkena genjutsu.
"Baiklah, aku menyerah..."
Amado tersenyum tipis mendengar ucapan Sumire berhasil memecahkan lamunan di pikirannya. Kemudian ia menoleh ke gadis ungu tersebut.
"Mulai sekarang kau berhati-hatilah denganku, Kakei Sumire."
-
Kawaki pergi menuju Labolatorium Konoha, dimana waktu telah menunjukan malam hari. Setelah hujan berhenti berganti menjadi udara dingin malam.
Tiba di Labolatorium Konoha, Kawaki melangkah masuk kedalam gedung tersebut, dan... melihat beberapa petugas mengenakan jas putih tengah berlalu lalang.
"Sepertinya aku datang pada waktu yang tidak tepat." Gumam Kawaki ketika melihat banyak petugas sains Labolatorium tengah sibuk.
"Kawaki? Ada apa kemari?" Akita Inuzuka tengah memegang sebuah kotak besar dengan berisikan beberapa bom disana.
Kawaki berjalan menghampirinya, "Ah... Apakah kau tahu dimana keberadaan Sumire?" Kawaki bertanya dengan sedikit ragu-ragu.
Akita tersenyum "Jika kau ingin bertemu dengannya, sepertinya ia tengah sibuk mempersiapkan peralatan ninja."
"Ah... begitu rupanya..." raut wajah Kawaki terlihat berubah.
"Hahahaha, sepertinya kau sangat ingin bertemu dengannya, Kawaki?"
"... Bukan begitu... "
Jika bukan karena aku kalah bertarung dengan Boruto aku mungkin tidak akan mencarinya. Wajah Kawaki terlihat semakin frustasi.
"Dia ada di ruang Labolatorium pembuatan senjata ninja sains, kau bisa mencari ruangan itu di ujung sudut kanan sana." Akita menunjuk arah tempat tersebut.
-
Code tengah termenung di sebuah kursi sembari memperhatikan gelas kaca dingenggamannya yang telah kosong.
Sedangkan Eida tengah duduk di Sofa sembari mengelus punggung Daemon yang sedang tertidur lelap di dekapannya.
"Sampai kapan kau akan berdiam seperti ini? Lihatlah, rencana Victor hampir saja terbongkar oleh semua orang, mungkin negara itu saat ini sedang kuwalahan."
Code memutar bola matanya malas, lalu meletakkan gelasnya di meja dengan kasar.
"Eida! Kau cukup diam dan lihat saja! Aku juga sedang berusaha memindahkan semuanya semampuku. Tapi lihat! Kemampuanku sangat terbatas!!!." Code berhenti sejenak kemudian mengepalkan tangannya, "Tunggu sampai aku mendapatkan kekuatanku sepenuhnya!"
Eida hanya memberikan tatapan datar pada Code, ia mengetahui semuanya. Namun rahasia Kara justru lebih penting, itulah sebabnya dirinya mendesak Code untuk bergerak menuju Amado agar segera melepaskan Pembatas kekuatannya.
-
Tanpa suara, Kawaki membuka pintu ruangan yang dimaksud Akita. Dan benar saja terlihat Sumire dan Amado disana, tunggu kenapa harus ada Amado disana?
"Hmm, Sumire, apa kau sibuk?" Tanya Kawaki membuat Sumire dan Amado menoleh kepadanya bersamaan.
"Kawaki?" Mata sumire terbuka lebar terkejut dengan kehadiran pria itu, apakah dia terluka hingga datang menemuinya. Seketika mata Sumire memeriksa tubuh Kawaki dari ujung kepala sampai ujung kaki, sepertinya dia tidak terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakei's Diary
Fiksi PenggemarSumire si gadis ungu, siap menyembuhkan siapa saja yang terluka dan memiliki cita-cita menjadi seorang Ninja Sains, lalu tiba seorang laki-laki yang tidak dikenal terluka dan membuat dirinya menjadi perawat laki-laki tersebut. Siapakah dia? Bagaiman...