2.

714 8 0
                                    

" Nama lo siapa ? " Tanya kanza berbisik .

" Langit Biru" sahut langit menoleh sesaat pada kanza lalu fokus lagi pada guru yang sedang menerangkan di depan .

Kanza mengangguk sambil mengamati langit lekat " Nama lo simple tapi punya banyak arti " ujar kanza masih memperhatikan langit .

Sedangkan langit pura-pura acuh melihat kedepan , padahal dia sedang gugup dan salah tingkah .

Jujur saja sebenarnya sejak tadi ia gugup , bagaimana tidak , dia duduk bersama perempuan yang mungkin akan menjadi siswi paling cantik di sekolahnya , terlebih cucu pemilik sekolah ini .

Mungkin bila pemuda lain akan senang hati bisa berhadapan dengan seorang kanza , tapi berbeda dengan langit yang merasa kurang nyaman karena mendapatkan tatapan sinis dari murid lainnya sejak kanza menduduki bangku di sebelahnya .

Hanya saja langit pura-pura acuh , memang langit bisa apa , dia hanya seorang murid miskin yang beruntung dapat beasiswa, dia tidak mempunyai hak untuk melarang orang lain .

" Lo gugup ya ?" Tanya kanza menyeringai .

Langit yang mendapat pertanyaan tersebut , mendadak tersedak air liurnya sendiri sampai terbatuk , bukannya mereda , langit malah terbatuk makin hebat saat merasakan tangan kanza menepuk-nepuk pelan punggungnya .

Mereka menjadi pusat perhatian guru dan seisi kelas yang kini menatap kearah mereka berdua .
Membuat langit semakin tidak nyaman .

" Kenapa ? " tanya guru di depan pada langit .

" Tadi saya ga sengaja mukul punggung dia buk , jadi dia batuk " bukan langit yang menjawab melainkan kanza yang menjawab dengan santai .

Sedangkan langit yang merasa tidak enak telah mengganggu meminta maaf pada guru di depannya .

Membuat gadis disampingnya berdecak malas .

" Lo ga salah apa-apa ngapain minta maaf sih , lagian batuk itu manusiawi " gerutu kanza kesal .

Sedangkan langit berusaha mengabaikan kekesalan kanza dan mencoba fokus memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi .

" Dasar ga asik " gerutu kanza kesal sambil melipat tangan melihat sikap langit .

Langit hanya menghela nafas pelan , andai saja langit seperti anak yang lain bukan murid beasiswa , mungkin saja langit akan menanggapi kekesalan gadis disampingnya tanpa perlu merasa takut .

Ya andai saja pikirnya sambil menghela nafas lagi .

***

Bel istirahat berbunyi menandakan pelajaran telah berakhir , semua murid dikelas bernafas lega karena telah bebas dari pelajaran membuat kepala mereka hampir pecah .

Berbeda dengan langit yang terlihat santai , dia anak yang cukup pintar dan cepat memahami pelajaran .

Saat guru keluar , meja yang di tempati langit di kerumuni oleh teman sekelasnya .

Lebih tepatnya mereka mendekati kanza termasuk greta dan kedua sahabatnya .

Langit segera membereskan buku-bukunya ke dalam tas , dia ingin cepat keluar .

Langit tidak ingin menjadi pemandangan yang tidak enak di pandang bagi mereka .

Kanza masih sibuk berkenalan , saat langit sudah beranjak . Bahkan tidak ada satu pun dari mereka menyapa atau sekedar basa-basi pada langit , seperti biasa , dia hanya akan menjadi makhluk yang tak kasat mata .

" Lo kok pilih duduk deket si cupu sih " sinis greta keras seakan sengaja agar langit mendengarnya .

" Lo bisa sial kalo deket si dekil itu , iiieeww gue ngomongin dia aja langsung merinding "

Dan masih banyak yang lainnya yang langit dengar saat masih berada kelas .

Langit bersandar di pintu luar kelas , menanti jawaban kanza dengan dada yang sudah mulai sesak , namun suara kanza tak juga langit dengar, memang langit berharap apa , berharap kanza membela langit atau menyanggah ucapan mereka .

Dasar sampah sudah jelas kanza juga tidak berbeda dengan para si kasta itu , memang kau berharap apa , maki langit dalam hati .

Saat langit akan berlalu dia melihat reyhan dan kedua temannya berjalan kearah kelasnya , langit pun memutar arah berlawanan .

Sungguh dia sedang dalam perasaan tidak baik-baik saja saat ini .

Langit melangkah sambil menghela nafas berat , berharap sesak didadanya juga mereda .

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang