53

129 6 0
                                    

Bibir kanza mengerucut kesal sejak keluar dari kamar mandi , bagaimana tidak ? Badannya terasa remuk , di tambah lagi dia tidak memiliki apapun untuk di pakai , selain jubah mandi kekecilan yang kini terpasang di tubuhnya .

Dan sekali lagi , semua ini gara-gara langit . Andai saja pria itu tidak menculiknya kesini , mungkin semua kesialan ini tidak akan terjadi .

" Jangan cemberut , aku udah pesenin baju , sebentar lagi mungkin sampai " ucap langit tanpa menatap kanza , netranya berusaha fokus pada makanan yang tersaji di depannya , menghindari menatap tubuh kanza yang membuatnya panas dingin .

" Ini semua gara-gara kamu nyulik aku tahu gak !! Lihat bahkan kakek sama sekretarisku sampai khawatir karena aku ga ngabarin mereka !! " Sungut kanza kesal , tangannya sampai menggebrak meja .

" Ga usah pakai emosi sayang .." lembut sekali langit bicara , matanya bahkan sampai menyipit saking bibirnya tersenyum lebar .

" Lagian kamu juga ga nolak tuh waktu ku culik , mana ada orang di culik bisa desah keenakan kaya kamu " olok langit , menatap kanza sebentar mengerlingkan matanya genit .

Perkataan langit sontak membuat kanza semakin kesal , karena tidak bisa membantah ucapan pria di depannya yang bisa makan dengan santai .

Akhirnya dengan kesal , kanza menyuapkan sesendok nasi penuh ke dalam mulutnya sampai pipinya mengembung , menatap langit dengan bola mata yang hampir keluar .

Sedangkan langit berusaha bersikap acuh tak acuh , menyuapkan makanan sembari memeriksa beberapa email yang masuk ke ponselnya .

Padahal iblis yang ada dalam otak langit , terus membujuknya untuk melepas jubah mandi kanza , dan membawanya kembali mengarungi gairah bersama di meja makan ini .

Namun pikiran kotor langit segera teralihkan pada bel apartemen yang berbunyi , seorang kurir datang mengantarkan baju yang langit pesan secara online .

" Nih , semoga muat " Langit menyodorkan dua paper bag dari brand ternama , membelikan kanza sebuah dress serta dalamannya .

Tanpa kata kanza berlalu ke arah kamar , setelah menerima barang yang langit sodorkan .

Sudut bibir langit terangkat , ketika melihat cara kanza berjalan dengan cara yang sedikit aneh .

Langit menjatuhkan bokongnya pada sofa tempat favoritnya dan kanza dulu , memejamkan matanya dengan nafas berembus berat .

Memikirkan bagaimana langkah langit selanjutnya setelah ini , agar kanza dapat langit ikat seutuhnya .

Sebenarnya meniduri kanza adalah salah satu spontan yang langit pikirkan ketika dalam perjalannya semalam , selain rindu , ada sisi egonya yang lumayan kejam menjerat kanza tak kasat mata .

Bagaimana lagi , hampir sepuluh tahun langit menunggu kanza tanpa kepastian . Tanpa tahu apa yang kanza lakukan di luar sana , membuat langit merasa frustasi sekaligus hilang akal .

Langit kembali membuka matanya , begitu mendengar suara pintu kamar terbuka .

Tanpa bisa di cegah  bibirnya langsung tersenyum lebar , begitu netranya menangkap kehadiran kanza yang terlihat sangat menawan , cantik , begitu sempurna di matanya .

" Berhenti menatapku pak dosen " seru kanza memutar bola matanya jengah , begitu tiba di hadapan langit .

" Kamu terlihat seksi saat memutar matamu seperti itu " ucap langit melantur , ketika mengingat netra kanza hampir serupa seperti ekspresi keenakan semalam .

" Ck , sekarang kamu berubah jadi manusia mesum ! "

" Cuma sama kamu  -"

" Bulshiit , pasti kamu juga beginikan sama cewek lain ! apalagi sama mahasiswi ! " Tuding kanza menunjuk wajah langit , matanya menyipit curiga , " Apalagi di indo banyak tuh , dosen yang affair sama anak didiknya " tuduh kanza lagi , lalu menjatuhkan bokongnya di samping langit .

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang