Hubungan kanza dan windy semakin hari semakin baik , windy juga sudah benar-benar merelakan dan melepaskan cintanya pada langit untuk kanza .
Langit cukup kagum pada kebesaran hati dan pengorbanan windy , tidak mudah melepaskan rasa cinta apalagi pada orang terdekat .
Namun dengan kerendahan hatinya windy mau mengalah , bahkan turut membantu persiapan pernikahannya dengan kanza .
Hanya saja ibu windy masih bersikap sama , belum menerima kehadiran kanza .
Langit yakin ini hanyalah masalah waktu , dia yakin suatu saat pintu hati ibu windy akan terbuka dan menerima kanza dengan hangat .
" Ayo kita ke rumah sakit aja " ajak langit yang kesekian kalinya .
Sudah tiga hari ini kondisi kesehatan kanza semakin menurun , kanza terus muntah dan tidak bisa memakan apapun selain buah buahan .
Tetapi dengan keras kepalanya kanza selalu menolak dan memaksakan diri tetap bekerja , padahal tahu kondisi tubuhnya sedang tidak baik-baik saja .
" Aku cuma perlu istirahat " ucap kanza lemah , dia paling tidak suka bila berhubungan dengan yang namanya rumah sakit .
" Kamu selalu bilang perlu istirahat ! hanya butuh istirahat ! tapi apa ? Kamu selalu maksain diri tetap kerja , padahal kamu tahu sendiri kalo kamu lagi gak baik-baik aja ! kalau aja tadi asistenmu nggak telepon aku , pasti kamu sekarang lagi kerjakan !? " Ucap langit geram .
" Aku cuma pengen kerjaanku selesai biar ga numpuk , apalagi sebentar lagi aku harus cuti buat pernikahan kita " bantah kanza lemah .
" Disana banyak karyawan yang bisa bantu kamu , ada tangan kananmu juga yang bisa gantiin posisi kamu sementara waktu ! Kalau emang penting pasti mereka ngehubungin kamu langsung , atau datang ke rumah ! Ingat , badanmu bukan robot , kamu manusia yang perlu istirahat ! " Ucap langit menggebu-gebu , merasa hilang akal pada jalan pikiran kanza .
" Iya-iya maaf " ucap kanza akhirnya mengalah , sungguh tubuhnya terasa semakin lemas , kepalanya pusing , apalagi perutnya terus bergejolak ingin muntah ," jangan marah lagi ya , aku pusing " pinta kanza dengan raut memelas .
Langit menghembuskan nafasnya kesal , tidak tega melihat kekasihnya yang berbaring lemah tak berdaya setelah beberapa kali muntah .
" Ya udah , aku hubungin dokternya aja biar ke rumah , jangan nolak lagi ! kalau kamu gak mau , aku bakalan paksa kamu ke rumah sakit " ancam langit tegas tak ingin di bantah .
Kanza hanya mengangguk pasrah saja , saat ini dia benar-benar tidak punya tenaga sama sekali , mungkin benar dia memang butuh dokter saat ini .
Beberapa saat kemudian dokter wanita setengah paruh baya bernama iriana datang , dan langsung memeriksa kondisi tubuh kanza .
" Selain mual dan pusing ada keluhan lain ? " Tanya sang dokter sembari memeriksa kanza .
" Saya gak nafsu makan dok , tubuh saya jadi gampang cape , terus cepat ngantuk "
Dokter iriana mengangguk , tersenyum mendengar pengakuan kanza " kapan terakhir menstruasi ? " tanyanya lagi , setelah memeriksa perut kanza , beberapa kali terlihat seperti agak menekan perutnya .
" Saya lupa dok " ujar kanza dengan raut bingung , kenapa dokter tersebut malah menanyakan hal seperti itu , apalagi ada langit di antara mereka .
" Dari hasil analisa saya serta dari semua keluhan yang ibu sebutkan , sepertinya ibu tengah mengalami fase yang namanya ngidam , untuk memastikan kebenaran dan mengetahui berapa usia kandungan anda , ibu kanza bisa melakukan cek menggunakan test pack atau ke dokter obgyn langsung . Saya hanya akan meresepkan beberapa vitamin dan obat anti mualnya , silahkan di tebus di apotek ya pak " ucap dokter iriana menyerahkan secarik kertas pada langit , setelah itu berpamitan .
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Teen Fiction" Aku diam , bukan karena tidak memiliki ingin , tapi karena aku menyadari posisiku " Ersya Kumala . " Terlalu banyak kata andai , tapi aku tahu itu tidak akan mengubah apapun " Anugrah Yoga .