" bisa tinggalkan kami berdua " pinta langit pada kakek kanza .
Namun sepertinya pria paruh baya itu enggan .
" Aku tidak yakin bisa menenangkannya kalau kalian masih di sini " tegas langit .
Salah satu perawat pun mengiyakan dan memberi pengertian pada kakek kanza yang sepertinya masih keras kepala .
" Pak , jangan paksa nona kanza dulu , beri nona waktu untuk menerima " ucap pak awan .
Kakek kanza nampak menghela nafas berat , tanpa kata beliau akhirnya berjalan ke arah pintu di ikuti yang lainnya .
" Terima kasih " ucap langit pada pak awan tanpa suara .
Pak awan hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya , setelahnya beliau menutup pintu .
Langit kembali fokus pada kanza yang kini masih menangis dan memeluknya erat .
Akhir-akhir ini langit merasa ia dan kanza sering kali menangis .
" Kanza " bisik langit pelan sembari mencoba melepaskan pelukannya .
" Jangan , jangan pergi , aku tidak mau , jangan pergi "
Kanza menolak melepaskan pelukannya seperti ketakutan .
" Aku tidak pergi sayang , aku hanya ingin melihatmu " rayu langit .
" Tidak mauuu , kamu pasti pergii " tolak kanza lagi .
Akhirnya langit menyerah , membiarkan kanza memeluknya erat dengan posisi duduk di pinggir ranjang .
" Aku tadi tidak meninggalkanmu , tapi aku harus sekolah " jelas langit halus sembari merapikan beberapa helai rambut kanza yang menghalangi wajahnya .
" Lepas ya , aku mau rapikan rambutmu dulu " pinta langit pelan .
" Tidak maaauuuu , nanti kamu hilaangggg aku takut " cicit kanza .
" Tidak sayang , aku disini tidak akan hilang , akukan bukan pesulap " canda langit , iaa tertawa sendiri dengan kata-katanya .
" Kamu bisa pegang bajuku kalau tidak percaya , ya lepas dulu aku mau ikat rambutmu "
Akhirnya kanza melepaskan pelukannya , tapi memegang ujung baju langit erat . Langit tersenyum geli melihatnya .
" Lepas dulu sebentar bisa , aku mau cari sisir dulu dan ikat rambutnya "
Kanza menggeleng menggemaskan membuat langit gemas .
" Kamu gemas kalau begini , boleh cium tidak ? " Tanya langit mulai gemas , ia menekan kedua pipi kanza gemas .
Sedangkan kanza hanya menatap langit polos dengan mata yang berkedip lucu .
Langit tergelak , mendekatkan wajah mereka dengan matanya fokus pada kanza yang juga menatapnya .
Kanza tidak bergerak sama sekali , langit mengartikannya sebagai bentuk persetujuan .
Langit langsung menutup matanya dan mengecup bibir kanza , tiba-tiba darahnya berdesir hebat , seperti ada yang menggelitik seluruh sarafnya .
Awalnya hanya beberapa kecupan , namun entah dorongan dari mana , tiba-tiba langit mengulum bibir kanza dengan lembut , terasa manis , kenyal dan hangat membuat langit tidak ingin berhenti .
Ini pertama kalinya langit berciuman , tangannya terasa bergetar , ia belum berpengalaman sama sekali , namun dia hanya mengikuti instingnya sebagai laki-laki .
Langit membaringkan kanza yang duduk di pinggir ranjang tanpa memutus ciumannya , mengulum bibir kanza dengan hasrat yang kini sudah mengambil alih tubuhnya .
Menggigit bibir kanza dengan rakus seakan ingin memakannya , langit terus menikmati bibir atas dan bawah kanza bergantian yang hanya terlihat pasrah .
" Eeungghhhh " lenguh kanza .
Mengundang birahi langit yang tersimpan selama ini , ciuman langit berubah kasar , nafasnya semakin berat . Lidahnya ikut bekerja menjilati bibir yang terasa manis , dan menggigit bibir bawah kanza agar membuka mulutnya .
Ia memasukan lidahnya dan bermain di dalam rongga mulut kanza yang terasa hangat dan wangi .
Mengeksplor semua yang ada di dalamnya dan mencari-cari lidah kanza , membelit dan menghisapnya dengan rakus .
" Eeuunggg " lenguh kanza lebih keras .
Sesuatu di bawah langit terasa mengeras , ia menekannya pada paha gadis yang pasrah di bawahnya . Yang di jawab lenguhan panjang gadis ituu .
" Eeeuunggggg ''
Langit memutuskan ciumannya saat merasa kanza kehabisan nafas . Nafas mereka saling beradu dan menggebu-gebu .
Bibir kanza terlihat memerah dan membengkak , bukannya merasa bersalah langit justru merasa bangga . Ciuman pertamanya begitu hebat hingga membuat gadis di bawahnya melenguh .
Langit terkekeh ketika kanza mengalihkan pandangannya dengan pipi yang bersemu merah . Langit pun bangkit dari atas tubuh kanza .
Menormalkan nafasnya , dan mencoba menidurkan pusakanya yang terbangun dan berkedut-kedut .
" Bibirmu nikmat " bisik langit pada kanza yang menatapnya malu-malu .
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Teen Fiction" Aku diam , bukan karena tidak memiliki ingin , tapi karena aku menyadari posisiku " Ersya Kumala . " Terlalu banyak kata andai , tapi aku tahu itu tidak akan mengubah apapun " Anugrah Yoga .