47

163 6 1
                                    

Langit mengantarkan kanza sampai ke depan mobil milik kakeknya , Disana sudah ada pria paruh baya berseragam duduk di belakang kemudi menanti tuannya .

Tangan mereka masih saling bertaut , langit merasa kosong , tidak rela ketika kanza perlahan melepas genggaman mereka , langit tidak siap dengan perpisahan .

" Kapan kamu berangkat ? " Tanya langit , berat .

" Malam ini juga " Tukas kanza , membuat langit melotot terkejut .

" Apa ?!  Kenapa buru-buru ? " Langit memekik tanpa sadar , kepalanya menggeleng dramatis .

" Aku rasa lebih cepat , lebih baik " Ucap kanza pelan , menatap langit meminta pengertian .

Langit pun tidak punya kuasa menahan kepergian kanza , atau mengungkapkan rasa keberatannya , langit hanya bisa berharap mereka akan cepat bertemu kembali .

Kanza tiba-tiba meletakan sesuatu di telapak langit , membuat langit mengernyit bingung .

" Apa ini ? " Tanyanya , menatap kearah benda di tangannya , dan kanza bergantian .

" Itu akses apartemenku , aku nyiapin sesuatu buat kamu disana , di meja kamarku . Datanglah kesana , datang juga setiap kamu rindu aku " Kanza tersenyum sendu setelah mengatakannya , bagaimana pun ini adalah saat terberat baginya .

" Kanza aku tidak bisa , i _ "

" Jangan menolak " ucap kanza tegas , memotong penolakan langit . "kakek sudah datang aku harus pergi " ucap kanza yang melihat kakeknya yang tengah berjalan ke arah mereka . " Berjanjilah untuk bersinar langit , untuk aku , juga untuk ibu . Untuk dua wanita yang mencintaimu , gunakanlah apa yang ku berikan sebaik mungkin . Jaga dirimu baik-baik . " Pamit kanza sekali lagi .

Mereka berpelukan sesaat untuk yang terakhir kali , setelah itu kanza masuk ke dalam mobil di bagian belakang .

Kakek kanza menepuk pundak langit begitu tiba di sampingnya, yang tidak langit duga , pria paruh baya itu juga memeluk langit walau singkat .

" Aku bangga padamu , jangan berhenti sampai disini . Pantaskanlah dirimu untuk bersanding dengan cucuku kelak " ucap kakek kanza , seperti biasa selalu terlihat tegas dan berwibawa .

Setelah mengatakan itu kakek kanza pun menyusul masuk ke dalam mobil , duduk di sebelah sang supir .
Kanza melambaikan tangannya , di iringi senyum perpisahan .

Langit mencoba menahan sekuat tenaga agar tidak meneteskan air mata , ia tidak ingin semakin membuat kanza merasa berat meninggalkannya .

Namun setelah mobil yang kanza tumpangi menghilang , air mata langit tidak mampu ia tahan lagi .

Langit melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata , ia butuh tempat yang sepi untuk mengeluarkan segala sesak didadanya .

***

Sudah lima belas menit langit hanya terpaku di depan sebuah pintu , memandang pintu di  depannya seperti orang ling-lung ,  berharap ada seseorang yang membukanya dari dalam , menyambut langit seperti biasanya dengan wajah berbinar antusias .

Walaupun langit tahu , itu sesuatu yang mustahil . Pemilik apartemen di depannya sudah pergi , seketika tangis langit pecah .

Melangkahkan kakinya perlahan ke dalam setelah membuka pintu dan menutupnya kembali .

Seketika bayangan aktifitasnya bersama kanza bermunculan disana , dari dinding yang menjadi saksi langit memcium kanza , sofa yang menjadi tempat favorit mereka berdua bercerita sambil memandang ke indahan kota malam .

Serta tempat tidur yang juga menjadi saksi langit kehilangan akal dan memeluk kanza sepanjang malam , itu menjadi pengalaman pertama bagi mereka berdua .

Langit langsung menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur , aroma kanza bahkan masih melekat disana .

Di belainya ranjang di sebelahnya , tempat dimana kanza biasanya tertidur di atas lengannya . air mata langit turun semakin deras bersama kenangan mereka berdua yang terus saja berputar di kepala langit .

Langit terbangun dengan sakit kepala yang mendera , tidak sadar dia menangis sampai ketiduran , entah berapa lama. 

Begitu netranya terbuka sempurna , dengan sakit kepala yang mulai sedikit memudar , kegelapan langsung menyambut langit .

Di nyalakannya lampu tidur di sampingnya , tanpa sengaja langit melihat kotak terbungkus kertas  kado lumayan besar ,  serta amplop besar berwarna coklat di atasnya .

Dia pun berjalan mendekat , membaca kertas kecil yang menempel di atas kado tersebut .

langit biru .

Dia pun membuka kado yang berukuran lumayan besar , dan berat . Seketika langit mematung , mengerjap beberapa kali untuk memastikan di depannya nyata .

Sebuah laptor dengan merek ternama , yang langit harganya tidak main-main .

Ya tuhan kanza benar-benar membuat langit tak habis pikir , lalu dengan gemetar langit pun beralih membuka amplop coklat besar di tangannya .

Isinya terdapat surat kendaraan motor atas namanya , masih ada dua surat disana , salah satunya surat pendaftaran di universitas ternama , juga surat yang langit baca teliti dan seksama , alisnya bertaut ketika tulisan BEASISWA meluncur dari bibirnya .

Bibir langit begetar , dengan air mata yang lagi-lagi sudah meluncur deras , apalagi saat membasa surat yang bertuliskan tangan kanza .

Kanza Zanifa

Mungkin saat kamu membaca surat ini , aku sudah berada jauh meninggalkanmu .

Ini sangat berat , aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku harus menjalani hidup tanpa kamu .

Setiap kamu datang dan memelukku sepanjang malam , aku selalu berharap kamu melakukannya setiap hari .

Egoku ingin kita hidup bahagia dan menikah , hidup bersama menjadi sebuah keluarga yang memiliki dua anak yang lucu .

Kamu akan menjadi ayah yang sangat hebat untuk anak kita , dan aku akan menjadi istri yang paling beruntung memiliki suami sepertimu .

Aku tahu kamu sangat mencintaiku , dan kamu paling tahu aku sangat takut kehilanganmu .

Dan aku sadar ini bukanlah waktu yang tepat kita hidup bersama . Hidup ini bukan hanya tentang cinta .

Maka dari itu , aku akan memberikan kita waktu untuk menyiapkan yang terbaik untuk masa depan kita .

Berjuanglah langit , perjuangkan masa depan kita .

Dan aku telah memberikan sedikit jalan untukmu .

Aku mencintaimu , sangat .

" Kanzaaaa .. kannzaaa .. terima kasih kanzaa , maafkan aku .. maafkan akuu .. " langit menangis tergugu , mendekap surat kanza di dadanya .

Entah sudah berapa banyak yang kanza berikan pada langit , tapi sedikit pun langit belum bisa membalasnya .

Dia hanya bisa berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan , dan jalan yang sudah kanza berikan kepadanya .

Langit akan berusaha berjuang sekuat tenaga ,  dan belajar bersungguh-sungguh . Berjuang untuk dua wanita yang paling langit cintai dan berjuang untuk bisa memantaskan diri bersanding bersama kanza .

Sampai saat itu tiba , dan dia tak akan pernah membiarkan kanza meninggalkannya lagi .

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang