7.

481 6 0
                                    

Langit termenung sembari memandang ibunya yang terlelap . Pagi tadi dokter memanggil langit untuk menjelaskan kondisi sang ibu .

Dokter berkata bahwa ibunya harus sesegera mungkin menjalani operasi pemasangan ring dijantungnya . Bila dibiarkan lama , mungkin ibunya bisa pergi kapan saja .

Langit tidak masalah ibunya yang harus di operasi agar tetap bisa berada di samping langit .

Yang langit pikirkan adalah dari mana ia harus mencari biaya operasi yang tidak sedikit , bahkan untuk membayar administrasi ruangan sang ibu saja langit tidak sanggup .

Rasanya meminjam di caffe tempatnya bekerja pun sudah tidak mungkin , langit masih mempunyai hutang disana .

Pikiran langit sungguh buntu , otaknya tidak bisa digunakan , perut langit bahkan terasa sakit karena belum terisi sejak kemarin sore .

" Langit " panggi seseorang sembari menepuk pundaknya .

Langit hampir saja terjungkal karena kaget , bertambah kaget saat melihat orang di depannya .

Seorang perempuan cantik memakai seragam sekolah yang sangat langit kenali .

" Kanza " ujar langit tak percaya , bagaimana bisa gadis itu disini .

" Gue bolos sekolah nih gara-gara lo !" ujarnya dengan memutar kedua bola matanya " lo ga punya ponsel buat gue hubungi " lanjut kanza terdengar khawatir .

Langit masih memandang kanza , dia masih tak percaya gadis itu mencarinya bahkan bisa sampai disini , bagaimana bisa ?

" Ya ampun lang lo pucet banget , lo udah makan ? " Seru kanza .

Langit hanya menggeleng .

" Nih gue bawa buah-buahan sama makanan , gih makan dulu " perintah kanza " lo gimana sih nungguin orang sakit tapi lo malah bikin penyakit " omel kanza lagi .

Kanza makin kesal saat melihat langit masih diam .

" lo mau gue suapin lagi? " Seru kanza kesal , membuat langit tersadar dan menggelengkan kepalanya tegas .

Kanza mengeluarkan beberapa makanan , ada roti , susu , air mineral , dan juga dua kotak nasi .

" Itu ibu lo ? " tanya kanza berbisik sembari melihat perempuan yang berbaring dengan mata terpejam .

Langit hanya mengangguk karena dia sibuk mengunyah makanan yang di siapkan kanza , ia merasa seperti sedang dirawat oleh seorang istri disaat begini .

Entah kenapa lagi-lagi langit merasa ingin menangis karena terharu dan tersentuh pada semua perlakuan kanza .

" Ibu lo udah makan ? "

Langit mengangguk lagi , ibunya sudah sarapan bubur dari rumah sakit tadi pagi sebelum minum obat . Mungkin karena pengaruh obat juga ibunya tertidur pulas .

" Kamu tau dari mana aku disini ? " Tanya langit setelah selesai makan .

Dia begitu penasaran bagaimana kanza tahu keberadaannya , padahal anak-anak sekolah juga tidak mungkin ada yang tahu pikir langit , bahkan langit juga tidak sempat meminta izin kepada guru .

" Gue dateng ke caffe tempat lo kerja , terus minta alamat lo sama bos lo yang rese banget !! Gue sebel pokoknya , kalo gue ga butuh udah gue tonjok tu orang " ujar kanza kesal sembari meninju angin , seolah angin tersebut adalah bos langit .

Langit tersenyum melihat tingkah kanza " terus ?" tanya langit lagi meminta kanza meneruskan .

" Ya terus pas kerumah lo , ternyata ga ada orang , untung ada tetangga lo yang ngasih tau dan ngasih alamat rumah sakit tempat ibu lo di rawat "

Langit mengangguk mengerti saat sudah mendapatkan jawabannya .

" Kamu bolos ?" langit baru ingat ini masih jam sekolah .

" Males gue kalo ga ada lo "

" Kenapa ? " Tanya langit heran .

" Ya ga tau , pokoknya aneh aja kalo ga liat lo " gumam kanza sembari mengalihkan pandangannya dari langit .

Langit tersenyum saat mendengar penuturan kanza , menghantarkan rasa hangat , dan menenangkan sedikit kegelisahan pada langit .

" Lain kali jangan bolos lagi , kita sudah kelas tiga " nasehat langit lembut .

Kanza tidak menjawab , ia sedang sibuk memperhatikan ruangan di sekitarnya .

" Kenapa ada pasien lain disini ? "

" Inikan bukan ruangan VIV " jelas langit .

Kanza hanya manggut-manggut .

" Gue pengen ngobrol sama ibu lo , tapi dia tidur terus " ujar kanza dengan bibir cemberut .

Langit terkekeh " mungkin pengaruh obat "

" Huhh harusnya ibu lo liat , calon mantunya datang " ucap kanza tanpa beban .

Langit langsung menatap kanza lekat, apakah kanza sadar dengan ucapannya , kadang langit bingung dengan jalan pikiran kanza , apa yang keluar dari mulutnya seolah tidak memiliki arti dan efek apapun .

Dia mengucapkan kata-kata dengan frontal seolah biasa saja , yang justru menurut langit itu sangat berlebihan untuk hatinya , langit di ingatkan lagi saat kanza menyuapinya di kelas dan mengaku sebagai pacarnya .

Saat langit meminta penjelasannya , kanza malah mengalihkan perhatian dengan menggoda langit , mengatakan akan mencium langit di depan guru .

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang