Langit termenung sembari memandang ibunya yang terlelap . Pagi tadi dokter memanggil langit untuk menjelaskan kondisi sang ibu .
Dokter berkata bahwa ibunya harus sesegera mungkin menjalani operasi pemasangan ring dijantungnya . Bila dibiarkan lama , mungkin ibunya bisa pergi kapan saja .
Langit tidak masalah ibunya yang harus di operasi agar tetap bisa berada di samping langit .
Yang langit pikirkan adalah dari mana ia harus mencari biaya operasi yang tidak sedikit , bahkan untuk membayar administrasi ruangan sang ibu saja langit tidak sanggup .
Rasanya meminjam di caffe tempatnya bekerja pun sudah tidak mungkin , langit masih mempunyai hutang disana .
Pikiran langit sungguh buntu , otaknya tidak bisa digunakan , perut langit bahkan terasa sakit karena belum terisi sejak kemarin sore .
" Langit " panggi seseorang sembari menepuk pundaknya .
Langit hampir saja terjungkal karena kaget , bertambah kaget saat melihat orang di depannya .
Seorang perempuan cantik memakai seragam sekolah yang sangat langit kenali .
" Kanza " ujar langit tak percaya , bagaimana bisa gadis itu disini .
" Gue bolos sekolah nih gara-gara lo !" ujarnya dengan memutar kedua bola matanya " lo ga punya ponsel buat gue hubungi " lanjut kanza terdengar khawatir .
Langit masih memandang kanza , dia masih tak percaya gadis itu mencarinya bahkan bisa sampai disini , bagaimana bisa ?
" Ya ampun lang lo pucet banget , lo udah makan ? " Seru kanza .
Langit hanya menggeleng .
" Nih gue bawa buah-buahan sama makanan , gih makan dulu " perintah kanza " lo gimana sih nungguin orang sakit tapi lo malah bikin penyakit " omel kanza lagi .
Kanza makin kesal saat melihat langit masih diam .
" lo mau gue suapin lagi? " Seru kanza kesal , membuat langit tersadar dan menggelengkan kepalanya tegas .
Kanza mengeluarkan beberapa makanan , ada roti , susu , air mineral , dan juga dua kotak nasi .
" Itu ibu lo ? " tanya kanza berbisik sembari melihat perempuan yang berbaring dengan mata terpejam .
Langit hanya mengangguk karena dia sibuk mengunyah makanan yang di siapkan kanza , ia merasa seperti sedang dirawat oleh seorang istri disaat begini .
Entah kenapa lagi-lagi langit merasa ingin menangis karena terharu dan tersentuh pada semua perlakuan kanza .
" Ibu lo udah makan ? "
Langit mengangguk lagi , ibunya sudah sarapan bubur dari rumah sakit tadi pagi sebelum minum obat . Mungkin karena pengaruh obat juga ibunya tertidur pulas .
" Kamu tau dari mana aku disini ? " Tanya langit setelah selesai makan .
Dia begitu penasaran bagaimana kanza tahu keberadaannya , padahal anak-anak sekolah juga tidak mungkin ada yang tahu pikir langit , bahkan langit juga tidak sempat meminta izin kepada guru .
" Gue dateng ke caffe tempat lo kerja , terus minta alamat lo sama bos lo yang rese banget !! Gue sebel pokoknya , kalo gue ga butuh udah gue tonjok tu orang " ujar kanza kesal sembari meninju angin , seolah angin tersebut adalah bos langit .
Langit tersenyum melihat tingkah kanza " terus ?" tanya langit lagi meminta kanza meneruskan .
" Ya terus pas kerumah lo , ternyata ga ada orang , untung ada tetangga lo yang ngasih tau dan ngasih alamat rumah sakit tempat ibu lo di rawat "
Langit mengangguk mengerti saat sudah mendapatkan jawabannya .
" Kamu bolos ?" langit baru ingat ini masih jam sekolah .
" Males gue kalo ga ada lo "
" Kenapa ? " Tanya langit heran .
" Ya ga tau , pokoknya aneh aja kalo ga liat lo " gumam kanza sembari mengalihkan pandangannya dari langit .
Langit tersenyum saat mendengar penuturan kanza , menghantarkan rasa hangat , dan menenangkan sedikit kegelisahan pada langit .
" Lain kali jangan bolos lagi , kita sudah kelas tiga " nasehat langit lembut .
Kanza tidak menjawab , ia sedang sibuk memperhatikan ruangan di sekitarnya .
" Kenapa ada pasien lain disini ? "
" Inikan bukan ruangan VIV " jelas langit .
Kanza hanya manggut-manggut .
" Gue pengen ngobrol sama ibu lo , tapi dia tidur terus " ujar kanza dengan bibir cemberut .
Langit terkekeh " mungkin pengaruh obat "
" Huhh harusnya ibu lo liat , calon mantunya datang " ucap kanza tanpa beban .
Langit langsung menatap kanza lekat, apakah kanza sadar dengan ucapannya , kadang langit bingung dengan jalan pikiran kanza , apa yang keluar dari mulutnya seolah tidak memiliki arti dan efek apapun .
Dia mengucapkan kata-kata dengan frontal seolah biasa saja , yang justru menurut langit itu sangat berlebihan untuk hatinya , langit di ingatkan lagi saat kanza menyuapinya di kelas dan mengaku sebagai pacarnya .
Saat langit meminta penjelasannya , kanza malah mengalihkan perhatian dengan menggoda langit , mengatakan akan mencium langit di depan guru .
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Teen Fiction" Aku diam , bukan karena tidak memiliki ingin , tapi karena aku menyadari posisiku " Ersya Kumala . " Terlalu banyak kata andai , tapi aku tahu itu tidak akan mengubah apapun " Anugrah Yoga .