" aku pergi dulu sebentar ya , nanti aku kembali lagi " pamit langit berbisik pada kanza yang masih terlelap .
Mengecup keningnya dan membenarkan letak selimut pada kanza , setelah itu langit pun berlalu , sebenarnya dia tidak ingin meninggalkan kanza , hanya saja dia harus pergi ke sekolah .
Dua bodyguard yang berbeda dari semalam membungkuk hormat ketika langit membuka pintu , langit pun membalas sebagai sebuah kesopanan .
" Mas " sapa pak awan yang terlihat sudah berganti pakaian , sepertinya beliau sudah mandi .
" Pak saya harus sekolah , tolong titip kanza sebentar ya . Nanti saya langsung kesini setelah pulang "
" Siap mas , oh iya ini kenalkan bu reta pembantu rumah tangga di rumah tuan besar " ucap pak awan memperkenalkan wanita paruh baya yang semalam langit lihat .
" Saya langit bu , titip kanza ya "
" Njeh mas "
" Mas memang tidak papa masuk sekolah dengan keadaan mas begitu ? "
langit mengerti yang di maksud pak awan adalah kondisi wajahnya yang babak belur .
" Ga papa kok pak " ucap langit tersenyum .
" Ohh saya hampir lupa , ponsel sama tas mas langit saya simpan di mobil , tapi seragam mas langit kemarin saya bawa ke rumah buat di cuci gimana ya mas "
" Kalau gitu saya ambil ponsel dan tas saya saja dulu "
" Tapi mas ganti bajunya bagaimana ? "
Langit baru ingat dia menggunakan baju pasien saat ini .
" Bagaimana ya " tanya langit juga bingung .
" Ya sudah mas langit saya antar saja , sekalian ambil seragam mas "
" Tapi kanza bagaimana ? "
" Masih ada saya kok mas , tenang saja , sebentar lagi juga tuan besar pasti datang " ucap buk reta berusaha menenangkan langit .
Langit terdiam dan mempertimbangkan tawaran pak awan , dia takut terjadi sesuatu di luar kendali pada kanza seperti semalam .
" Tenang saja mas , disini kan ada dokter dan beberapa perawat , juga bodyguard yang siap menjaga nona kanza . Mas langit tidak usah khawatir " ucap buk reta seakan membaca kegelisahan langit .
Langit pun akhirnya mengangguk .
" Saya titip kanza ya buk " pesan langit sekali lagi .
" Siap mas "
Langit menatap pintu ruangan kanza dengan gamang , akhirnya dia pun berlalu dengan merapalkan mantra pada hatinya yang berat . Bahwa kanza akan baik-baik saja .
" Apa kanza selalu mengamuk dan histeris seperti semalam ?" Tanya langit pada pak awan yang sedang mengemudi .
" Iya mas , bahkan nona akan melempar apapun yang ada di depannya bahkan suka menyakiti dirinya sendiri "
Langit menghela nafas berat .
" Bagaimana bisa " gumam langit masih tak percaya .
Dia menyandarkan kepalanya pada jendela kaca , matanya menatap jalanan tapi pikirannya tidak disana .
Langit tiba-tiba ingat perkataan kanza .
" Mereka jahat , mereka semua jahat "
Siapa mereka yang di maksud kanza ? Pasti ada hubungannya dengan kondisi kanza saat ini .
Langit sampai tidak sadar pak awan menghentikan laju mobilnya .
" Mas " panggil pak awan menepuk pundak langit .
" Maaf mas , kita sudah sampai di rumah tuan besar " beri tahu pak awan .
Langit pun langsung melihat sekelilingnya , dan mereka sudah berada depan rumah yang terlihat seperti istana .
" Mas mau ikut ke dalam atau disini ? "
" Saya disini saja pak " ucap langit sungkan .
" Ya sudah tunggu disini ya mas "
Langit pun mengangguk , setelah pak awan berlalu langit kembali mengamati bangunan megah di depannya .
Bila dilihat , rumah langit bahkan tidak ada apa-apanya sama sekali , membuat langit kembali merasa rendah .
Setelah melihat ini lagi-lagi langit merasa tidak pantas .
Haruskah langit melepaskan kanza ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Teen Fiction" Aku diam , bukan karena tidak memiliki ingin , tapi karena aku menyadari posisiku " Ersya Kumala . " Terlalu banyak kata andai , tapi aku tahu itu tidak akan mengubah apapun " Anugrah Yoga .