27.

169 3 0
                                    

" aku pergi dulu sebentar ya , nanti aku kembali lagi " pamit langit berbisik pada kanza yang masih terlelap .

Mengecup keningnya dan membenarkan letak selimut pada kanza , setelah itu langit pun berlalu , sebenarnya dia tidak ingin meninggalkan kanza , hanya saja dia harus pergi ke sekolah .

Dua bodyguard yang berbeda dari semalam membungkuk hormat ketika langit membuka pintu , langit pun membalas sebagai sebuah kesopanan .

" Mas " sapa pak awan yang terlihat sudah berganti pakaian , sepertinya beliau sudah mandi .

" Pak saya harus sekolah , tolong titip kanza sebentar ya . Nanti saya langsung kesini setelah pulang "

" Siap mas , oh iya ini kenalkan bu reta pembantu rumah tangga di rumah tuan besar " ucap pak awan memperkenalkan wanita paruh baya yang semalam langit lihat .

" Saya langit bu , titip kanza ya "

" Njeh mas "

" Mas memang tidak papa masuk sekolah dengan keadaan mas begitu ? "

langit mengerti yang di maksud pak awan adalah kondisi wajahnya yang babak belur .

" Ga papa kok pak " ucap langit tersenyum .

" Ohh saya hampir lupa , ponsel sama tas mas langit saya simpan di mobil , tapi seragam mas langit kemarin saya bawa ke rumah buat di cuci gimana ya mas "

" Kalau gitu saya ambil ponsel dan tas saya saja dulu "

" Tapi mas ganti bajunya bagaimana ? "

Langit baru ingat dia menggunakan baju pasien saat ini .

" Bagaimana ya " tanya langit juga bingung .

" Ya sudah mas langit saya antar saja , sekalian ambil seragam mas "

" Tapi kanza bagaimana ? "

" Masih ada saya kok mas , tenang saja , sebentar lagi juga tuan besar pasti datang " ucap buk reta berusaha menenangkan langit .

Langit terdiam dan mempertimbangkan tawaran pak awan , dia takut terjadi sesuatu di luar kendali pada kanza seperti semalam .

" Tenang saja mas , disini kan ada dokter dan beberapa perawat , juga bodyguard yang siap menjaga nona kanza . Mas langit tidak usah khawatir " ucap buk reta seakan membaca kegelisahan langit .

Langit pun akhirnya mengangguk .

" Saya titip kanza ya buk " pesan langit sekali lagi .

" Siap mas "

Langit menatap pintu ruangan kanza dengan gamang , akhirnya dia pun berlalu dengan merapalkan mantra pada hatinya yang berat . Bahwa kanza akan baik-baik saja .

" Apa kanza selalu mengamuk dan histeris seperti semalam ?" Tanya langit pada pak awan yang sedang mengemudi .

" Iya mas , bahkan nona akan melempar apapun yang ada di depannya bahkan suka menyakiti dirinya sendiri "

Langit menghela nafas berat .

" Bagaimana bisa " gumam langit masih tak percaya .

Dia menyandarkan kepalanya pada jendela kaca , matanya menatap jalanan tapi pikirannya tidak disana .

Langit tiba-tiba ingat perkataan kanza .

" Mereka jahat , mereka semua jahat "

Siapa mereka yang di maksud kanza ? Pasti ada hubungannya dengan kondisi kanza saat ini .

Langit sampai tidak sadar pak awan menghentikan laju mobilnya .

" Mas " panggil pak awan menepuk pundak langit .

" Maaf mas , kita sudah sampai di rumah tuan besar " beri tahu pak awan .

Langit pun langsung melihat sekelilingnya , dan mereka sudah berada depan rumah yang terlihat seperti istana .

" Mas mau ikut ke dalam atau disini ? "

" Saya disini saja pak " ucap langit sungkan .

" Ya sudah tunggu disini ya mas "

Langit pun mengangguk , setelah pak awan berlalu langit kembali mengamati bangunan megah di depannya .

Bila dilihat , rumah langit bahkan tidak ada apa-apanya sama sekali , membuat langit kembali merasa rendah .

Setelah melihat ini lagi-lagi langit merasa tidak pantas .

Haruskah langit melepaskan kanza ?

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang