Langit membuka matanya , rasanya tubuhnya terasa sakit dan kaku . Rupanya ia tertidur dengan kondisi duduk di kamar ibunya .
Langit berdiri dan menggerak-gerakan tubuhnya ke kanan dan ke kiri guna merenggangkan otot .
Seakan tersadar langit langsung menatap ke arah tempat tidur yang kosong bahkan sudah terlihat rapih .
Langit berlari keluar dari kamar sang ibu , hari sudah siang , semua lampu sudah di matikan .
Beruntung ini hari minggu , waktu libur sekolah .Langit melihat ke arah ruang tamu , kosong tidak ada siapa pun .
Langit mendengar suara sang ibu di dapur sedang berbicara . Akhirnya langit pun berjalan ke arah dapur .
Disana terlihat dua wanita berbeda usia tengah duduk di kursi meja makan .
Yang satu wanita paruh baya sibuk menyuapi sambil berbicara , sedangkan yang satu gadis muda yang menerima suapan dengan posisi kepala menempel di meja makan dengan kedua tangan yang dilipat menjadi sandaran .
" Habiskan makanannya sedikit lagi "
" Udah bu , aku mual " tolak kanza dengan suara merengek lemah .
" Ya sudah , istirahat lagi sana " perintah ibu langit .
Hati langit menghangat melihat pemandangan di depannya , bagaimana bisa gadis yang dicintainya bisa sedekat itu pada ibu langit .
Bahkan ibunya memperlakukan kanza seperti anaknya sendiri , dan lebih memanjakan kanza di banding langit yang anaknya sendiri .
Langit pun mendekat ke arah mereka yang belum menyadari ke hadiran langit .
" Selamat pagi " sapa langit pada ibu dan kanza .
" Sudah bangun nak ? " tanya sang ibu.
Sedangkan kanza hanya menoleh sekilas dengan posisi yang sama .
Langit mengangguk dan duduk di kursi yang berhadapan dengan kanza .
" Makanlah , ibu masak capcai dan ayam kecap kesukaan kanza "
Langit melihat meja makan , ada ayam kecap , capcai , sayur sop , dan ikan goreng .
Sang ibu memang akan memasak banyak bila kanza datang ke rumah , bila dalam keadaan sehat gadis itu biasanya akan makan banyak dan lahap saat makan masakan ibunya .
" Ibu sudah sarapan ? " Tanya langit namun matanya tidak beralih dari kanza yang memejamkan matanya di meja makan .
" Sudah sebelum kanza "
" Nak kalau mau tidur , ke kamar saja " ucap sang ibu lagi tapi kali ini pada kanza .
" Lemes buk " lirih kanza .
" Mau di gendong ? " tawar langit .
Kanza tidak menjawab , hanya menatap langit sekilas .
Langit menghela nafas , sepertinya gadis itu masih merajuk pada langit .
" Di gendong saja ya ? " Tanya sang ibu sembari mengelus kepala kanza .
Kanza mengangguk , membuat langit tersenyum dan beranjak mendekati kanza .
" Gendong belakang " lirih kanza saat melihat langit akan membopongnya .
Langit pun mengubah posisinya dan setengah berjongkok membelakangi kanza .
Tubuh kanza terasa hangat saat sudah menempel di tubuhnya dengan kepala bersandar .
Lengannya melingkar di leher langit , langit berjalan setelah berpamitan pada sang ibu .
Nafas hangat kanza terasa menggelitik leher langit .
" Pusing ? " Tanya langit .
" Hmmm "
Langit tidak bertanya lagi sampai di kamar ibunya , menurunkan kanza di pinggir ranjang .
Lalu membantu gadis itu berbaring dan menyelimutinya , bibirnya terlihat sedikit pucat .
" Sudah berobat ?" Tanya langit .
Kanza hanya mengangguk dengan menatap langit lemah .
" Dimana obatnya ? , Kamu harus minum obat "
" Sebentar lagi juga sembuh , gue cuma mau tidur '' ucap kanza lemah .
" Ya sudah tidur , aku temani ya " ucap langit meminta izin , langit menyelimuti kanza hingga leher .
" Kalau pak awan datang , tolong bagikan saja langsung ya pada anak-anak " pinta kanza.
Langit pun mengangguk tersenyum haru sekaligus bangga , bahkan saat seperti ini , gadis itu masih memikirkan orang lain .
" Kenapa kamu baik sekali " bisik langit sembari mengelus rambut kanza .
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Teen Fiction" Aku diam , bukan karena tidak memiliki ingin , tapi karena aku menyadari posisiku " Ersya Kumala . " Terlalu banyak kata andai , tapi aku tahu itu tidak akan mengubah apapun " Anugrah Yoga .