23

338 4 0
                                    

Langit membuka matanya yang terasa berat dengan perlahan , namun silau dari lampu di atasnya membuat langit menutup matanya kembali  .

Setelah itu langit mencoba membuka matanya dan menjelajahi ruangan di sekitarnya , dinding bercat putih dan tirai berwarna gading menjadi pemandangan pertama bagi langit .

Bau obat-obatan serta infus yang terpasang ditangannya , ranjang yang menjadi ciri khas rumah sakit menyadarkan dimana langit berada .

Seragamnya juga telah berganti menjadi baju pasien , langit melihat sekeliling namun tidak ada siapa pun disini .

Ia berusaha bangun , namun tubuh dan wajahnya terasa kaku dan sakit membuat langit meringis . Ia memaksakan untuk bangun , ia harus pulang sebelum membuat ibunya khawatir .

Namun saat pintu terbuka membuat pergerakan langit terhenti .

" Kau sudah bangun ? "

Langit hanya mengangguk sebagai jawaban , ia mengamati sosok di depannya dengan otak yang bekerja berusaha mengingat siapa laki-laki paruh baya di hadapannya .

Sosok laki-laki yang usianya tidak lagi muda , namun badannya masih terlihat kekar dan berwibawa serta aura ketegasan yang masih terpancar dari pria tersebut  .

" Berbaringlah kondisimu belum cukup pulih '' titah laki-laki tersebut dengan suara bariton membuat langit merasa terimidasi .

" Sa_saya ha_harus pulang , ibu saya pasti khawatir "

" Supirku sudah mengabari ibumu kalau anaknya tidak bisa pulang "

" A_a_apa ?! " Tanya langit bingung  .

" Awan supirku yang mengabari ibumu " jelas laki-laki di depannya sembari berjalan ke arah sofa .

" Awan ?  Pak awan ? " Tanya langit sekali lagi memastikan .

" Hmmm " pria di hadapan langit hanya menggumam dan menatap langit tajam .

Membuat langit takut dan sungkan saat kembali ingin bertanya .

" Petugas kebersihan menemukanmu dalam keadaan pingsan dan babak belur di belakang sekolah dan melapor pada salah satu guru yang kebetulan kerabat kanza  "

Langit tiba-tiba teringat pada pria paruh baya yang memiliki mata setajam elang  . Dia pernah datang beberapa kali ke sekolahnya , dia ingat , ya ingat ! beliau adalah pemilik sekolah yang berarti kakek dari seorang kanza .

Bagaimana bisa aku tidak mengingat sosok di depanku ?Sungguh tidak sopan ! Bisiknya dalam hati

" Ma_maaf tadi saya tidak mengingat anda tuan . Maafkan saya " ucap langit beberapa kali membungkuk hormat .

Sungguh langit tidak menyangka bisa berhadapan secara langsung  , bahkan mereka berada diruangan yang sama hanya berdua ,  dengan kondisi langit yang seperti ini .

" Aku bilang berbaringlah " perintah pria paruh didepannya dengan suara tegas dan lantang .

Langit pun dengan kikuk dan takut membaringkan tubuhnya perlahan . Dia tidak berani membantah pria yang sedang menatapnya tajam tersebut .

" Aku tidak tahu apa yang dilihat cucuku darimu , bagaimana dia bisa menyukai pria muda selemah dirimu ck ck "

Langit membeku , dan bibirnya terasa kaku , terkejut karena pria paruh baya tersebut mengetahui kedekatannya bersama kanza sekaligus tertampar oleh kata-katanya .

" Kau pikir aku akan membiarkan cucuku berada diluar tanpa pengawasan " sindir pria itu seakan bisa membaca isi hati langit .

" Dengan apa yang telah terjadi pada anak dan cucuku , aku tidak mungkin membiarkannya berkeliaran diluar seorang diri , aku selalu memerintah anak buahku untuk memantau kanza dari jauh tanpa sepengetahuannya . "

Langit hanya diam tidak tau harus berkata apa .

'' Memastikan keadaan cucuku baik dan selamat adalah hal yang paling utama . Lalu saat anak buahku mengatakan cucuku yang berharga dekat dengan seorang pria pecundang di sekolah , sungguh berita yang paling  mengejutkanku . Bagaimana bisa dari semua pemuda yang tampan dan mapan tapi dia malah mendekati seorang pria yang seperti kucing terlantar "

Cemooh kakek kanza menyindir langit , membuat langit merasa kerdil dan hina .

" Awalnya aku takut kau akan memanfaatkan segala kebaikan cucuku , dan jujur saja aku melanggar privasimu dengan mencari tahu latar belakang dan bagaimana kehidupanmu . Aku tidak bermaksud jahat , aku melakukannya untuk kanza , dia keluarga satu-satunya yang ku punya , sama seperti ibumu yang hanya memilikimu . Tapi aku melihat kau pria yang cukup baik , sedikit membuatku kagum saat aku tahu kau bekerja keras dan menjadi tulang punggung . Dari itu aku mulai membiarkan hubunganmu dan kanza , karena aku yakin kau tidak akan menyakitinya "

Ada kesedihan sekaligus perasaan haru yang langit tangkap saat menatap pria paruh baya yang kini juga tengah menatap langit lekat .

" Aku berusaha mati-matian melakukan dan memberikan segalanya pada kanza , namun tanpa ku sangka justru yang membuat cucuku bahagia hanya pria yang kini sedang terbaring babak belur . Huhh aku sampai tidak tahu harus berkata apa " gumam kakek kanza menghembuskan nafasnya keras .

" Mulai sekarang jangan jadi pria lemah lagi , lawan siapapun yang mengganggu dan merendahkanmu . Jangan takut pada apapun , karena sekarang tugasmu bukan hanya menjaga ibumu tapi juga kanza . Itu perintah dariku , aku menaruh kepercayaan dan harapan besar . Siapapun pria yang disukai kanza selama itu baik , aku akan merestuinya , jadi jangan rusak kepercayaanku . "

" Terima kasih " Air mata langit menetes , entah kenapa bila tentang kanza selalu membuat langit merasa cengeng .

Restu serta kepercayaan dari kakek kanza  seolah meruntuhkan segala keraguan dan ketidak percayaan dirinya selama ini . Hingga tanpa sadar selalu menggantungkan hubungan mereka dengan alasan ketidak berdayaannya .

Kakek kanza terdengar menghela nafas lagi melihat pria pecundang di hadapannya menangis , dia masih tidak percaya bagaimana bisa cucunya menyukai pria seperti ini .

" Dengar !! Aku berterima kasih karena kau bisa membuat cucuku bahagia , namun aku juga tidak akan segan menghabisimu jika sedikit saja melukai cucuku !! "

Langit tau ancaman pria paruh baya tersebut tidak main-main . Tapi langit tidak takut pada ancamannya , karena sedikit pun langit tidak pernah berfikir untuk menyakiti bahkan meninggalkan kanza meskipun pria di depannya bahkan seluruh dunia menghalangi langit .

Mulai sekarang ia akan memperjuangkan kanzanya dengan benar dan sungguh-sungguh .

Kakek kanza  bangun dari duduknya , membenarkan jasnya yang masih terlihat rapi dan yang pasti mahal berjalan mendekati ranjang langit .

" Cepatlah sembuh anak muda , cucuku sedang berbaring tak berdaya dan aku butuh bantuanmu menjadi dokternya "

Jantung langit terasa mencelos saat itu juga , ingatan langit langsung muncul begitu saja pada malam kejadian windy memeluknya dan kanza pergi begitu saja .

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang