Satu jam yang lalu operasi sang ibu berjalan lancar , membuat langit semakin bernafas lega . Dan berterima kasih kepada tuhan sekaligus memohon pengampunan karena sempat mengeluh dan menyalahkan tuhan .
Langit menanti ibunya siuman dari pengaruh obat bius . Langit melirik makanan yang kanza kirim lagi pagi tadi , nasi lengkap dengan beberapa sayur serta lauk , salad buah , dan beberapa cemilan .
Saat langit membuka kotak bekal disana tertera tulisan kanza yang membuat langit tersenyum .
" Jangan di puji , ini masakan pembantu gue , gue belum bisa masak"
" Nanti gue belajar , kalo lo udah jadi suami gue "" Future wife "
Semenjak kehadiran kanza , langit merasa ia lebih banyak tersenyum , hari yang dijalaninya terasa lebih ringan .
Jauh sebelum kanza hadir di hidupnya , jalankan bisa tersenyum selepas ini , bisa melalui kehidupan setiap hari saja langit rasanya sudah sulit .
Dulu langit tidak pernah meminta apapun pada tuhan selain di beri kekuatan untuk menghadapi dunia , namun semenjak kedatangan kanza , langit merasa ia jadi begitu serakah .
Langit ingin bahagia bersama kanza , ingin memiliki gadis itu walaupun tidak mungkin , langit bukannya tidak menyadari perbedaan mereka berdua , namun tetap saja hatinya keras kepala .
Apalagi dengan segala perhatian kanza yang begitu besar , salahkah langit berharap mereka bisa bersama .
" Laang " suara lemah ibunya menyadarkan langit dari lamunan ." Ya bu , ada yang sakit ? Atau ibu mau apa ? " Tanya langit setelah melihat ibunya siuman .
Dia menciumi tangan ibunya , sekali lagi berterima kasih kepada tuhan , termasuk malaikat yang di kirim untuk membantunya melalui sosok kanza .
" Iiiibuu haanya haaus nak " lirih ibu dengan suara yang masih lemah .
Langit membantu ibunya minum dengan perlahan , menawarkan apakah ada yang ingin di makan , apa ada yang sakit .
" Ibu belum lapar nak , kamu sudah makan ?"
" Sudah buk " jawab langit " langit suapi buah saja ya bu , ibu harus makan biar cepat pulih "
Ibu langit pun hanya mengangguk , saat sang ibu melirik ke arah meja disana terdapat banyak buah-buahan dan makanan .
" Kamu beli ini semua lang ? " Seru sang ibu .
" Ngga buk , kanza yang kirim " jelas langit .
" Kenapa dia baik sekali " gumam sang ibu heran " kalian pacaran ? " Selidik sang ibu .
" Ngga buk , kami cuma teman " suara langit bergumam lesu saat menyebut ' cuma teman ' .
***
" Haiiii " sapa kanza dengan senyum lebar saat langit membuka pintu .
" Kanza ?" tanya langit terkejut .
Langit melihat kanza masih menggunakan seragam sekolahnya , sepertinya gadis itu langsung ke rumah sakit begitu pulang sekolah .
" Iyalah gue siapa lagi !! Emang ada cewek lain yang mau datang ? " Tanya kanza sewot dan melipat kedua tangannya didada .
Sedangkan langit hanya menggeleng sembari tersenyum .
" Jangan teriak-teriak , nanti mengganggu pasien lain '' ujar langit lembut " mau jenguk ibu ? " Tanya langit masih dengan senyuman di bibirnya .
Selama mengenal kanza , dia tau cara meluluhkan kekesalan wanita itu , yaitu dengan memperlakukan atau bicara dengan nada melembut , maka gadis itu akan melunak .
Sama seperti sekarang , menatap langit dengan kepala mengangguk beberapa kali , dengan bibir tipisnya yang cemberut seperti anak kecil yang sedang meminta mainan .
Aahh MANISnya bisik langit dalam hati .
" Ayo masuk " langit membuka pintu .
Saat mereka sudah masuk , disana terlihat ibunya memandang ke arah mereka berdua dengan raut penasaran , atau lebih tepatnya ke arah kanza .
" Haii ibu mertua " sapa kanza dengan nada ceria , bahkan melewati langit begitu saja yang masih berada di samping pintu .
Ibu serta langit saling memandang saat mendapat sapaan luar biasa tak terduga dari kanza . Membuat langit menghela nafas , tapi lain dengan bibirnya yang berkedut menahan senyum geli .
" Bagaimana kabar ibu " tanya kanza lagi masih dengan nada cerianya sembari duduk di kursi sebelah ibunya .
Tidak ada raut canggung di wajah kanza , tidak seperti wanita lainnya yang biasa bertemu dengan orang tua kekasihnya pertama kali , mereka akan merasa segan atau malu-malu .
Tapi gadis itu malah terlihat santai bahkan mengobrol dengan sang ibu seperti sudah saling lama mengenal .
Sungguh langit tak habis pikir dengan gadis itu . Tidak mudah di tebak dan suka melakukan hal tak terduga .
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Teen Fiction" Aku diam , bukan karena tidak memiliki ingin , tapi karena aku menyadari posisiku " Ersya Kumala . " Terlalu banyak kata andai , tapi aku tahu itu tidak akan mengubah apapun " Anugrah Yoga .